17. Curtain

5.4K 1K 139
                                    

Jaehyun yang semula sibuk membaca koran pagi harinya sembari menyesap teh buatan si submissive sontak mengerutkan kening. Ia memandangi Taeyong dari atas kebawah lalu menatap jam pada pergelangan tangannya sejenak.

"Kau mau kemana?" Tanya Jaehyun sembari meletakkan koran diatas meja.

"A-aku ingin menjemput Naeun di tempat les," Taeyong menyengir. Ia duduk disamping Jaehyun sembari memasang sepatu kets yang masih cocok dikakinya.

"Tapi masih jam sepuluh pagi," Jaehyun menyela. "Bukannya Naeun pulang les jam sebelas?"

"Apa salahnya datang lebih awal?" Taeyong berdeham. "Maksudku, aku ingin melihat Naeun belajar di kelasnya meski sebentar."

Pada akhirnya Jaehyun mengangguk pelan. "Aku juga harus pergi setelah ini. Jika aku belum pulang sebelum jam makan siang, kalian tidak perlu menungguku."

"Kau mau kemana?" Taeyong menatap suaminya lamat-lamat.

"Ke tempat kerja temanku, ada hal penting yang harus kami bicarakan." Jaehyun beranjak dari posisinya sebelum membungkuk dihadapan Taeyong, ia mengecup kening suami kecilnya lalu berucap. "Tunggu disini, aku akan mengantarmu ke tempat les Naeun."

"Tidak perlu," Taeyong mengusap lengan Jaehyun. "Aku bisa naik taksi. Pergi dan temuilah temanmu."

"Taeyong..."

"Aku bukan anak kecil lagi, Jaehyun." Lelaki manis itu mendorong tubuh Jaehyun lalu ikut bangkit dari sofa. "Aku berangkat dulu," ucapnya sebelum meninggalkan ruang tengah.

Sesampainya di halaman depan rumah, Taeyong menggigit bibir bawahnya lalu tersenyum kecut. "Jaehyun menutup-nutupinya dariku," Ia bergumam lalu mendongak sejenak. "Apa salahnya berkata jika dia akan menemui Taehyung?" Lirihnya sebelum bergegas untuk menahan taksi dipinggir jalan.

Setelah menghabiskan hampir dua puluh menit di jalan, disinilah Taeyong kini beradaㅡManson House. Kantor yang tak pernah ia datangi sejak mengambil cuti kehamilannya sejenak sekaligus alibi untuk menghindar dari kejaran media selama sang suami mendekam dalam penjara. Ia melangkah pelan sembari menjawab sapaan dari karyawan lain.

Taeyong merasa bersyukur sebab tatapan dari penghuni Manson House sangat berbeda dengan aura yang diberikan oleh orang-orang diluar sana. Tak ada tatapan sinis, meremehkan atau bahkan bisikan-bisikan disengaja yang membuat hatinya terluka.

Entah para karyawan itu tengah memasang tampang palsu karena ia seorang jajaran atasan, atau memang mereka tulus tak ingin mengungkit kasus yang menyeretnya, Taeyong tetap bersyukur setidaknya ia tak terlalu makan hati untuk saat ini.

"Taeyong!"

"Eoh? Ten?" Taeyong bergumam ketika sang sahabat tiba-tiba datang dari arah berlawanan lalu memeluknya. "Bukannya kau masih cuti?"

Melepas dekapannya, Ten menggerak-gerakkan lengan Taeyong yang tengah ia cengkeram sembari tersenyum haru. "Aku sangat merindukanmu, bodoh." Ucapnya lirih. "Aku masih cuti, tapi hari ini ada tamu penting dari New York, dan kau juga belum masuk ke kantor. Jadi aku menggantikanmu di pertemuan tadi."

"Good job, Nyonya Suh." Taeyong terkekeh lalu mengusap surai Ten. "Nikmati masa cutimu untuk merawat Bentley, besok aku sudah kembali bekerja di kantor."

"Syukurlah," Ten kembali memeluk tubuh ringkih sahabatnya. "Semua orang di kantor ini merindukanmu. Jangan mengasingkan diri Taeyong-ah, kami semua keluargamu."

Taeyong mengulum bibirnya. Ia mengusap punggung Ten lalu mengangguk pelan. "Terima kasih," ucapnya lirih.

"Ngomong-ngomong kenapa kau datang hari ini?" Ten kembali menatap wajah Taeyong heran.

Hilarious | Jaeyong ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang