Chapter 27 - Big Game

2.4K 534 11
                                    


REYNA POV

Seungwoo benar-benar menggigil dan aku mencoba untuk mengumpulkan semua syal dan selimut untuk melindunginya dan membuatnya merasa hangat. Aku meminta salah satu pelayan untuk merawatnya sementara aku memasak chicken soup untuknya. Saat aku selesai memasak sup, aku melihat Seungwoo sudah lebih baik. Dia sudah tidak menggigil lagi dan dia sudah mulai sehat.

Aku mendekatinya dan memintanya untuk duduk. Aku membantunya dan aku menaruh bantal besar di belakang punggungnya. Dia kelihatan sangat lemah sekarang. Aku mengambil mangkok chicken soup perlahan dan meniupnya. Aku tidak mau dia memakan ini sekarang. Ini masih sangat panas. Aku menyendok sup dan meniupnya sebelum menyuapkan itu pada Seungwoo.

Dia mengikuti semua permintaanku dan dia meminum obatnya juga. Bibirnya lebih merah sekarang, tidak seperti beberapa saat lalu, bibirnya sangat pucat. Aku mencoba untuk menyentuh keningnya dan aku bisa merasakan demamnya mereda. Dia menggenggam tanganku dan mengelusnya perlahan. Dia memintaku untuk duduk.

"Thanks." dia berbisik.

"Bukan apa-apa. Lagipula ini salahku, tadi kau seharusnya tidak memberi bajumu padaku."

"Tidak apa. Kalau aku tidak melakukannya, mungkin kaulah yang akan sakit." katanya.

Kenapa dia sangat peduli padaku? Aku tidak pantas menerimanya. Dia menganggap perjanjian ini terlalu serius.

"Kau tahu, tidak ada seorangpun yang peduli padaku ketika aku sakit dulu. Ayahku tidak pernah di rumah. Kau adalah orang pertama yang khawatir dan bahkan merawatku saat aku sakit. Terima kasih. Aku sangat menghargainya." katanya jujur.

Aku hanya tersenyum dan bergerak lebih mendekatinya.

"Aku temanmu. Tentu saja, aku akan melakukan apapun untukmu." kataku sembari memeluknya. Aku bisa merasakan tangannya melingkar di tubuhku.

"Thank you again."




**********************



Ini sudah seminggu semenjak Seungwoo sakit. Dia tidak bisa menghadiri beberapa latihan sepak bola tapi dia bisa mengejar ketertinggalannya dua minggu ke belakang. Orang-orang lebih baik padaku ketika kami kembali ke sekolah. Tidak ada seorang pun yang berani untuk memperlakukanku secara tidak adil dan tidak ada seorang pun yang berani untuk memanggilku coffee girl lagi. Hubunganku dengan Wooseok juga baik. Kyulkyung, di sisi lainnya, tetaplah bitch; tapi siapa peduli.

Aku sudah mulai terbiasa tinggal di rumah Seungwoo sekarang. Aku sudah mulai terbiasa dengan rutinitasnya. Aku sudah terbiasa untuk membangunkan Seungwoo setiap pagi dan sebaliknya. Kami berdua semakin dekat. Aku sangat menikmati berada di keluarga ini sekarang.

Hari ini adalah hari pertandingan besar. Tim sepak bola sekolah kami, X1 akan bertanding melawan TREASURE. Seperti sekarang, kami masih mempunyai sepuluh menit tersisa; dan Treasure memimpin dengan selisih satu. Aku bisa melihat Seungwoo memberi tahu teman-teman timnya apa yang harus dilakukan dan kemana harus pergi. Dia adalah pemimpin yang sangat baik kalau kau benar-benar mematuhinya.

Kedua tim melanjutkan bermain dan aku bisa melihat Seungwoo dan Wooseok sudah kecapekan. Mereka sudah berlari di sekitar lapangan untuk waktu yang cukup lama. Sebenarnya, mereka adalah pemain terbaik dan pelatih mereka tidak mau mereka keluar dari permainan.

Aku berada di bangku paling depan karena aku adalah pacar Seungwoo. Sudah biasa untuk pacar-pacar para atlet untuk duduk di depan. Kyulkyung dan beberapa temannya seharusnya duduk bersamaku, tapi kebanyakan atlet biasanya memacari cheerleaders, jadi kebanyakan dari mereka sedang menyemangati pacarnya yang sedang bermain. Kupikir aku adalah satu-satunya pacar yang bukan bagian dari cheerleader.

Amor SilencioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang