※ Author POV ※
Tepat masuk jam makan malam Sean baru menginjakkan kakinya di rumah. Langkahnya tidak menuju langsung ke kamarnya melainkan kearah ruang makan, Ia berpikir adiknya ada disana tengah menyantap makan malam tapi, dugaannya salah. Ruang makan itu hanya terisi oleh meja serta kursi kosong beserta makanan yang baru saja dihidangkan yang sama sekali belum tersentuh. Beberapa saat kemudian muncullah kedua asisten rumah tangga di rumahnya.
"Bi, Lana belum turun?"
Kedua asisten rumah tangga itu menoleh serempak. Saling menengok kearah masing-masing kemudian menggeleng.
"Non Lana dari tadi belum keluar, Den...", terang Bi Zaenab.
Tanpa perlu merespon ucapan Bibi Zaenab, Sean mengambil langkah lebar keluar dari ruang makan menuju anak tangga, naik ke lantai 2 bergegas mendatangi kamar adiknya yang masih sama keadaannya seperti tadi, tertutup rapat.
Diketuknya pintu kayu berwarna putih itu beberapa kali dengan terus memanggil nama seseorang yang tengah berada didalam sana, siapa lagi jika bukan Lana. Tak kunjung mendapatkan sahutan Sean jadi gemas sendiri. Rasanya ingin Ia dobrak saja pintu yang masih tertutup didepannya itu.
Matanya mengerjap sekali. Ah, baru ingat jika Ia punya kunci cadangan kamar Lana. Ia berlari menuju kamarnya untuk mengambil benda kecil yang tersimpan di nakas samping tempat tidurnya. Setelah mendapatkannya, Sean kembali berdiri didepan kamar Lana. Memasukkan kunci itu ke lubang, memutarnya beberapa kali hingga...
Ceklek.
Sudut bibirnya naik. Pintu sukses terbuka. Didalam kamar begitu temaram. Satu telunjuknya menekan saklar lampu yang terdapat disisi pintu. Disana hanya ada tas sekolah milik Lana yang tergeletak diatas karpet berbulu berwarna ungu muda didepan bawah tempat tidur. Kedua obsidian Sean terus menjelajah mencari sosok mungil sang adik.
Pintu kaca balkon yang terlihat sedikit terbuka menarik perhatiannya. Tungkainya melangkah santai kearah balkon. Tangannya menggeser pintu itu agar terbuka sedikit agak lebar dan saat itu juga matanya membulat mendapati sesosok gadis mungil tengah terpejam dengan bersandar pada tembok. Masih menggunakan seragam sekolah lengkap sementara sepatunya sudah terlepas hanya menyisakan kaus kaki yang membungkus kaki kecil gadis itu. Sebuah headset juga tengah menyumpal kedua telinganya.
"Dek? Sayang?", panggil Sean berjongkok menyentuh wajah Lana.
Sepertinya gadis itu tertidur.
Tangan besar Sean menyibakkan rambut panjang Lana yang sedikit menutupi wajah ayu gadis itu. Melepas benda yang menyumpal kedua telinga gadis itu, meletakkannya diatas lantai sementara matanya menatap lekat-lekat pada paras yang sedang tidak dalam keadaan sadar itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝙋𝙤𝙨𝙨𝙚𝙨𝙨𝙞𝙫𝙚 𝘽𝙧𝙤𝙩𝙝𝙚𝙧
Teen Fiction[LENGKAP] Awalnya setiap perhatian juga sentuhan yang Kakaknya berikan terhadap Ilana hanya dianggap hal yang lumrah oleh gadis itu. Sama halnya perlakuan Kakak pada seorang adik seperti kebanyakan, namun lambat laun pemikirannya yang semakin dewas...