Taeyong melenguh pelan ketika suara alarm mengusik indera pendengarannya. Dengan mata yang masih setengah terpejam, ia meraih jam weker diatas nakas lalu menghentikan pekikan benda berbentuk kotak itu. Figura yang semalaman ia dekap hingga terlelap tergeletak disamping tubuhnya. Taeyong lantas meraih benda itu sebelum meletakkannya di tempat semula.
Bangkit dari posisinya lalu merapikan tempat tidur sejenak, Taeyong kemudian berdiri didepan meja rias sembari menatapi wajahnya pada pantulan cermin. "Argh, mataku bengkak." Ia bergumam.
Lelaki manis berahang tegas itu pun berjalan keluar dari kamar, sudah waktunya membangunkan Naeun. Biasanya, dihari Minggu seperti ini keluarga kecilnya akan piknik, atau sekedar berjalan-jalan ke pusat perbelanjaan dan menghabiskan waktu bersama di restoran juga area bermain anak-anak. Ya, tepatnya sebelum Jaehyun dan dirinya tersandung masalah seperti sekarang.
"Naeun-ah," panggil Taeyong sembari memutar kenop pintu kamar putri kecilnya. "Bangunlah, kita akan memasak ceker..."
Taeyong terdiam ditempatnya saat mendapati tempat tidur Naeun telah kosong. Dengan sigap ia berlari ke dapur. Putri kecilnya itu sangat sering bangun lebih awal lalu membuat sarapan untuknya dan Jaehyun. Selain itu, Naeun juga sangat sering membuat susu untuk dirinya sendiri. Taeyong terlalu takut jika saja Naeun terluka saat mengambil air panas dari wadahnya.
"Naeun-ah!" Napas Taeyong memburu ketika melihat putri kecilnya itu terduduk diatas pantri. "Kenapa kau duduk disini? Bagaimana jika kau terjatuh, sayang?" Ucapnya dengan nada lirih dan penuh kekhawatiran.
"Ada aku."
"AAAAKH!" Taeyong refleks berteriak ketika seseorang berpakaian serba hitam tiba-tiba saja menyembul dari bawah meja pantri. Ia mengerjapkan mata sejenak, tidurnya semalam mungkin terlalu nyenyak, pikirnya. "Jaehyun, kau... Kembali?"
Jaehyun berdecak-decak. "Naeun-ah, lihatlah. Appamu tidak senang Daddy kembali ke rumah."
"Aniya!" Protes Taeyong. Ia yang masih berdiri didepan meja pantri menarik satu kursi lalu mendaratkan bokong disana hingga kini ia berhadapan dengan Jaehyun disisi seberang. "Sejak kapan kau pulang ke rumah?" Tanyanya.
Bahkan untuk bertanya pada sang suami seperti biasa Taeyong benar-benar merasa sangat asing. Sangat jelas kecanggungan diantara mereka.
"Sejak jam enam tadi," Jaehyun berkata sembari melanjutkan kegiatannya menyiapkan sarapan untuk sang suami kecil juga putrinya. "Kukira kau dan Naeun sudah bangun, jadi aku datang sepagi ini."
"Lagipula kenapa kau tidak mengabariku?" Taeyong berdeham. "Lalu siapa yang memberimu baju itu? Ck, kau sudah seperti malaikat pencabut nyawa."
Jaehyun sontak mendengus. "Dan sepertinya kau terlalu banyak menonton drama fantasi, ceker-nim." Ia mencebik lalu memandangi bajunya. Tidak ada yang salah, pikirnya. Ia hanya mengenakan baju turtleneck hitam polos juga celana kain dengan warna serupa. Tapi Taeyong malah mengiranya malaikat pencabut nyawa.
"Aku hanya bingung karena kau tiba-tiba berpakaian serba hitam seperti itu," Ucap Taeyong sembari membantu Naeun membaluri roti dengan selai cokelat kesukaannya.
"Semalam aku mendatangi acara pemberian salam terakhir mantan barista restoran di agensiku," ungkap Jaehyun. "Jadi Mark membeli baju ini untukku."
"Apa?!" Taeyong memekik tak percaya. "Untuk apa kau memberikan salam terakhir pada bajingan tak tahu diri itu, Jung Jaehyun?"
"Language," Jaehyun menatap Taeyong datar sebelum kembali memusatkan atensi pada omelette diatas pan. "Halmeoni pernah berpesan padaku, aku harus berbuat baik pada semua orang. Jika mereka membalasnya dengan kejahatan, itu urusannya dengan Tuhan."

KAMU SEDANG MEMBACA
Hilarious | Jaeyong ✓
Fanfiction❝I love being married. It's so great to find one special person you want to annoy for the rest of your life❞ M/M | GENFIC | M-PREG | MATURE | BOOK 2 a sequelㅡread 'Secret Romance' first Kehidupan pernikahan Jaehyun dan Taeyong nyatanya tidak semulus...