Amor Silencio

Chapter 32 - Wedding Bells

PLEASE GUYS MESKIPUN CERITA INI UDAH END JANGAN LUPA VOTE DAN KOMENNYA YA!!!

---

SEUNGWOO POV

Aku menunggu kedatangan Reyna diujung panggung, dia semakin mendekat dan mendekat. Dia benar-benar cantik! Gaunnya yang indah sangat cocok untuk tubuhnya dan tidak terlihat seperti perempuan murahan. Dia memang cantik meskipun dia memakai hal yang paling sederhana. Make-upnya tidak terlalu gelap dan tidak terlalu terang, sangat pas. Sinar matahari memberi kilau cantik di kulitnya dan caranya melihatku membuat lututku bergetar. Caranya tersenyum padaku membuat hatiku melompat kegirangan.

Ini bukanlah pernikahan kami dan aku bisa merasakan seperti akulah yang akan menikah. Bagaimana kau tidak mau menikahi seseorang secantik dia? Dia benar-benar perempuan yang sempurna. Melihatnya berjalan di pelataran membuatku ingin menggandengnya dan menikahinya saat ini.

Aku mengakui kalau dialah hal terbaik yang pernah diberikan untukku. Kalau bukan karenanya, aku mungkin masih bermain-main dengan beberapa perempuan yang bahkan tidak mmempedulikaku.

Semakin dia mendekatiku, semakin aku ingin menggenggamnya dan menciumnya. Aku tahu aku tidak bisa melakukannya karena aku berjanji aku tidak akan melakukannya, tapi aku hanya ingin dia menjadi milikku. Aku mau dia menjadi pacarku. Aku mau dia untuk mencintaiku juga. Aku benar-benar bertanya-tanya apa dia menerima pesanku. Bagaimana jika dia menerimanya tapi dia tidak merasakan hal yang sama?

Apa yang lebih menyakitkan? Mencintai seseorang yang tidak mencintaimu? Atau mencintai seseorang yang hanya menganggapmu sebagai teman? Bisakah aku bertahan saat melihatnya bersama laki-laki lain? Bisakah aku mengorbankan perasaanku supaya aku bisa melihatnya bahagia? Akankah semuanya lebih berharga kalau aku mengorbankan kebahagiaanku selama dia bahagia?

Aku tidak tahu betapa sulit bagiku untuk melihatnya hampir setiap hari dan tidak bisa memberitahunya betapa aku mencintainya, betapa aku ingin dia menjadi milikku. Ini benar-benar sulit untuk tidak memberitahunya apa yang kurasakan. Ada kalanya dimana aku ingin meneriakkan perasaanku jadi aku tidak merasakan hatiku diremas-remas. Sangatlah sakit ketika aku mencintainya dan dia hanya melihatku sebagai temannya. Aku bertanya-tanya apakah ini perasaannya ketika Wooseok tidak menyukainya balik.

Aku menghilangkan pikiran itu saat aku melihat Reyna tersenyum ke arahku dan duduk dikursinya. Senyumannya memberikan kenyamanan untukku, Mungkin aku hanya terlalu banyak berpikir.

Pernikahannya dimulai dan aku bisa mendengar ayahku dan tante Nayeon bergantian membacakan janji mereka. Mendengar mereka membacakan janji pada satu sama lain membuatku ingin mengucapkannya pada Rey suatu hari nanti. Aku mau bersama Rey, untuk memiliki dan mendekapnya, untuk lebih baik atau lebih buruk, untuk lebih kaya, maupun lebih miskin, dalam sakit maupun sehat, untuk mencintai dan berbagi; dari hari ini sampai nanti kematian menjemput kami. Bukankah itu akan hebat?

Saat pernikahan berlangsung, aku terus menatap Reyna. Aku tidak bisa menahannya. Dia benar-benar cantik. Kecantikannya melebihi yang lain. Aku akan lebih menggilai Bruno Mars jika aku harus. Dia benar-benar pantas mendapatkannya. Aku mencoba mengalihkan pandangan kapanpun dia melihatku sedang menatapnya, tapi aku bisa melihat senyuman muncul di bibirnya dari sudut mataku. Aku tidak bisa untuk menahan senyum juga.

Aku tidak tahu hubungan jenis apa yang kami jalani tapi apa yang kutahu adalah aku semakin dan semakin mencintainya setiap hari. Dia melengkapi hariku hanya dengan senyumannya. Mata coklatnya yang sama sepertiku membuatku merasa kalau kami berbagi sesuatu yang sama..

Aku berhenti membayangkan saat aku mendengar orang-orang bertepuk tangan. Ini adalah waktu bagi ayahku untuk mencium mempelai perempuan. Wow, aku melewatkan peresmiannya. Aku terlalu sibuk membayangkan Reyna sampai aku lupa waktu. Kami semua berdiri dan berjalan ke depan untuk difoto.