※ Author POV ※
Rintik hujan terus berjatuhan. Membuat seluruh tanah dan pepohonan basah. Tidak deras, namun tetap bisa membuat kuyup jika terus menerus berada dibawahnya.
Ilana, gadis yang 2 minggu baru saja mendapatkan ucapan selamat ulang tahun yang ke 5 itu tengah berdiri menghadap tepat pada jendela besar. Manik kecil nan beningnya mengamati setiap tetes air yang jatuh dari atas sana. Semakin lama semakin tinggi intensitasnya. Menabraki kaca jendela hingga membentuk bulatan-bulatan air berukuran kecil. Air hujan terus terjun membuat pohon kersen yang Ia jadikan tempat bermain biasanya disana kebasahan, bukan hanya itu. Sekotak pasir yang lengkap dengan ember plastik kecil dan sekop mainan, ayunan dari besi yang dicat warna-warni, perosotan yang ada gambar karakter casper, semuanya basah. Tidak ada yang bisa Ia lakukan selain berdiam diri didalam.
Gadis kecil itu memutar tubuhnya. Mendapati dua temannya tengah bermain boneka Barbie. Menggerak-gerakkan benda itu memperagakan seolah-olah ada nyawa yang terselip disana. Ilana tidak tinggal seorang diri. Ia memiliki banyak teman bahkan. Sekumpulan bocah-bocah tanpa orang tua ataupun wali tempat gadis kecil itu tinggal kini. Panti asuhan.
"Lana, aku boleh pinjem Miranda ga?"
Manik bening Lana mengarah pada satu anak yang baru bergabung bersama dua anak yang tadi sudah memainkan boneka Barbie. Anak yang baru datang itu mengambil boneka Barbie berambut cokelat bermata biru serta berkostum warna ungu dari kotak mainan yang ada diantara kedua anak itu. Miranda, nama boneka itu. Lana yang memberinya nama karena boneka itu pemberian dari donatur untuknya. Lana kerap berbagi mainan bersama anak-anak yang lain. Ya, seperti saat ini.
"Nanti aku pinjemin Poki deh!"
Senyum kecil nan manis milik Lana tercetak jelas. Bahkan bagian berlubang pada salah satu gigi serinya terlihat. Kemarin satu gigi susu anak itu lepas.
"Ya, boleh!"Meninggalkan jendela, lantas Lana turut menghanyutkan diri dalam permainan boneka-bonekaan itu.
Sekitar 1 jam hujan mengguyur, kini hanya ada rintik gerimis tipis sebagai gantinya. Anak-anak masih terus bermain. Bermacam-macam permainan yang mereka lakukan. Dari yang akan menghabiskan banyak tenaga atau yang hanya sekedar duduk-duduk ringan dan santai.
"Lana, kamu dipanggil Bu Thea!"
Gadis yang tengah menyuapi boneka penguin dengan sendok kosong itu mendongak. Seorang anak laki-laki berdiri dihadapannya. Boneka penguin yang bernama Poki itu, Lana letakkan diatas lantai bersama dengan sendok plastiknya tadi. Beranjak dari duduknya, memposisikan diri agar sejajar dengan anak itu.
"Kenapa?"Anak laki-laki berkulit putih itu hanya menggedikkan bahunya, "Ga tau!"
"Aku pergi bentar ya, titip Poki, dia belum selesai makan!", ujar Lana pada ketiga teman gadisnya dibawah.
"Ya, nanti aku suapin!", jawab gadis kecil yang tengah memainkan Miranda.
Setelah menitipkan boneka yang berperan menjadi anaknya, Lana berjalan beriringan dengan anak laki-laki yang memanggilnya tadi. Kaki-kaki kecil mereka mengayun hingga membawa keduanya sampai di ruangan sang Ibu Panti, Ibu Thea.
Sebelum memutuskan untuk mengetuk pintu, si bocah laki-laki mengatakan bahwa tugasnya selesai untuk memanggilkan Lana atas perintah Bu Thea. Ia pergi meninggalkan Lana.

KAMU SEDANG MEMBACA
𝙋𝙤𝙨𝙨𝙚𝙨𝙨𝙞𝙫𝙚 𝘽𝙧𝙤𝙩𝙝𝙚𝙧
Dla nastolatków[LENGKAP] Awalnya setiap perhatian juga sentuhan yang Kakaknya berikan terhadap Ilana hanya dianggap hal yang lumrah oleh gadis itu. Sama halnya perlakuan Kakak pada seorang adik seperti kebanyakan, namun lambat laun pemikirannya yang semakin dewas...