Kashuu berjalan pergi dari lapangan benteng menuju halaman depan benteng, mengikuti arah pergi dari si pedang misterius tadi.
Pedang bersurai hitam panjang itu melongok ke kiri dan ke kanan, namun dia tidak melihat keberadaan pedang yang dicarinya di sana.
"Aneh. Padahal tadi dia pergi ke sini," gumam Kashuu.
Tiba-tiba saja Kashuu mendengar suara tangisan yang mengalihkan perhatiannya. Setelah memperhatikan sekelilingnya dengan seksama Kashuu mendapati Gokotai, tantou manis yang selalu bersama lima ekor anak harimau peliharaannya itu nampak sedang menangis di bawah sebuah pohon yang ada di pojok halaman depan tersebut bersama Shinano, salah satu kakaknya.
"Sudahlah, Gokotai. Sudah." Kashuu mendengar Shinano berkata seperti itu sambil mengelus kepala adiknya itu pelan. "Midare sedang memanggil Ichi-nii kemari, jadi kau tidak usah khawatir," katanya lagi berusaha menenangkan Gokotai yang masih menangis.
Kashuu tidak tahu apa yang terjadi, tapi dia merasa sangat kasihan ketika melihat Gokotai menangis seperti itu.
Baru saja Kashuu ingin menghampiri kedua tantou itu dan menanyakan apa yang terjadi pada mereka, sosok pedang lain yang lebih dulu tiba di sana menghentikan langkahnya.
Kashuu terkejut ketika mengenali sosok pedang itu adalah pedang yang tadi dicari-cari olehnya. Pedang yang sebelumnya memiliki ukiran huruf katakana 'no' dan 'ni' di gagangnya itu berdiri di hadapan kedua pedang tantou tadi.
Shinano yang menyadari kedatangan pedang itu menoleh dan mendapati kalau pedang bersurai hitam pendek yang berjarak beberapa meter dari dirinya dan adiknya itu sedang menatap mereka dengan tatapan aneh.
"No, Noni-san? A, ada perlu apa di sini?" Tanya Shinano gugup ketika mengenali kalau pedang yang menghampiri mereka di sana adalah si pedang baru yang pagi tadi sempat membuat kehebohan di lapangan benteng.
Pedang itu tidak mengatakan apa pun dan hanya diam sambil menatap kedua tantou itu. Shinano spontan segera menarik Gokotai untuk bersembunyi ke belakang punggungnya ketika melihat si pedang baru itu malah berjalan menghampiri mereka.
Sementara itu Kashuu yang masih berdiri di tempatnya semula memutuskan untuk tidak melakukan apa pun dan diam-diam memperhatikan dari kejauhan untuk melihat apa yang akan pedang itu lakukan di sana.
Pedang yang mengenakan kemeja lengan panjang berwarna coklat kemerahan itu tiba-tiba saja menghentikan langkahnya ketika kedua telinganya menangkap sebuah suara.
"Graorrr..."
Suara itu berasal dari atas. Pedang itu pun mendongak dan nampak terkejut ketika mendapati seekor anak harimau putih meringkuk ketakutan di atas salah satu ranting pohon yang ada di samping mereka saat itu. Sepertinya dia terjebak di atas sana karena takut untuk turun.
Pedang itu kemudian mengalihkan perhatiannya kepada Gokotai yang bersembunyi di belakang punggung Shinano. Tantou itu masih menangis tersedu-sedu di sana.
Kashuu yang memperhatikan dari jauh pun hanya terdiam, tertegun tak percaya ketika melihat apa yang terjadi selanjutnya saat itu.
Sementara itu di tempat lain, Yamatonokami yang sedang menyapu halaman belakang benteng dari daun-daun kering dan sampah yang berserakan bersama beberapa pedang lain nampak sibuk memikirkan sesuatu membuat Hirano menghampirinya.
"Yamatonokami-san, kenapa kau melamun seperti itu?" Tanya Hirano pada salah satu pedang milik Okita Souji itu.
"Ah, tidak. Bukan apa-apa," jawab Yamatonokami sembari kembali menyapu daun-daun kering yang berserakan di sana.
"Jangan bilang kalau kau masih memikirkan tentang si pedang baru tadi?" Tanya Hachisuka yang kebetulan berada di dekat mereka.
"Yah, sebenarnya aku memang memikirkan si pedang baru itu. Aku kepikiran tentang perkataannya tadi," jawab Yamatonokami pada akhirnya. "Bagaimana kalau menurut kalian?"
"Apanya yang bagaimana?" Hachisuka menatap Yamatonokami heran, "Pedang itu pedang siluman yang berbahaya. Aku tidak akan membiarkan dia kalau sampai berani mengganggu pedang Kotetsu seperti aku dan adikku," katanya.
"Apa menurutmu ada yang aneh dari perkataan pedang itu tadi, Yamatonokami-san?" Tanya Hirano lagi.
"Itu, lho. Waktu dia bilang pada kita untuk menjauhinya karena dia adalah pedang pembawa sial. Apa kalian tidak merasa aneh dengan perkataannya itu?" kata Yamatonokami yang akhirnya memberitahu mereka hal apa yang sejak tadi mengganggu di pikirannya.
"Apanya yang aneh?" Hachisuka yang masih berada di sana menimpali, "Dia mengakui dirinya sendiri sebagai pedang siluman yang bisa membuat hal buruk terjadi di benteng ini. Tidak ada yang terasa aneh. Aku heran dengan Saniwa yang sudah membawa pedang seperti itu datang kemari," katanya panjang lebar. Sepertinya pedang Kotetsu yang satu itu tidak terlalu suka dengan si pedang baru.
"Tentu saja aneh. Kalau dia memang pedang yang sejak awal memiliki niat jahat di sini seharusnya dia tidak perlu memberitahu kita tentang siapa dirinya yang sebenarnya dan membantah semua perkataan Higekiri sebelumnya. Bukan malah menyuruh kita untuk menjauh darinya supaya tidak terjadi hal buruk pada kita, 'kan?"
Perkataan Yamatonokami barusan membuat Hachisuka dan Hirano yang mendengarnya di sana langsung terdiam.
"Kalau dipikirkan sekarang rasanya memang agak aneh," ucap Hirano kemudian setelah nampak berpikir selama beberapa saat sebelumnya. "Kata-kata si pedang baru itu tadi memang terdengar seperti mengancam, tapi seperti yang Yamatonokami-san katakan. Pedang itu sepertinya malah memperingatkan kita karena tidak mau hal yang buruk menimpa kita karena berada dekat dengannya. Benar, 'kan?" katanya yang mulai mengerti.
Yamatonokami mengangguk membenarkan, "Aneh, 'kan? Kenapa dia memperingatkan kita seperti itu? Mungkin saja kalau si pedang baru itu sebenarnya bukan pedang jahat seperti yang kita kira, tapi karena tidak ingin hal buruk terjadi pada kita makanya dia bersikap seperti itu," katanya lagi.
"Ada satu hal yang masih tidak kumengerti," kata Hachisuka menyela. "Kalau memang dia memperingatkan kita untuk menjauhinya, lalu kenapa hal buruk bisa terjadi kalau kita dekat dengannya? Bukankah jawabannya sudah jelas? Itu karena dia adalah pedang pembawa sial dan kita tidak boleh dekat-dekat dengannya."
"Itu..." Yamatonokami terdiam karena tidak tahu harus berkata apa. Perkataan Hachisuka saat itu memang benar dan dia tidak bisa menyalahkannya. Tapi tetap saja Yamatonokami merasa ada sesuatu yang disembunyikan oleh pedang baru itu. Sesuatu yang berhubungan dengan masa lalunya yang sebenarnya.
Pada saat yang sama di halaman depan benteng, Gokotai yang masih menangis kini sedang memeluk salah satu anak harimau miliknya sambil ditenangkan oleh kakak-kakaknya di bawah pohon tadi.
"Sudah, sudah, Gokotai. Berhentilah menangis. Sekarang sudah tidak apa-apa," ucap Ichigo yang merupakan kakak tertua dari Awataguchi bersaudara itu sembari memeluk Gokotai.
"Benar. Ichi-nii sudah ada di sini jadi tidak ada yang perlu kau khawatirkan lagi, Gokotai." Midare yang tadi sempat pergi sebentar untuk memanggil Ichigo ke sana pun ikut menenangkan adiknya yang satu itu.
Tanpa mereka sadari, si pedang baru yang sejak tadi juga masih berada di sana hanya diam sambil menatap Awataguchi bersaudara itu selama beberapa saat sebelum akhirnya diam-diam melangkah pergi dari sana.
Sementara itu Kashuu yang juga sejak tadi diam-diam memperhatikan semua yang sudah terjadi sebelumnya dari jauh hanya bisa melongo tak percaya sambil menatap sosok pedang bersurai hitam pendek tadi yang sudah pergi lagi entah kemana.
Kashuu benar-benar masih tidak percaya dengan apa yang baru saja dia lihat sebelumnya di sana.
Tapi satu hal yang bisa Kashuu pastikan saat itu.
Pedang baru itu memang bukan seperti yang dia kira sebelumnya.
}|{To Be Continued...}|{
}|{NIC_999}|{
![](https://img.wattpad.com/cover/195162571-288-k338983.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Touken Ranbu Fanfiction : The Legend of The Fox Demon's Sword
FanfictionBenteng Hanamaru kedatangan ksatria pedang baru. Tapi dia sangat aneh, misterius, dan mencurigakan. Hasebe sudah melaporkan hal itu kepada Saniwa, tapi beliau malah mengatakan kalau mereka tidak perlu khawatir dengan kehadiran pedang baru itu. Kashu...