26. Decision

6K 965 223
                                    

"Appa, kenapa Gunhoo belum bangun?" Naeun mengerucutkan bibir sembari menatapi adik kecilnya yang masih setia memejamkan mata dengan napas teratur diatas ranjang bayi. "Gunhoo harus melihat jalanan saat kita pulang ke rumah, Appa."

Taeyong yang tengah memasukkan pakaiannya kedalam tas tersenyum tipis. Ia menoleh ke arah puterinya lalu berucap, "Sayang, Gunhoo masih berusia dua Minggu. Dia belum bisa melihat walaupun matanya terbuka," katanya kemudian mengangkat pundak. "Kecuali kalau Gunhoo anak ajaib," sambungnya.

"Berarti selama ini Gunhoo tidak melihat aegyeo Naeun?!" Naeun memekik seraya melebarkan mata.

Mendengar hal itu sontak membuat Taeyong tertawa. "Iya, belum sayang. Tapi Gunhoo pasti bisa tahu bagaimana cantik dan lucunya Naeun Nuna."

Naeun menghela napas panjang, layaknya orang dewasa yang telah pupus harapan karena tak kunjung mendapat pekerjaan. Ia kira sang adik sudah bisa melihatnya, namun ternyata tidak. Lalu untuk apa ia memasang tampang konyol semalam dan berharap Gunhoo akan tertawa?

Gusi Gunhoo yang masih bersih tanpa gigi menjadi objek favorite Naeun. Ia senang saat adik kecilnya itu membuka mulut hingga gusinya nampak. Jika Gunhoo tertawa, pasti akan lebih lucu, pikirnya.

"Appa..."

"Hm? Kenapa, sayang?" Taeyong kembali menghentikan aktivitasnya guna mendengarkan setiap ocehan sang anak.

"Apa benar kita akan pindah ke Keju?"

Taeyong mengulum bibir rapat-rapat. Tertawa bukan pilihan yang benar. Kepercayaan diri seorang anak bisa-bisa akan hilang ketika apa yang ia lakukan atau katakan menjadi bahan tertawaan.

"Bukan Keju sayang," Taeyong membenarkan dengan lemah lembut. "Tapi Jeju."

"Maksud Naeun seperti itu."

Taeyong mengulum senyum. Bukan anak didikan Jaehyun jika tak pandai melakukan pembelaan, meski dengan hal konyol sekalipun.

"Belum pasti," jawab Taeyong atas pertanyaan Naeun tadi. "Appa dan Daddy belum memberitahu kakek juga nenek tentang hal ini."

Anak perempuan berusia lima tahun dihadapan Taeyong terlihat berpikir sejenak. "Appa, apa Jeju sangat jauh dari sini?" Tanyanya.

"Hm, lumayan. Kita harus naik pesawat untuk sampai di sana," jawab Taeyong tanpa rasa letih.

Naeun refleks menunjukkan raut gelisah di wajahnya. "Jadi... Kita akan jauh dari kakek dan nenek?" Suaranya mulai terdengar serak. "Apa Naeun juga tidak akan bertemu dengan teman-teman di tempat les lagi?" Sambungnya.

Taeyong lantas menghentikan aktifitasnya, beralih mendekap erat si anak sulung yang terlihat sedih atas kabar tentang rencana kepindahan keluarga kecil mereka ke Jeju. Meski Taeyong pun tidak rela akan hal itu, namun melihat sang suamiㅡJaehyunㅡtak henti-henti mengkhawatirkannya, ia pun menjadi sedikit iba. Terlebih jika teringat dengan kedatangan Sehun seminggu yang lalu.

Walaupun Jaehyun sangat ahli dalam menyembunyikan perasaannya didepan orang lain, tapi Taeyong tidak termasuk kedalam daftar itu. Ia sangat hapal betul raut wajah sang suami ketika sedang tak baik-baik saja.

Terkadang Taeyong khawatir, Jaehyun terlalu banyak memendam segala sesuatunya seorang diri dan mencoba menyembunyikan luka dibalik tawa dan tingkah konyolnya. Lelaki berlesung pipi itu enggan menunjukkan kesedihan didepan siapa saja. Hal itu pula yang membuat Taeyong terkadang merasa gagal menjadi pasangan yang selalu ada untuk suaminya. Ia hanya takut suatu saat Jaehyun bisa tertekan hingga sakit tiba-tiba.

"Jika kita pindah ke Jeju, kakek dan nenek pasti akan sering berkunjung," ucap Taeyong seraya mengusap surai hitam Naeun. "Disana Naeun juga akan bertemu dengan teman-teman baru yang lebih banyak."

Hilarious | Jaeyong ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang