Ukiran

939 89 6
                                    

Malam berbadai di benteng Hanamaru membuat para ksatria pedang yang ada di sana sudah masuk ke kamar mereka masing-masing lebih cepat dari biasanya hari itu.

Kecuali Kashuu dan Hasebe yang baru saja mendapat perintah tiba-tiba dari sang Saniwa untuk menjemput kedatangan seorang ksatria pedang baru. Mereka berdua sekarang sedang berjalan menyusuri sebuah lorong yang ada di benteng itu, menuju tempat dimana pedang baru yang akan mereka jemput disimpan oleh tuan mereka.

"Dingin sekali," kata pedang yang bersurai hitam panjang sambil memeluk erat tubuhnya. "Kenapa kita tidak menjemput pedang itu besok saja, Hasebe?"

"Aku juga sudah mengusulkan hal itu pada Saniwa, tapi beliau malah bilang kalau pedang itu harus dijemput malam ini juga karena kita bisa memanfaatkan badai yang ada," jawab pemuda yang mengenakan jersey ungu dan berjalan bersamanya saat itu.

"Memanfaatkan badai? Apa maksudnya?" Tanya Kashuu yang sama sekali tidak mengerti.

"Aku juga tidak tahu apa maksud Saniwa, tapi kita harus melaksanakan perintahnya apa pun yang terjadi."

"Memangnya siapa nama pedang baru itu?"

"Aku tidak tahu."

"Kau tidak tahu?"

"Saniwa tidak memberitahuku. Dia bilang biar kita berkenalan langsung dengan pedang baru itu."

"Aneh. Tidak biasanya Saniwa memberikan perintah seperti itu."

"Kau benar. Ini memang sangat aneh."

Malam semakin merangkak, badai semakin mengganas, hujan pun semakin lebat dari sebelumnya. Tidak aneh kalau Kashuu mulai menggigil kedinginan sekarang.

Tapi yang membuat Kashuu dan Hasebe sama-sama merinding ketakutan saat itu adalah begitu sampai di depan ruangan tempat pedang yang seharusnya mereka jemput malam itu disimpan.

Sejak awal Kashuu sudah merasa aneh dengan pedang baru itu. Pasalnya ruangan tempat pedang baru tersebut disimpan adalah bekas gudang yang ada di bangunan benteng yang lama.

Bukan hanya itu. Pintu ruangan tempat pedang baru itu berada dikunci rapat, malah bisa dibilang disegel.

Pintu itu dirantai dan digembok. Gemboknya pun sebesar kepalan tangan Hasebe.

Tidak hanya itu. Di pintu tersebut juga menempel banyak kertas jimat milik Saniwa, membuat Kashuu dan Hasebe yang melihatnya sadar bahwa pedang baru yang akan mereka jemput malam itu sepertinya bukanlah sebuah pedang biasa.

"Hasebe, kau yakin ini ruangan yang benar?" Tanya Kashuu yang terdengar sangat, sangat, sangat ragu.

"Aku yakin. Saniwa bilang ini adalah ruangannya, tapi dia tidak bilang kalau pintunya disegel sampai seperti ini," jelas Hasebe yang dari suaranya juga terdengar ragu.

Hasebe kemudian merogoh saku celananya dan mengeluarkan sebuah kunci yang diberikan oleh Saniwa kepadanya tadi. Sepertinya itu adalah kunci untuk membuka gembok di pintu tersebut.

"Hasebe," panggil Kashuu menghentikan Hasebe yang baru saja hendak memasukkan kunci yang dibawanya ke lubang kunci di gembok tadi. "Perasaanku tidak enak. Bagaimana kalau kita kembali kemari besok pagi saja?" sarannya.

Hasebe menggeleng pelan, "Saniwa sudah bilang, apa pun yang terjadi kita harus menjemput pedang baru itu malam ini juga. Kau tahu kalau kita harus selalu melaksanakan perintah beliau," katanya.

Kashuu terdiam. Perkataan Hasebe memang benar. Sejak pertama kali datang ke benteng ini dia juga tahu kalau Saniwa, tuan mereka itu memang memiliki pemikiran yang tidak bisa ditebak. Tapi nyatanya beliau selalu membuat keputusan yang tepat untuk setiap masalah yang mereka hadapi.

Namun kali ini Kashuu tidak habis pikir, bagaimana bisa tuan mereka itu menyimpan sebuah pedang di ruangan yang disegel seperti ini tanpa diketahui oleh mereka, para ksatria pedang di benteng itu sebelumnya?

Selain itu, bagaimana bisa dia menemukan pedang seperti itu sebelumnya?

Trak!

Gembok di rantai yang menutupi pintu ruangan tempat pedang baru itu pun terbuka setelah Hasebe memutar kuncinya.

Pada saat itu juga, rantai tersebut langsung menghilang bersama dengan jimat-jimat yang tadinya menempel di pintu itu bagaikan debu yang ditiup oleh angin.

Hal ini membuat Kashuu dan Hasebe yang melihatnya langsung terhenyak kaget.

"Hei, Hasebe, kurasa kita sebaiknya..."

Kashuu terdiam dan tidak sempat melanjutkan perkataannya saat Hasebe sudah lebih dulu membuka pintu ruangan yang ada di hadapan mereka saat itu. Dan begitu pintu itu terbuka, perasaan mencekam yang aneh langsung mengelilingi kedua pedang tersebut.

Reflek, Kashuu segera mengambil beberapa langkah mundur. Berbanding terbalik dengan Hasebe yang berusaha untuk memberanikan diri demi melaksanakan perintah dari Saniwa dan malah melangkah maju, masuk ke dalam ruangan yang baru saja dibukanya itu.

Tidak mau ditinggal sendirian di luar, Kashuu pun akhirnya terpaksa ikut masuk bersama Hasebe ke sana.

Ruangan itu memiliki ukuran yang sangat luas karena dulunya dipakai sebagai gudang di bangunan benteng mereka yang lama tersebut.

Dulu ruangan itu juga dipenuhi dengan kardus-kardus yang berisi barang-barang bekas yang sudah usang atau tidak bisa dipakai lagi.

Tapi sekarang ruangan itu kosong melompong dan hanya ada sebuah altar yang tertutup dengan kain berwarna putih diletakkan tepat di tengah-tengah ruangan tersebut.

Di atas altar itu Kashuu dan Hasebe bisa melihat sebuah pedang yang kelihatannya sudah berusia cukup tua diletakkan dengan rapi di sana.

Namun yang paling menarik perhatian mereka, terutama Kashuu saat itu adalah ukiran dua buah huruf katakana yang ada di bagian gagang pedang yang dirasanya memiliki aura aneh tersebut.

Terukir dengan jelas di sana huruf katakana 'no' dan 'ni'.

Apa maksudnya?

}|{To Be Continued...}|{

}|{NIC_999}|{

Touken Ranbu Fanfiction : The Legend of The Fox Demon's SwordTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang