Keberangkatan dan Kedatangan

363 45 3
                                    

Semilir angin berhembus pelan menerpa dedaunan dan menimbulkan bunyi gemerisik yang begitu menenangkan.

Noni menatap lurus pepohonan rimbun yang ada di lapangan benteng itu sambil menikmati hembusan angin pagi.

Pedang bersurai hitam pendek itu duduk sendirian di serambi sambil menunggu kedatangan pedang lainnya ke sana.

“Kau sepertinya bersemangat sekali untuk ekspedisimu yang pertama,” ucap seseorang mengalihkan perhatiannya.

Noni menoleh dan mendapati Kashuu yang berjalan menghampirinya. “Kenapa kau kemari?” tanyanya datar.

“Aku hanya ingin mengantarkan keberangkatan kalian. Tidak masalah, ‘kan?”

Noni hanya diam sembari mengalihkan perhatiannya kembali pada pepohonan di sana.

Tidak lama kemudian, Shishiou yang juga akan berangkat untuk ekspedisi hari itu pun datang. “Oh, kau sudah sampai lebih dulu ternyata, kapten!” seru pedang bersurai kuning yang membawa seekor siluman di atas bahunya itu menyapa Noni sembari berjalan menghampirinya.

Pada saat yang sama, Ichigo yang datang untuk mengantarkan adik-adiknya pun datang bersama Hasebe dan yang lainnya.

“Noni,” panggil Hasebe. “Bawalah ini bersamamu,” katanya sembari memberikan sebuah jimat kepada pedang yang mengenakan kimono pendek berwarna biru keunguan itu. “Ini adalah jimat buatan Saniwa. Jimat ini bisa melindungi dirimu, jadi lindungilah anggota timmu yang lain dengan baik,” jelasnya.

Noni tidak mengatakan apa pun saat menerima jimat itu. Dia langsung menyimpannya ke dalam saku lengan kimononya kemudian berjalan menuju mesin waktu yang ada di tengah lapangan benteng itu bersama pedang-pedang lain yang akan berangkat bersamanya saat itu.

“Apa kalian sudah siap?” tanya Noni sembari menatap satu persatu anggota timnya setelah dia selesai mengatur mesin waktu yang berbentuk seperti sebuah sumur besar itu.

Shishiou, Gokotai, Yagen, dan Namazuo menganggukkan kepala mereka sigap.

Noni pun mengangguk mengerti kemudian menekan tombol yang ada di mesin waktu untuk mengaktifkannya.

“Selamat jalan,” ucap Kashuu sambil melambaikan tangannya kepada Noni yang hanya menatapnya sambil mengangguk kecil.

“Noni-san, Shishiou-san, tolong jaga adik-adikku,” pesan Ichigo.

“Tidak perlu khawatir. Serahkan saja pada kami!” jawab Shishiou dengan penuh semangat.

“Kami pergi dulu, Ichi-nii,” pamit Gokotai, Yagen, dan Namazuo bersamaan.

“Noni, jangan lupa dengan perkataanku tadi,” kata Hasebe saat mesin waktu mulai bekerja memindahkan pedang-pedang itu ke masa lalu. “Tugas utamamu sebagai kapten bukan untuk menyelesaikan misi, tapi…”

“Akan kupastikan semua anggota timku selamat tanpa kurang satu apa pun. Karena itu adalah tugasku sebagai kapten. Tenang saja,” potong Noni.

Tak lama, Noni dan yang lainnya pun sudah berangkat ke masa lalu.

“Semoga mereka baik-baik saja di sana,” ucap Ichigo yang terdengar sedikit khawatir.

“Tenang saja. Noni ada di sana, jadi mereka pasti akan baik-baik saja,” kata Kashuu berusaha menenangkan.

“Kashuu benar. Mereka hanya akan melakukan ekspedisi biasa, jadi kita tidak perlu khawatir. Sebaiknya sekarang kita kembali bekerja dengan yang lain,” kata Hasebe menimpali.

Ketiga pedang itu pun pergi dari sana untuk melanjutkan pekerjaan mereka masing-masing.

Sementara itu pada saat yang sama, “Baiklah, kapten. Kita sudah sampai di sini, jadi apa yang harus kita lakukan sekarang?” tanya Shishiou setelah mereka sampai di tengah hutan belantara pada awal zaman Showa.

“Kita akan berkeliling di sekitar sini selama 1 jam untuk memastikan tidak ada hal yang terjadi di luar sejarah yang sudah tertulis di masa depan dan setelah itu kita bisa kembali ke benteng,” jawab Noni yang kelihatan sedang ‘mengobrol’ dengan seekor burung kecil yang hinggap di jarinya saat itu.

“Dan satu lagi,” kata pedang itu kembali menambahkan. “Jangan panggil aku kapten. Aku punya nama, ‘kan? Panggil saja dengan nama itu.”

“Tapi kamu bilang kamu punya dua nama, jadi aku bingung mau manggil pakai nama yang mana,” kata Shishiou sambil menggaruk kepalanya yang tidak benar-benar gatal.

“Terserahmu mau memanggilku dengan nama yang mana,” jawab Noni dengan cuek.

“Kalau begitu, boleh kupanggil Noni saja? Nama yang itu lebih simple dari pada nama aslimu.”

“Terserah.”

“Baiklah kalau begitu, Noni!”

“Oke. Kalau begitu sekarang kita akan pergi kemana dulu?” tanya si wakizashi bersurai ungu gelap.

“Teman kecil ini bilang kalau di dekat hutan ini ada sebuah kota,” kata Noni sambil memperlihatkan burung kecil tadi yang masih bertengger di jarinya. “Jadi kurasa kita akan pergi ke sana dulu.”

Kemudian di benteng, Kashuu yang kebetulan tidak memiliki pekerjaan untuk hari itu sedang duduk santai di serambi sambil meminum teh bersama Mikazuki dan Uguisumaru.

Hasebe yang tiba-tiba datang sambil menggebrak pintu mengejutkan mereka. “Kashuu, apa kau tahu dimana Ichigo?! Aku sudah mencarinya ke kandang kuda juga kamarnya tapi dia tidak ada dimana pun,” kata pedang bersurai coklat itu dengan nafas terengah-engah membuat mereka kebingungan.

“Kurasa dia sekarang ada di dapur karena tadi Shokudaikiri memintanya untuk pergi ke toko membelikan bahan makanan yang kurang bersama Nakigistune,” jawab Kashuu setelah mengingat-ingat.

“Kenapa kau terlihat panik seperti itu, Hasebe? Apa yang terjadi?” tanya Uguisumaru yang menyadari kepanikan Hasebe saat itu.

Hasebe melirik Kashuu sekilas membuat pedang bersurai hitam panjang itu bisa merasakan bahwa hal yang buruk sudah terjadi sebelum akhirnya berkata, “Noni dan yang lainnya diserang oleh musuh.”

Kashuu langsung melompat berdiri karena saking kagetnya dan menatap Hasebe tak percaya, “Ada dimana mereka sekarang?!” tanyanya.

Setelah mencari Ichigo, mereka bertiga kemudian segera pergi ke lapangan benteng tempat mesin waktu yang selalu mereka pakai untuk berpergian ke masa lalu berada.

“Namazuo! Yagen! Gokotai!” seru Ichigo penuh kekhawatiran ketika mendapati ketiga adiknya itu baru saja tiba di sana setelah kembali dari perjalanan masa lalu. “Apa yang sudah terjadi?!”

“Gokotai terkena salah satu panah beracun musuh,” jawab Namazuo yang menggendong Gokotai yang tidak sadarkan diri di punggungnya dengan bahu kiri berdarah.

“Segera bawa Gokotai ke ruang perawatan! Saniwa sudah menunggu di sana untuk mengobatinya,” suruh Hasebe yang juga terdengar tidak kalah paniknya.

Mereka pun segera berlari pergi menuju ruang perawatan.

Tapi Kashuu yang menyadari sesuatu segera menahan Shishiou yang hendak ikut dengan yang lainnya.

“Shishiou, dimana Noni? Kenapa dia tidak kembali bersama kalian? Apa yang sebenarnya sudah terjadi!?” tanya Kashuu karena sadar kalau pedang bersurai hitam pendek itu tidak kembali bersama anggota timnya.

“No, Noni… Dia…” Suara Shishiou yang terbata-bata ketika menjawab pertanyaannya barusan membuat perasaan Kashuu semakin tidak enak.

Baru saja Shishiou hendak menjelaskan, cahaya menyilaukan yang muncul dari mesin waktu di belakangnya mengalihkan perhatian mereka.

Setelah cahaya menyilaukan itu menghilang, muncul sosok seseorang yang membuat Kashuu dan Shishiou terkejut bukan main saat melihatnya.

Sosok itu adalah Noni yang baru saja kembali dari perjalanan masa lalu dengan kimononya yang sudah terkoyak di sana sini dan luka-luka di sekujur tubuhnya.

Brukh!

Noni terjatuh tak sadarkan diri ke tanah membuat Kashuu dan Shishiou langsung berlari menghampirinya dengan penuh kekhawatiran.

“Noni?! Bangun, Noni! Bangun!” seru Kashuu sambil mengguncangkan tubuh pedang bersurai hitam pendek itu yang sudah tak berdaya.

Sebenarnya, apa yang sudah terjadi?!

}|{To Be Continued…}|{
}|{NIC_999}|{

Touken Ranbu Fanfiction : The Legend of The Fox Demon's SwordTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang