Penantian

397 43 0
                                    

Siang itu, beberapa pedang baru saja tiba di benteng setelah melaksanakan sebuah misi dari Saniwa.

Dan seperti biasa, pedang-pedang lain pun segera menyambut kedatangan mereka.

“Selamat datang kembali, Ichi-nii~!” seru para tantou Awataguchi bersaudara yang datang bergerombol untuk menyambut Ichigo, kakak tertua mereka itu.

“Aku pulang. Terima kasih karena sudah menyambutku,” kata pedang bersurai hijau tosca itu sambil tersenyum senang.

“Selamat datang kembali, Osayo,” ucap Souza dan Kousetsu bersamaan kepada adik mereka itu yang juga baru saja kembali.

“Aku pulang, Souza nii-sama, Kousetsu nii-sama,” kata Sayo dengan raut wajah datar namun terlihat berseri-seri.

“Oh, Kiyomitsu, Tsurumaru. Kalian kembali tepat saat Shokudaikiri selesai membuat bubur ketan manis,” ucap Yamatonokami yang datang bersama Shokudaikiri untuk menyambut kedua pedang yang itu.

“Oh, benarkah itu?! Kebetulan sekali aku memang sudah lapar!” kata Tsurumaru yang langsung kembali bersemangat.

“Karena kalian sudah kembali, bagaimana kalau kita makan siang bersama sekarang? Aku membuat bubur ketan manis yang cukup untuk kita semua,” kata Shokudaikiri.

“Boleh. Sepertinya bubur ketan manis untuk makan siang enak juga.” Kashuu tersenyum senang. Dia sudah tidak sabar untuk mencicipi makan siang yang disiapkan oleh Shokudaikiri untuk mereka.

Semua pedang disambut oleh teman dan keluarga mereka, kecuali satu pedang.

Pedang bersurai hitam pendek itu terdiam selama beberapa saat sambil memperhatikan satu persatu pedang-pedang lain di sana yang sedang mengobrol dengan teman dan keluarga mereka sebelum akhirnya melangkah pergi begitu saja.

“Oh, Noni,” panggil Kashuu ketika melihat pedang yang satu itu tiba-tiba saja hendak pergi tanpa mengatakan apa pun pada mereka. “Kau mau kemana?” tanyanya.

“Kembali ke kamarku,” jawab pedang itu singkat.

“Apa kau tidak ikut makan siang? Shokudaikiri sudah membuat bubur ketan manis untuk kita semua,” kata Kashuu lagi mencoba membujuk.

“Aku tidak lapar.”

Noni pun berlalu pergi dari sana.

“Hei, Kashuu. Apa kau mengatakan sesuatu yang aneh lagi pada Noni tadi? Kenapa dia jadi tiba-tiba bersikap seperti itu lagi?” tanya Shokudaikiri penuh curiga.

“Aku tidak mengatakan apa pun yang menyinggung perasaannya lagi, ‘kok. Lagipula sampai tadi dia baik-baik saja. Aku juga tidak tahu kenapa dia tiba-tiba seperti itu lagi,” kata Kashuu yang juga terlihat bingung karena sikap Noni barusan itu.

Sementara itu Noni yang sudah kembali ke kamarnya baru saja selesai mengganti baju zirah perangnya dengan baju sehari-harinya di benteng.

Pedang bersurai hitam pendek itu kemudian meletakkan pedangnya di sebuah altar khusus yang ada di dalam lemari kamarnya kemudian menutup pintu lemari tersebut.

Saat masih berdiri di depan lemari tersebut bola mata coklat gelapnya menerawang ke sekeliling ruangan dengan sorot mata sendu.

“Kamar ini terlalu luas untuk diriku sendiri,” ucap Noni dalam hati sembari duduk di belakang sebuah meja kecil yang menghadap ke jendela.

Pedang yang mengenakan kemeja lengan panjang berwarna coklat kemerahan itu mendongak dan menatap langit yang terlihat lewat jendela kamarnya itu dalam diam.

Noni kembali teringat saat dia baru kembali bersama pedang-pedang yang lain tadi.

Pedang-pedang itu terlihat sangat senang ketika teman dan keluarga mereka menyambut kepulangan mereka di benteng.

Touken Ranbu Fanfiction : The Legend of The Fox Demon's SwordTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang