✘O

7.5K 516 28
                                    

※ Sean POV ※

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

※ Sean POV ※

Kulangkahkan kakiku lebar-lebar menuju kamar Lana diatas. Tadinya memang kusadari jika dia sedang tidak baik-baik saja dalam artian kondisi badannya yang kurang sehat. Dia tidak makan sarapannya melainkan hanya minum susunya beberapa teguk.

Brakk!

Kedua asisten rumah tangga itu menoleh kearahku terkejut ketika pintu kubuka dengan cukup kasar. Biar aku tidak peduli.

Kulihat gadis kecilku tengah terbaring dengan wajah pucat dan mata tertutup. Keadaannya yang begini benar-benar adalah kelemahanku. Kutatap kedua wanita paruh baya itu seraya meminta penjelasan mengapa mereka bisa teledor begini.

"Sewaktu saya masuk kesini hendak mengganti sprei saya tidak menemukan Non Lana tapi, setelah saya cek kamar mandi Non Lana udah tergeletak dibawah wastafel kamar mandi. Badannya panas wajahnya pucet. Dokter dalam perjalanan kemari, Den..."

Kuminta mereka meninggalkan kami berdua. Setelah pintu tertutup, kuraih tangan yang sepertinya terlihat semakin kurus itu. Kukecup punggung tangan yang terasa hangat itu perlahan.

"Jangan kayak gini, kamu bikin Kakak rasanya mau mati..."

Ya, melihatnya begitu rasanya dadaku terasa sesak karena tidak ada pasokan oksigen yang masuk kedalam paru-paruku dan ya, singkatnya sudah seperti mau mati saja.

Tok! Tok! Tok!

Ketukan pintu itu mengambil perhatianku. Kuletakkan tangan Lana diatas perutnya.

"Masuk!"

Seorang wanita dewasa dengan kemeja garis-garis dan celana panjang hitam dan rambut berombak yang dibiarkan tergerai muncul dibalik pintu lalu masuk kedalam kamar Lana. Wanita yang dikenal sebagai dokter keluarga kami, dokter Berlian.

Berdiri disisi ranjang kubiarkan dia memeriksa keadaan Lana yang sedari tadi belum menunjukkan tanda-tanda bangun dari tidurnya. Tidak ada konversasi diantara kami selama dia fokus melakoni pekerjaannya. Kulihat kedua tangannya menurunkan stetoskop dari telinganya lantas menoleh kearahku. Aku mendekat.

"Ini cuman demam biasa. Saya kasih resep obat ya?"

Aku hanya memandanginya menggoreskan pena di selembar kertas kecil. Usainya dia menyodorkan kertas yang berisi coretan tangannya itu padaku. Tulisan rumput bergoyang ala dokter memenuhi kertas kecil itu.

"Itu ada obat sekaligus vitamin yang bagus buat dikonsumsi setiap hari. Pastikan Ilana makannya teratur dan istirahat yang cukup. Kalo gitu saya permisi dulu ya, Seandrew."

𝙋𝙤𝙨𝙨𝙚𝙨𝙨𝙞𝙫𝙚 𝘽𝙧𝙤𝙩𝙝𝙚𝙧Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang