※ Author POV ※
Tepatnya pukul 4.25 subuh rombongan yang membawa Lana dan teman-temannya itu sampai di pantai. Ya kalau dikira-kira sudah pas, jadi tidak terlalu lama untuk menunggu matahari mulai naik dan menunjukkan diri.
Beberapa anak laki-laki terlihat mampir di warung-warung yang ada disekitar area pantai, berniat isi perut atau sekedar mencari sesuatu yang hangat.
"Kak, aku mau pipis...", adu Lana setelah gadis itu dan Sean turun dari mobil.
Sebelum sempat Sean menyahut, gadis mungil itu sudah mengambil langkah menjauh. Dilihatnya gadis itu berjalan menghampiri kedua sahabatnya yang kelihatannya juga berjalan kearah kamar mandi umum. Sean hanya menggeleng pelan.
"E-eh siapa nih?", sindir Jova ketika Lana sudah ada di sampingnya.
Mau tak mau Yeslin juga ikut menoleh.
Sedangkan Lana hanya mengerutkan dahinya tidak paham.
"Dih mentang-mentang di mobil sendiri sama Kakaknya, ga gembul mbek kanca-kancane!"
"Ngomong apa sih ah?", sahut Yeslin.
Lana mengerti maksudnya. Ya, Ia tau Jova hanya bercanda.
"Kayak ga tau Kak Sean aja! Dari pas masih dirumahnya Yeslin gue tuh pengen banget nyamperin kalian tapi, ga dibolehin mulu...""Oh...", respon Yeslin yang mulai mengerti kemana arah pembicaraan mereka. "...Terus sekarang mana? Ga ikut nganter ke kamar mandi juga? Dia kan paling ga bisa jauh dari lo!", sambungnya lagi cukup menohok.
Jova hanya tertawa kecil sampai matanya hilang.
"Apasih ah!"
Ketiga gadis itu mulai masuk ke kamar mandi yang kosong. Mereka hanya mencuci muka, gosok gigi dan buang air. Kalau mandi sekarang masih terlalu dingin.
✘ ✘ ✘
Lagi-lagi Lana dibawa menjauh dari teman-temannya oleh Sean. Duduk menekuk lutut diatas pasir sembari menyaksikan bagaimana kilau keemasan di ufuk timur sana yang mulai semakin terlihat jelas. Didepan mereka banyak sekali anak-anak kecil yang berlarian.
Sekilas Lana menoleh kearah teman-temannya yang nampak asyik mengambil foto ketika sunrise. Ah gadis itu juga ingin melakukan hal yang sama. Kedua sudut bibirnya tertekuk kebawah.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝙋𝙤𝙨𝙨𝙚𝙨𝙨𝙞𝙫𝙚 𝘽𝙧𝙤𝙩𝙝𝙚𝙧
Ficção Adolescente[LENGKAP] Awalnya setiap perhatian juga sentuhan yang Kakaknya berikan terhadap Ilana hanya dianggap hal yang lumrah oleh gadis itu. Sama halnya perlakuan Kakak pada seorang adik seperti kebanyakan, namun lambat laun pemikirannya yang semakin dewas...