Curhat

9.5K 400 0
                                    

Keesokan harinya, Keisya terus memikirkan perjodohannya. Dia bingung apakah akan menerima perjodohan itu ataukah tidak? Sedangkan umurnya saja masih lima belas tahun.

"Kei, kamu kenapa? Kok aku perhatikan dari tadi kamu cuman melamun terus," ucap Nurul melihat Keisya keadaan Keisya yang tidak bersemangat seperti biasanya.
"Aku nggak apa-apa kok," ucap Keisya datar.
"Jangan bohong Kei, aku tau kok kamu pasti menyembunyikan sesuatu," Mira ikut menimpali percakapan antara kedua sahabatnya.
"Maaf yah, aku belum siap untuk mengatakan kepada kalian tentang masalah yang sekarang aku hadapi," ucap Keisya lalu pergi meninggalkan Mira dan Nurul.

Sepulang sekolah Keisya berniat pergi ketaman untuk menenangkan pikirannya. "Ya Allah, apa aku harus menerima perjodohan ini. Hamba belum siap ya Allah," batin Keisya tanpa ia sadari air matanya telah menetes kepipinya.

Saat melihat disekeliling taman, Keisya melihat sosok laki-laki yang tidak asing baginya. Dia berpikir sejenak, dimana ia pernah bertemu dengan sosok laki-laki itu. Ketika sedang berpikir, sebuah benda bulat tidak sengaja mengenai kakinya.

"Ini bola siapa?" ucap Keisya melihat sekelilingnya mencari pemilik bola itu.
"Maaf kak, ini bolaku," ucap anak kecil ditafsirkan berumur enam tahun.
"Nggak pa-pa kok dek. Tapi disini sama siapa?" tanya Keisya karena tidak melihat siapapun didekat anak kecil tersebut.
"Sama kak Andi, tuh dia." ucap anak kecil itu menunjuk seseorang yang tidak jauh dari tempatnya berdiri.
"Sini kakak antar nanti hilang lagi," ucap Keisya akhirnya.

Sekitar dua menit,sampailah Keisya ditempat seseorang yang ditunjuk oleh anak kecil tadi.

"Permisi, apa kamu mengenal anak ini?" tanya Keisya ramah.
"Oh iya, ini sepupu saya. Maaf jika merepotkanmu," ucap laki-laki itu sepertinya umurnya tidak beda jaub dari Keisya.
"Sama sekali tidak merepotkan, hanya saja saya khawatir dengan anak ini," jawab Keisya tanpa menatap lawan bicaranya.

Ketika sedang mengobrol gawai Keisya berdering menandakan ada telpon masuk.

"Assalamu'alaikum," terdengar suara dari seberang sana.
"Wa'alaikumsalam warahmatullah," jawab Keisya setelah mendengar salam dari umminya.
"Kei, kamu dimana? Mira sama Nurul ada dirumah nih sekarang," ucap ummi Rani.
"Aku lagi ditaman ummi, sampaikan kemereka aku akan segera pulang," ucap Keisya kepada umminya.
"Ummi tunggu yah, assalamu'alaikum,"
"Wa'alaikumsalam warahmatullah," jawab Keisya menekan tombol merah digawainya.

Keisya lupa bahwa ada seseorang sejak tadi memerhatikannya telponan.

"Maaf yah, ummi aku tadik nelpon dan memintaku untuk segera pulang," ucap Keisya kepada seseorang yang dihadapannya yang ia ketahui namanya Andi.
"Nggak perlu minta maaf, aku ucapkan terima kasih yah ke kamu karena telah mengantar sepupu saya, Arya ucapin terima kasih kepada kakak ini," ucap Andi tersenyum.
"Terima kasih yah kak udah antar aku ke kak Andi," sahut Arya sambil mencium punggung tangan Keisya.
"Sama-sama dek, aku duluan yah," pamit Keisya segera berjalan meninggalkan Andi dan Arya.

Dengan mengendarai motor maticnya, sampailah Keisya didepan rumahnya dan melihat motor yang tidak asing lagi baginya.

"Assalamu'alaikum," ucap Keisya sambil memberi salam dan melangkah memasuki rumahnya.
"Wa'alaikumsalam warahmatullah," jawab semua orang yang berada diruang tamu.
"Ummi, abi aku mau ajak Nurul sama Mira kekamar aku yah," ucap Keisya sambil mencium punggung tangan ummi dan abinya bergantian.
"Iya tapi nanti turun yah makan malam setelah shalat isya!" pinta ummi Rani.

Setelah izin kepada ummi dan abinya, Keisya langsung naik kekamarnya. Dengan langkah cepat tidak butuh waktu lama untuk sampai dikamar yang serba putih.

"Kok kalian kerumah aku nggak bilang-bilang dulu sih?" ucap Keisya yang duduk diatas kasur empuknya disusul oleh kedua sahabatnya.
"Maaf yah Kei, kami khawatir aja sama kamu. Jadi aku berniat deh ajak Nurul untul menemui kamu," ucap Mira tampak diwajahnya akan kekhawatiran kepada Keisya.

Persahabatan mereka memang sudah terjalin semenjak kelas 7 SMP, jadi tidak diragukan lagi jika mereka saling mengkhawatirkan satu sama lain jika ada masalah.

"Aku dijodohkan!" ucap Keisya dengan mata yang berkaca-kaca.
"Hah, kamu dijodohkan! Kenapa? Sama siapa Kei?" tanya Nurul terkejut sedangkan Mira hanya mendengarkan dengan tenang.
"Ummi dan sahabatnya sudah merencanakan ini semua sejak aku masih kecil," ucap Keisya air matanya menetes tanpa izin dari pemiliknya.
"Kamu sudah tahu siapa yang akan dijodohkan dengan kamu?" tanya Mira penasaran sambil mengusap pundak Keisya. Berusaha untuk menenangkan sahabatnya.
"Nggak, karena aku masih meminta waktu untuk memikirkannya," jawab Keisya sesenggukan.
"Jadi kamu sudah memutuskannya?" tanya Mira lagi.
"Belum," jawab Keisya singkat.
"Kei, sebaiknya kamu terima saja karena ummi Rani pasti sudah memikirkan hal ini baik-baik dan kita semua tahu tidak ada seorang ibu yang ingin anaknya menderita, mungkin ini yang terbaik buat kamu," ucap Mira kemudian memeluk Keisya berharap Keisya mampu menjalani ujian yang diberikan sang pencipta.

Setelah mendapat nasehat dari Mira, Keisya menjadi lebih baik dan akan menerima perjodohannya dengan ikhlas.

"Terima kasih, Mira. Kamu sudah membuat aku menjadi lebih tenang. Nggak salah deh curhat sama kamu," ucap Keisya tersenyum.
"Udah dong ngobrolnya, aku lapar nih," ucap Nurul memegang perutnya.
"Yah udah, yuk kita shalat isya berjamaah dulu lalu turun makan. Kalian menginap saja dirumahku, takutnya ada apa-apa lagi nanti dijalan," ucap Keisya kepada kedua sahabatnya dibalas anggukan.

Karina💕
11-Desember-2019

Vote dan komen yah👌
Terima kasih😊

Jodoh Pilihan Ummi (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang