[LENGKAP]
Awalnya setiap perhatian juga sentuhan yang Kakaknya berikan terhadap Ilana hanya dianggap hal yang lumrah oleh gadis itu. Sama halnya perlakuan Kakak pada seorang adik seperti kebanyakan, namun lambat laun pemikirannya yang semakin dewas...
Halo, masihadakah yang menyimpanceritainidi library? Akudarikemarinkepikiranuntukbikin bonus chapter satulagidanjanjiini yang terakhirhehe.
Selamatmembaca...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
※ Lana POV ※
Bisingitu tidak mengusikku. Berlalu lalang orang-orang melintas didepanku tak membuat atensiku tertarik. Tetap menatap lurus kearah depan. Tak lama terdengar suara pemberitahuan bahwa pesawat yang akan membawaku pulang sudah tiba. Ya, pulang. Kalian tidak sedang salah membaca, aku akan pulang. Meski tidak ada yang tersisa aku sudah memutuskan untuk hal itu.
Tidak selamanya aku sembunyi di negara orang. Menganggap semua tidak pernah ada yang terjadi. Aku butuh rumah, rumahku sendiri. Mustahil aku menggantungkan nasib terus-menerus pada Johnny. Dibantu selama itu aku sungguh merasa bersyukur dan kali ini cukup. Aku akan kembali ke bumi seharusnya aku berada.
Indonesia.
Banyak tawa dan luka yang tertoreh disana. Aku tidak bisa lupa. Senyumku mengembang kala tangan besar itu terulur kearahku, menuntunku kearah pintu keberangkatan. Johnny mengantarku ke bandara, memastikan bahwa temannya ini akan sampai di pesawat dengan aman.
"Janji sama gue, jangan sedih-sedih lagi! Seandainya lo ga balik dan mutusin buat punya rumah sendiri itu ga masalah yang penting lo harus tetep semangat! Oke?"
Aku terkekeh mendengar segala tutur katanya. Dan itu berakibat aku yang dihadiahi pelototan tajam olehnya. Merasa tak terima aku tertawai. "Ya, John ya! Makasih banyak buat semuanya! Lo malaikat gue pokoknya!"
"Halah!"
Dan aku tertawa lagi. Disusul tangan besarnya yang menggapai pucuk kepalaku, mengusaknya pelan. Andai aku punya Kakak seperti Johnny?
Tunggu!
Kakak?
Satu kata yang mampu melemparku ke masa lalu. Raganya kini telah menyatu dengan bumi Tuhan. Dia yang dulu selalu disampingku kini telah tiada.
"Lan, kok bengong anjirr? Buruan noh ketinggalan pesawat tau rasa lo!" seru Johnny mengembalikan kesadaranku.
Astaga, kontan kuraih koperku dan segera berlari kesana!
"DADAH JOHNNY!!!" teriakku melambaikan tangan seraya menjauh dari pandangannya dan kulihat dia dengan senyum lebarnya membalas lambaian tanganku. Kuharap aku bisa kembali mengunjunginya suatu hari nanti.