Keadaan Keisya dan Andi masih ditangani dokter. Luka pada Andi tidak parah hanya saja dia belum sadarkan diri. Dengan perasaan cemas Raihan dan Nurul berjalan bolak-balik didepan ruangan Andi dan Keisya.
Dokter keluar dari ruangan Andi dengan wajah bahagia tapi dokter yang keluar dari ruangan Keisya dengan wajah yang sulit diartikan.
Setelah dokter keluar dari ruangannya, Andi sadarkan diri. Dipikirannya sekarang dipenuhi dengan kecemasan untuk istrinya. Andi berusaha bangun dan keluar untuk mencari tahu keadaan Keisya.
"Keadaan pasien cukup parah. Saya butuh persetujuan dari suaminya sebelum melakukan sesuatu," ucap dokter kepada Raihan dan Nurul.
Mendengar ucapan dokter, Andi langsung menghampiri untuk memberikan persetujuannya. Harapan satu-satunya Andi hanyalah kepada sang pencipta agar istrinya dapat terselamatkan begitupula anaknya.
Selama satu jam, Andi terus melantunkan doa. Tibalah pada saat dokter keluar dari ruangan Keisya. Andi segera bangkit untuk bertanya tentang keadaan Keisya.
"Alhamdulillah pasien selamat. Tapi anak yang berada dalam kandungannya tidak bisa kami selamatkan. Dan pasien mengalami koma. Sebelum tesnya keluar saya belum bisa menyimpulkan apakah komanya akan lama ataukah tidak? Sepertinya juga akan ada masalah dengan rahim pasien akibat benturan. Saya harap keluarga pasien bisa bersabar," ucap dokter lalu pergi meninggalkan mereka bertiga.
Seperti petir yang membuat tumbang pohon, kabar itu juga membuat Andi tumbang. Dia telah kehilangan calon anaknya dan sekarang istrinya mengalami koma. Cobaan apa lagi yang Allah berikan terhadapnya. Apakah ia sanggup melalui cobaan ini? Apa Keisya bisa terima jika bayinya telah tiada?
Orang tua Keisya yang baru saja dapat kabar dari Nurul, langsung menuju rumah sakit. Nurul menjelaskan semuanya terhadap orang tua Keisya. Ummi Rani yang mendengar hal itu pingsan sedangkan abi Mahendra tidak bisa berkata-kata lagi.
Dua jam kemudian hasil tes telah keluar, dokter memanggil keluarga pasien. Abi Mahendra tidak bisa menemani Andi karena harus menjaga istrinya. Dengan perasaan cemas Andi membuntuti dokter keruangannya. Andi berusaha tegar untuk mendengar berita tentang Keisya.
"Begini, seperti yang pak Andi lihat didalam tes itu, dapat dijelaskan bahwa terjadi masalah dengan rahim ibu Keisya yang menyebabkan dirinya akan sulit memiliki keturunan dan lebih buruknya lagi kesadaran pasien dari koma hanya lima belas persen besarnya. Tapi saya harap pak Andi jangan putus asa. Walaupun kemungkinannya sangat sedikit, semua bisa terjadi atas kehendak Allah," ucap dokter Fahmi menyalurkan ketenangan untuk Andi.
"Terima kasih dok atas penjelasannya. Kalau begitu saya pamit untuk keluar, assalamu'alaikum," pamit Andi.Keluar dari ruangan dokter Fahmi, Nurul langsung menghampiri Andi disusul oleh Raihan untuk menanyakan bagaimana hasil tes dari Keisya.
Semua yang dikatakan dokter Fahmi, Andi jelaskan pelan-pelan kepada Nurul dengan Raihan sambil menangis. Dia yakin, Nurul akan merasa terpukul dengan kabar yang ia sampaikan walaupun sebenarnya dirinya lebih terpukul. Dia tidak sanggup jika harus kehilangan Keisya. Andi meminta kepada Nurul dan Raihan agar menyembunyikan keadaan Keisya terhadap orangtuanya karena takut ummi Rani akan semakin drop.
Wajah Keisya tampak pucat. Andi yang duduk disamping brangkarnya sambil memegang tangan Keisya. Dia harus tegar demi istrinya. Bagaimana jika Keisya bangun dan melihat keadaan Andi yang sangat berantakan? Tentu Keisya akan khawatir. Tujuan hidup Andi sekarang hanyalah tertuju pada Keisya. Ia sudah meminta izin kepada mertuanya untuk tidak pergi beberapa hari ini kekantor karena ingin fokus menemani dan merawat istrinya.
"Dek bangun. Kakak sedih lihat adek terus-terusan tidur seperti ini. Siapa yang akan menyiapkan makanan untuk kakak? Siapa yang akan bangunkan kakak untuk shalat? Kakak rindu kamu dek," ucap Andi menangis sambil mencium kening Keisya.
Andi terbangun dari tidurnya ketika mendengar suara adzan. Dengan mata sembap Andi menuju kamar mandi untuk berwudhu. Doa yang akan ia kirimkan kepada sang pencipta hanyalah satu yaitu kesadaran istrinya.
Sudah satu pekan lamanya, Keisya terbaring tanpa ada perubahan. Tapi ada kabar baik dari ummi Rani, keadaannya sudah semakin stabil.
Teman-teman Keisya datang silih berganti untuk menjenguknya. Hampir setiap hari ruangan Keisya dipenuhi dengan penjenguk, baik satu kelasnya di kampus ataupun dari teman SMP nya dulu.
Raihan dan Juna menyalurkan ketenangan bagi sahabatnya. Akhir-akhir ini sikap Juna terlihat berubah. Tidak seperti dulu lagi yang dingin dengan seseorang yang baru ia kenal. Entah apa penyebab dari perubahannya?
"Terima kasih buat kalian yang sudah menyempatkan waktu untuk menjenguk Keisya. Pasti dia sangat bahagia karena banyak yang peduli dengannya," ucap Andi tersenyum setelah mengantar teman-temannya keluar dari ruangan Keisya.
Sebenarnya ada kabar baik yang ingin Raihan sampaikan kepada Andi. Tapi tidak tega rasanya ia harus bahagia di atas penderitaan sahabatnya. Namun, Raihan tetap harus menyampaikan kabar bahagianya karena takut Andi akan kecewa jika mengetahuinya dari orang lain sedangkan Nurul masuk keruangan Keisya. Ia ingin Keisya menjadi orang pertama yang mengetahui kabar tentang kehamilannya.
"Maaf An, tidak seharusnya aku mengatakan hal ini di atas kesedihanmu. Tapi kamu tahu kan? Kalau aku sudah menganggap kamu seperti saudaraku jadi aku harus mengatakannya," ucap Raihan memecahkan keheningan diantara keduanya.
"Jangan berbelit-belit Rai. Aku jadi pusing. Katakan kabar bahagia apa yang ingin kamu sampaikan?" Andi terlihat lesuh.
"Aku dan Nurul akan segera menjadi orang tua," ucap Raihan bahagia.
"Selamat kalau begitu. Maaf karena aku tidak bisa memberikan kado untuk kalian. Tapi aku doakan In Syaa Allah anak kalian mendapat ridho dari Allah sehingga menjadi anak yang sholeh ataupun sholehah," ucap Andi menjabat tangan Raihan.Mengetahui jika Nurul hamil, Andi justru mengingat bayinya yang telah pergi meninggalkannya. Kesedihan itu kembali lagi. Walaupun kepergiannya sudah menginjak dua bulan. Yah! Keisya telah koma selama dua bulan lamanya dan tidak memberikan tanda-tanda kemajuan tentang keadaannya.
Orang tua Keisya hari ini datang untuk menjenguk anaknya. Mereka berusaha tegar didepan Andi agar menantunya itu tidak merasa putus asa. Kapan kamu akan sadar nak? Batin ummi Rani.
Setelah kabar baik dari Raihan dan Nurul, ada satu lagi kabar baik dari Mira. Dia akan segera melangsungkan pernikahannya tapi sebelum itu Mira memutuskan untuk menunggu Keisya bangun dari koma.
Hingga pada suatu malam, Andi yang terlelap dalam tidurnya merasakan pergerakan tangan dari Keisya. Apakah Keisya sudah sadar?
"Alhamdulillah dek, akhirnya kamu sadar juga. Tunggu sebentar, kakak akan segera kembali," ucap Andi kemudian berdiri untuk memanggil dokter.
Setelah berada di ambang pintu, Keisya memanggil Andi, dengan suara yang sangat pelan tapi suaminya itu masih bisa mendengarnya.
"Ada apa dek?"
Niat Andi ia urungkan untuk pergi memanggil dokter karena merasa panggilan istrinya lebih penting. Mungkin Keisya merasa haus. Setelah duduk disamping Keisya, Andi menggenggam tangan istrinya seperti takut akan kehilangan.
"Bagaimana dengan kandungan Kei, kak?" tanya Keisya mengelus perutnya yang tampak tidak berubah setelah kejadian pada waktu itu.
Pertanyaan itu menyesatkan hati Andi. Apakah ia harus mengatakannya? Tapi dia takut keadaan Keisya akan memburuk. Tapi dia juga tahu, sekarang atau nanti Keisya akan mengetahuinya.
Maaf yah kalau chapter ini sedikit menyakitkan tapi sang author lasti berusaha untuk membuat enddingnya bahagia. Jangan bosan membaca karyaku.
![](https://img.wattpad.com/cover/200066764-288-k800742.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Pilihan Ummi (Selesai)
RomanceMenceritakan kisah seorang gadis 15 tahun yang dijodohkan oleh umminya. Padahal dirinya mulai merasa nyaman dengan seseorang yang selalu saja Allah pertemukan dengannya. Usianya yang baru saja mengalami pubertas, harus berlapang dada menerima piliha...