10: The Kwaks: Biang

47.4K 9.6K 2.6K
                                    

Aron pulang lebih cepet dibanding Arin hari ini, udah jam 8 tapi belum ada tanda-tanda anak gadisnya untuk balik pulang. Bapak 1 anak itu duduk disofa, kakinya naik ke meja, buka hape untuk video call Arin.

Sumpah demi apapun yang namanya Aron Kwak itu sama protektifnya kayak Minhyun ke Eunbi, tapi cara Aron lebih santai. Seperti suka tiba-tiba video call Arin, kalo gak diangkat suka diancem 'No angkat no money' kan agak kampret.

Gak jarang kalo Arin emang lagi main sama """""temen""""" nya terus Aron random nelepon. Diangkat salah, gak diagkat salah.

"Apa Pa?" tanya Arin begitu angkat video call nya.

"Dimana anak Papa udah tengah malem belum pulang? Gak takut di gondol codot? Itu kok gelap sih kamu dimana?" tanya Aron, tangan kanan megang hape, tangan kiri ditaro dibelakang kepala buat senderan.

"Please ini masiy jam 8, terus liat nih aku dimana," kata Arin sambil ngebalik kameranya, nunjukkin gerbang rumahnya. Kemudian kameranya dibalik lagi ke arah muka Arin.

Anaknya lagi ribet buka kunci pager.

"Rin.. Cepetan..." kata Aron pelan.

"Apasih Pa? Susah tau ini," kata Arin.

"Itu Rin.. Dibelakang kok ada yang terba—"

"PAPAAAAAAAA!!!!!!!" jeritan melengking Arin bahkan kedengeran sampe dalem rumah. Aron malah ketawa puas sementara Hani keluar kamar.

"Kebiasaan banget!" Hani memukul Aron, "ANAKNYA JADI PENAKUT!" Hani kembali memukul Aron.

Kemudian Arin buka pintu rumah dengan brutal, emosi liat Papa nya masih ketawa.

"PA GATAU AH PAPA AJA TUTUP PAGER AKU TAKUT," omel Arin.

"Iya iya Papa tutup hahahaha penakut banget dasar anak Mama kamu nih," kata Aron, mematikan video call nya kemudian jalan nutup pager.

"Kok jalan kaki? Mama gak denger suara motor mobil," tanya Hani. Arin diem aja, kemudian senyam-senyum.

"Eits siapa nih kok gak cerita ke Mama???" tanya Hani.

"Sssst nanti Papa denger, entar aja," kata Arin kemudia masuk ke kamarnya.

"Bener ya! Cerita loh," kata Hani.

"Cerita apa nih," sahut Aron yang baru masuk dan ngunci pintu.

"Enggak, urusan cewek," kata Hani lalu masuk ke kamar.

"Ini gimana sih Papa nya pulang cepet bukannya berkumpul seperti keluarga di ruang tengah?" protes Aron.

"AKU MAU MANDI nanti kalo gak mandi yang rewel siapa!" teriak Arin.

"Papa lah!" sahut Hani dari dalem kamar.

"Arin ini sensi terus sama Papa, lagi dapet ya? Kayak Mama aja," seru Aron.

"Semua kayak Mama, kayaknya emang Arin ini hasil pembuahan Mama sendiri gapake Papa," sahut Hani lagi.

"Lho berarti Mama siput dong," ujar Aron kemudian nyusul ke kamar.

Aron ini suka random banget kelakuannya, kadang Hani saking kebiasaannya sama Aron suka ngikut aja. Kayak pagi-pagi nyetel lagu senam pagi-pagi terus Arin sama Hani wajib ikut senam dihalaman.

Atau kadang Aron suka, "Ma mumpung libur kita keluar yuk."

"YUK mau kemana? Mama lagi kepengen liat-liat jam tangan deh," kata Hani.

"Keluar kita cuci mobil dan siram tanaman."

Kesel sih tapi gimana ya.

Jaman-jaman Arin masih SMA masih suka ngumpet-ngumpet kalo pulang dianterin pacarnya, Aron suka pura-pura nyiram tanaman TERUS PURA-PURA GAK LIAT jadinya Arin dan mas mantan suka tiba-tiba basah gara-gara disiram.

Family CornerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang