Cerita Yang Harus Ditulis

357 51 2
                                    

“Tidak ada satu pun dari kalian yang benar-benar tahu seperti apa masa laluku yang sebenarnya, jadi diam dan jangan sembarangan bicara.”

Setelah berkata begitu, pedang bersurai hitam pendek itu kemudian berlari pergi dari sana.

Tidak lama setelah itu, Shokudaikiri dan Ookurikara datang menghampiri mereka dari arah yang sama dengan pedang tadi pergi.

“Hei, apa yang sudah kalian lakukan pada Noni?” tanya Shokudaikiri pada Hasebe yang langsung menatapnya kebingungan, “Apa maksudmu?” tanyanya balik.

“Tadi waktu aku dan Kara-chan berjalan kemari kami berpapasan dengan pedang itu di lorong. Saat itulah kami tidak sengaja melihat wajahnya yang berlinang air mata,” jelas Shokudaikiri.

“Dia menangis,” kata Ookurikara menambahkan.

“Menangis?!” Hasebe sangat terkejut mendengarnya, begitu juga pedang-pedang lain yang ada di sana.

“Kenapa Noni-san menangis?” lirih Gokotai yang merasa sedih ketika mendengar hal itu.

“Noni tadi dari sini, ‘kan? Apa yang kalian lakukan padanya?” tanya Shokudaikiri lagi.

Hasebe diam tak menjawab. Pedang lain yang masih berkumpul di sana juga tidak mengatakan apa pun membuat Shokudaikiri dan Ookurikara menatap mereka kebingungan.

Kashuu yang paling terkejut. Apalagi saat mendengar kalau si pedang baru itu menangis setelah pergi dari sana barusan membuatnya teringat dengan perkataan pedang itu sebelum berlari pergi tadi.

“Tidak ada satu pun dari kalian yang benar-benar tahu seperti apa masa laluku yang sebenarnya, jadi diam dan jangan sembarangan bicara.”

Dan bukan hanya itu. Tatapan mata pedang bersurai hitam pendek itu saat mengatakan semua itu tadi sama seperti tatapan mata yang Kashuu lihat tadi malam.

Tatapan mata yang penuh dengan kesedihan, ketakutan, dan kesepian.

“Sepertinya Nonoka benar-benar masih tidak bisa menerima masa lalunya,” ucap seseorang tiba-tiba mengalihkan perhatian mereka semua di sana.

“Saniwa?!” kata Hasebe ketika mengenali orang yang berdiri di belakangnya bersama Mikazuki dan Honebami itu.

“Halo, semuanya!” sapa Saniwa yang seperti biasanya sangat ceria. “Aku punya hadiah untuk kalian!” katanya lagi sembari memperlihatkan tumpukan buku yang dibawa oleh Honebami dan Mikazuki di sampingnya.

“Saniwa, apa ini?” tanya Hasebe ketika Saniwa memberikannya satu dari banyaknya buku itu seperti pedang-pedang lain yang ada di sana.

“Buku itu berisi cerita yang tadi kutulis,” jawab Saniwa singkat sambil membagikan buku-buku tadi di sana.

“Bagaimana kau bisa membuatnya jadi sebanyak ini dalam waktu yang sangat singkat?!”

“Hasebe, sepertinya kau harus lebih sering belajar tentang mesin fotokopi yang ada di kota, deh.”

“Uwah, ini cerita bergambar,” ucap Shinano yang sudah lebih dulu membaca buku yang diberikan oleh Saniwa barusan mengalihkan perhatian semua pedang di sana.

“Benar. Wah, gambarnya lucu,” kata Gokotai yang juga ikut mulai membaca.

“Kau juga menggambarnya?!” tanya Hasebe tak percaya sambil menatap Saniwa mereka ragu.

“Ya, karena kurasa cerita bergambar akan lebih mudah untuk dipahami kalian semua jadi kubuat saja seperti itu,” jawab Saniwa sambil tertawa kikuk.

Hasebe hanya bisa menghela nafas pelan, namun sesaat kemudian dia nampak seperti teringat dengan sesuatu. “Oh, iya. Saniwa, ada hal yang ingin kutanyakan padamu tadi,” katanya.

“Soal apa?”

“Tadi Saniwa bilang kalau kau sebenarnya tidak bisa menulis sebuah cerita, tapi kau harus tetap menulis cerita itu supaya kami juga bisa mengetahui cerita yang satu ini dan kesalahpahaman konyol ini terselesaikan. Apa cerita yang kau tulis itu adalah sebuah cerita yang tidak pernah kami dengar sebelumnya dan hanya kau yang tahu?” tanya Hasebe panjang lebar.

Saniwa mengangguk sambil menyunggingkan senyuman hangatnya seperti biasa kemudian menjawab, “Tepat sekali. Dan aku tahu kalau kalian pasti akan menyukai cerita yang kutulis ini.”

“Kalau begitu, jika tebakanku benar…”

Hasebe kembali bertanya. Suaranya terdengar ragu, tapi sesuatu dalam dirinya seperti mendorongnya untuk tetap menanyakan hal itu agar mendapatkan jawaban yang sebenarnya dia inginkan.

“Apakah cerita yang kau tulis di dalam buku itu sebenarnya adalah…masa lalu dari si pedang baru itu?”

Saniwa diam tak langsung menjawab pertanyaan Hasebe yang satu itu. Namun dengan melihat senyuman yang menghiasi wajahnya saat itu Hasebe sudah bisa langsung tahu apa jawabannya.

“Tunggu. Bukannya ini nama panjang Noni?” kata Shokudaikiri yang terlihat kebingungan ketika baru saja menemukan sesuatu yang menarik dalam buku pemberian Saniwa itu mengalihkan perhatian Hasebe. “Ini. Di sini,” katanya lagi sambil menunjuk ke sebuah halaman.

“Kau benar,” jawab Ookurikara setelah memperhatikan halaman yang dimaksud oleh Shokudaikiri barusan.

“Hasebe,” panggil Saniwa. “Tebakanmu itu memang benar,” katanya lagi. “Buku yang kutulis itu memang berisi cerita tentang legenda siluman rubah dan pedangnya yang terlupakan.”

“Pedang yang sebenarnya memang ada, namun keberadaannya tidak pernah diakui dalam sejarah mana pun.”

Kashuu yang sejak tadi mendengarkan pembicaraan Saniwa dan Hasebe hanya diam sambil memperhatikan buku yang ada di tangannya saat itu.

Kalau buku itu memang berisi tentang masa lalu si pedang baru tadi, maka setelah membacanya Kashuu pasti bisa tahu alasan yang sebenarnya kenapa pedang itu bersikap seolah-olah dirinya adalah seorang pedang yang jahat dan berbahaya.

Dan dengan kata lain, Kashuu juga akan memastikan kalau pedang itu sebenarnya bukanlah seorang pedang pembawa sial sesuai dengan apa yang sudah pernah dikatakan oleh Saniwa sebelumnya.

}|{To Be Continued…}|{
}|{NIC_999}|{

Touken Ranbu Fanfiction : The Legend of The Fox Demon's SwordTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang