Di Masa Lalu

498 65 2
                                    

"Ka, kakak!" seru Hizamaru dengan nafas yang tersengal-sengal karena sehabis berlari menyusul kakaknya dari tempat mereka berdiri sebelumnya. "A, apa kau mengenal pedang baru itu?" tanyanya.

"Mengenal?" ulang Higekiri, "Tentu saja aku mengenal pedang ini. Malah tidak mungkin aku bisa melupakannya, meski pun pertemuan kami di masa lalu tidak pernah ditulis dalam sejarah mana pun," katanya membuat semua pedang di sana semakin kebingungan.

"Pedang yang tidak ada dalam sejarah mana pun? Ichi-nii, apa pedang seperti itu ada?" Tanya Yagen pada kakak tertua mereka itu.

"Entahlah. Aku juga tidak pernah mendengarnya. Tapi mungkin pedang seperti itu memang ada," jawab Ichigo yang sebenarnya juga terdengar tidak yakin.

"Hei, Higekiri." Kali ini Hasebe yang memanggil pedang bersurai pirang itu, "Apa maksudmu? Bagaimana mungkin bisa pertemuan kalian tidak tertulis dalam sejarah mana pun?" tanyanya mewakili semua pedang yang ada di sana.

"Jadi kalian tidak tahu?" Tanya Higekiri balik sembari menatap Hasebe, Shokudaikiri dan Kashuu yang berdiri di samping pedang baru itu.

Melihat gelengan kepala dari ketiga pedang itu membuat Higekiri terkekeh pelan, "Sepertinya hanya aku yang mengenalimu di sini. Bagaimana menurutmu?" katanya pada si pedang baru tadi yang masih diam tak mengatakan apa pun namun matanya masih menatap dengan tajam.

Higekiri hanya bisa menghela nafas pelan sambil tersenyum karena melihat pedang baru itu yang sepertinya sama sekali enggan untuk angkat bicara. "Kalau begitu, biar aku yang mengenalkan dirimu pada mereka," katanya lagi sembari berbalik menghadap pedang-pedang lain yang masih berkumpul di sana.

"Ada satu hal yang harus kalian semua ketahui tentang pedang ini," ucap Higekiri kemudian mengalihkan perhatian semuanya. "Sebelum datang ke benteng ini, dia tidak memiliki tuan yang sama seperti kita semua."

Suasana di lapangan benteng itu pun menjadi semakin berisik karena semuanya merasa semakin kebingungan dengan perkataan Higekiri sebelumnya.

"Hei, Higekiri! Aku sama sekali tidak mengerti! Kita semua sebelum datang ke benteng ini memang memiliki tuan yang tidak sama, 'kan?! Jadi apa yang aneh dengan hal itu!?" kata Shishiou yang lebih duluan kehilangan kesabarannya.

"Kakak, kalau kau memang mengetahui sesuatu tentang identitas sebenarnya dari pedang baru ini, kurasa kau harus mengatakannya langsung sekarang," ucap Hizamaru yang mulai khawatir dengan kebiasaan terlalu santai milik kakaknya itu.

"Baiklah, aku mengerti," kata Higekiri sambil tersenyum. "Tadi aku sudah bilang kalau pertemuan kami di masa lalu tidak pernah ditulis dalam sejarah mana pun, itu karena dia adalah pedang yang hidup di dalam legenda. Pedang yang benar-benar ada namun keberadaannya juga diragukan."

Baru saja Hizamaru ingin membuka mulutnya untuk mengingatkan Higekiri kembali, pedang bersurai pirang itu lebih dulu melanjutkan. "Dan dia tidak memiliki tuan yang sama seperti kita sebelumnya, itu karena tuannya sebelum datang ke benteng ini bukan seorang manusia."

Dan semuanya pun tertegun.

"Bukan seorang...manusia...?!" gumam Kashuu dalam hati, mengulangi kembali kalimat terakhir yang diucapkan oleh Higekiri barusan sembari menatap pedang baru tadi yang berdiri di sampingnya.

Kashuu kemudian menyadari kalau pedang itu mengepalkan kedua tangannya sambil menatap tajam Higekiri yang saat itu tengah berdiri membelakanginya di hadapan mereka.

"Kakak, apa maksudmu? Kalau tuannya yang sebelum datang ke benteng ini bukan manusia, lalu apa?" Tanya Hizamaru yang sepertinya masih belum bisa mengerti.

"Kalau begitu, biar kukatakan secara langsung." Setelah berkata seperti itu Higekiri berbalik kembali menghadap pedang tadi dan menatapnya sambil tersenyum, "Sebelum datang ke benteng ini, pedang yang ada di hadapan kita semua sekarang adalah pedang milik seekor siluman yang pernah dilawan oleh tuanku dulu," katanya kemudian yang seketika itu juga membuat semua pedang yang ada di sana langsung terkejut bukan main.

"Pedang milik seekor siluman katamu?!" ucap Hasebe tak percaya. Diliriknya pedang yang tengah dibicarakan mereka saat itu, dia nampak tidak berniat untuk membantah perkataan Higekiri barusan membuat Hasebe yakin kalau yang mereka bicarakan sejak tadi itu memang benar adanya.

"Benar sekali." Higekiri kembali menambahkan, "Saat aku menjadi pedang dari seorang pemburu siluman, kami pernah pergi ke sebuah desa karena mendengar kabar bahwa ada seekor siluman yang mengacau di sana. Begitu sampai, di sanalah aku pertama kali melihatnya. Di balik api yang membakar habis seluruh rumah di desa itu, dengan dilumuri oleh darah dari warga-warga desa yang tak berdosa, saat itu adalah pertama kalinya aku melihat pedang dengan aura membunuh sebesar itu."

Suasana pun semakin menegang. Apalagi si pedang baru yang sejak tadi sama sekali tidak mengatakan apa pun itu seakan-akan membiarkan Higekiri membeberkan semua kebenaran yang akan diakuinya nanti.

"Bagaimana denganmu?" Tanya Higekiri sambil mengangkat sebelah alisnya kepada si pedang baru tadi, "Aku tahu kalau setiap pertemuan kita di masa lalu memang tidak menyenangkan, tapi tidak mungkin kau sampai lupa dengan..."

"Tentu saja tidak," potong pedang bersurai hitam pendek sebahu itu kemudian yang akhirnya angkat bicara setelah sejak tadi hanya diam mendengarkan Higekiri membeberkan tentang pertemuan tidak menyenangkan mereka dulu.

"Sama sekali tidak. Aku tidak akan pernah melupakan pedang milik satu-satunya manusia yang pernah berani memanggilku sebagai pedang terkutuk itu meski pun dia akhirnya meninggal sesaat setelah pertarungan terakhir kita selesai berabad-abad yang lalu," katanya lagi datar namun dengan nada yang terdengar merendahkan membuat Higekiri terkekeh pelan mendengarnya.

"Ya, memang benar. Tuanku itu meninggal dengan penuh kebanggaan setelah berhasil mengalahkan siluman paling berbahaya yang sudah membunuh banyak manusia," kata Higekiri dengan nada yang tak kalah merendahkan.

"Bangga? Apa yang bisa dibanggakan dari seorang pria tua bangka yang harus mengumpulkan orang sebanyak mungkin hanya untuk mengalahkan seekor siluman? Rasa takut? Jangan konyol," jawab pedang baru tadi yang juga masih tidak mau kalah.

"Wah, sepertinya ada yang ingin mengulang kembali pertarungan yang sebenarnya masih belum selesai di sini," cibir Higekiri.

"Dengan senang hati, itu juga kalau kau berani," jawab si pedang baru tadi.

"Biar kuperingatkan, aku lebih tidak bisa menahan diri dalam wujud manusia seperti sekarang ini."

"Aku tidak perduli."

"Akan kubuktikan bahwa tuanku tidak seperti yang kau katakan."

}|{To Be Continued...}|{

}|{NIC_999}|{

Touken Ranbu Fanfiction : The Legend of The Fox Demon's SwordTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang