“Jadi, kenapa kau menolong Houchou yang terluka tadi? Apa alasanmu kali ini?” Tanya Kashuu setelah selesai menceritakan kembali apa yang dia lihat sebelumnya di kebun.
“Kau sudah mendengarnya sendiri, ‘kan? Aku tadi melihat anak ini jatuh dan terluka, tapi dari pada membersihkan lukanya lebih dahulu mereka malah sibuk mencari obat luka padahal lukanya harus segera dibersihkan supaya tidak terkena infeksi. Karena itu aku datang ke sana hanya untuk membersihkan lukanya ,” jelas pedang baru itu panjang lebar dengan gaya acuh tak acuhnya.
“Itu artinya kau memang berniat untuk menolong Houchou, ‘kan?” Kali ini pedang bersurai hitam pendek itu terdiam tak menjawab. Sepertinya Kashuu berhasil menyudutkannya untuk pertanyaan yang satu itu.
“Bukan hanya itu.” Kashuu kembali melanjutkan, “Kau juga melakukan hal yang sama di sungai tadi,” katanya.
Flashback On
“Tolong selamatkan cuciannya!” Kasen berteriak histeris membuat Juzumaru dan Kogitsunemaru semakin mempercepat laju larinya untuk mengejar cucian yang jatuh dan hanyut di sungai saat itu.
Namun langkah mereka terhenti ketika sesuatu yang bergerak dengan sangat cepat tiba-tiba saja melesat di depan mereka dan langsung melompat terjun ke dalam sungai.
BYURR!
Mereka sempat terpaku diam selama beberapa saat sambil terus menatap ke arah sungai sampai akhirnya sosok pedang bersurai hitam pendek muncul di permukaan sungai kemudian naik ke pinggir sungai dengan membawa keranjang berisi cucian yang barusan hanyut di sana mengalihkan perhatian mereka.
Juzumaru dan Kogitsunemaru adalah yang paling pertama menghampiri pedang itu setelah dia mengangkat keranjang berisi cucian tadi naik ke pinggir sungai.
“Kau ini kalau tidak salah si pedang baru yang tadi pagi, ‘kan?” Tanya Kogitsunemaru yang lebih dulu mengenali pedang itu ketika dia menyisir rambut basahnya ke belakang dan memperlihatkan wajahnya dengan nafas yang sedikit tersengal-sengal.
“Noni-san, apa yang kau lakukan di sini?” Tanya Juzumaru yang sepertinya juga mengenali pedang yang kini seluruh tubuhnya basah kuyup itu.
“Oh, ya ampun! Astaga!” teriak seseorang dengan histeris kemudian mengalihkan perhatian mereka semua. Itu adalah Kasen yang berlari menghampiri mereka dengan penuh semangat. “Terima kasih! Terima kasih banyak! Aku benar-benar sangat berterima kasih karena kau sudah menyelamatkan cucian hari ini!” katanya pada si pedang baru tadi.
“Oh, dan ini handuk untuk…”
Belum sempat Kasen selesai bicara, pedang bersurai hitam pendek tadi sudah lebih dulu mengambil handuk yang ada di tangannya kemudian menggunakan handuk itu untuk mengeringkan rambutnya yang basah. “Lain kali tidak perlu berteriak histeris kalau ada cucian yang jatuh ke sungai seperti tadi, membuat orang lain khawatir saja,” ketusnya.
“Ah, itu. Baiklah. Maafkan aku,” ucap Kasen dengan nada bersalah karena merasa perkataan pedang baru itu memang ada benarnya juga.
“Sudahlah!” ketus pedang bersurai hitam pendek itu lagi sebelum akhirnya melangkah pergi dari sana meninggalkan mereka yang masih terpaku menatapnya.
“Pedang itu…dia yang tadi pagi hampir berkelahi dengan Higekiri, ‘kan?” Kogitsunemaru menoleh pada Juzumaru di sebelahnya yang mengangguk, “Sepertinya dia kebetulan ada di sekitar sini tadi.”
“Oh, aku hampir lupa!” seru Kasen yang berdiri di depan mereka di sana tiba-tiba mengalihkan perhatian kedua pedang itu. “Aku harus mencarikan baju ganti untuk pedang itu. Dia bisa terkena flu kalau berkeliaran dengan baju yang basah kuyup seperti tadi.”
Setelah berkata seperti itu Kasen langsung berlari pergi untuk mencari baju ganti yang akan diberikannya kepada si pedang baru tadi.
Sementara pada saat yang sama, si pedang baru tadi yang sudah berjalan pergi cukup jauh dari sungai dan sedang sibuk mengeringkan rambutnya berhenti ketika mendapati seseorang yang tiba-tiba sudah berdiri menghalangi jalan di depannya.
Manik coklat gelap miliknya kemudian bertemu pandang dengan manik merah maroon milik seorang pedang yang sudah tidak asing lagi baginya. “Kau…” ucapnya, “Kashuu? Apa yang kau lakukan di sini?”
Benar. Pedang bersurai hitam panjang yang diikat ke belakang dan berdiri di depan pedang itu adalah Kashuu yang sejak tadi diam-diam mengikutinya.
“Noni.”
Pedang bersurai hitam pendek itu mengernyitkan keningnya kebingungan ketika mendengar bagaimana cara Kashuu mengucapkan salah satu namanya barusan. “Apa?” katanya sembari melingkarkan handuk tadi ke lehernya.
“Hasebe ingin membicarakan sesuatu denganmu. Apa kau bisa ikut aku ke lapangan benteng sekarang?”
Pedang bersurai hitam pendek itu kemudian terdiam. “Harus sekarang?” tanyanya balik.
“Iya, sekarang. Ini menyangkut masalah keberadaanmu di benteng ini.”
Perkataan Kashuu saat itu membuat pedang baru itu tanpa sadar membulatkan matanya. Entah karena terkejut atau karena hal itulah yang memang sejak tadi ia tunggu-tunggu. Tapi pastinya setelah mendengar hal itu barulah dia bersedia untuk pergi bersama Kashuu dan menemui Hasebe.
Flashback Off
“Jangan konyol.”
Semua pedang yang ada di sana terkejut mendengar perkataan si pedang baru itu barusan.
“Aku sama sekali tidak berniat untuk menolong si rambut ungu ini tadi di sungai,” katanya sambil menunjuk Kasen yang berdiri di belakangnya.
“Lalu, apa alasanmu tanpa pikir panjang langsung melompat ke sungai tadi?” Tanya Kashuu yang tentu tidak akan percaya begitu saja.
“Aku mendengar si rambut ungu ini berteriak dan melihatnya berdiri di pinggir sungai dengan wajah panik. Saat melihat ke sungai ternyata ada sesuatu yang hanyut terbawa arus, dan karena kukira itu adalah seseorang yang tenggelam makanya aku melompat ke sungai untuk menolongnya. Jadi sejak awal aku tidak berniat untuk menolong siapa pun di sini,” jelas pedang bersurai hitam pendek itu panjang lebar.
Semua pedang yang ada di sana pun terdiam. Hasebe dan Kashuu terlihat menatap satu sama lain selama beberapa saat sebelum akhirnya pedang bersurai coklat muda itu menghela nafas panjang. “Aku mengerti sekarang,” katanya lalu mengalihkan perhatian mereka semua.
“Menurut pengakuanmu, saat di halaman depan kau menurunkan anak harimau milik Gokotai karena tidak mau dia sampai jatuh dari pohon yang tinggi kemudian terluka. Lalu di kebun kau memberikan pertolongan pertama pada luka Houchou karena tidak mau lukanya terinfeksi dan semakin parah. Kemudian di sungai tadi kau mengambil cucian Kasen yang hanyut karena mengira cucian itu adalah seseorang yang tenggelam. Jadi kau sama sekali tidak berniat untuk menolong mereka,” kata Hasebe lagi dengan panjang lebar mengulangi semua perkataan si pedang baru tadi sebelumnya.
“Apa benar begitu?”
“Memang seperti itu kejadian yang sebenarnya,” jawab pedang baru itu datar.
“Kalau begitu jadinya kau tidak mungkin akan diusir dari benteng ini,” ucap Hasebe yang seketika itu juga membuat si pedang baru tadi mengernyitkan keningnya kebingungan. “Sebenarnya apa yang sejak tadi kau bicarakan?” tanyanya kemudian.
“Kau bersikap seolah-olah tidak perduli dengan orang lain, tapi tanpa berpikir panjang bisa naik ke atas pohon yang cukup tinggi hanya untuk menurunkan seekor anak harimau yang terjebak, menolong seorang anak kecil yang terluka, dan melompat ke sungai karena mengira cucian hanyut adalah seseorang yang tenggelam. Bukankah semua itu terjadi karena kau sebenarnya tidak bisa membiarkan hal buruk terjadi pada orang lain? Dengan kata lain, kau sebenarnya perduli dengan apa yang terjadi di sekelilingmu.”
Pedang bersurai hitam pendek itu kembali terdiam setelah mendengar perkataan Hasebe barusan. Entah karena perkataannya itu memang benar atau karena dia tidak menyangka Hasebe akan berpikir seperti itu tentang dirinya.
}|{To Be Continued…}|{
}|{NIC_999}|{
KAMU SEDANG MEMBACA
Touken Ranbu Fanfiction : The Legend of The Fox Demon's Sword
FanfictionBenteng Hanamaru kedatangan ksatria pedang baru. Tapi dia sangat aneh, misterius, dan mencurigakan. Hasebe sudah melaporkan hal itu kepada Saniwa, tapi beliau malah mengatakan kalau mereka tidak perlu khawatir dengan kehadiran pedang baru itu. Kashu...