Perjuangan Keisya

4.8K 192 0
                                    

Saat ini Andi telah berada di kampung neneknya bernama Bocci. Pemandangan yang sangat arsi berbeda dengan Jakarta yang penuh dengan polusi. Siapapun yang datang di kampung ini akan merasakan nyaman.

Nenek Minah telah meninggal beberapa tahun yang lalu, rumahnya sudah terlihat sangat kotor. Keisya dan Andi sejak pagi telah mulai membersihkan rumah. Sarang laba-laba , daun-daun, kotoran hewan dan sebagainya memenuhi rumah yang terlihat sederhana.

Mereka membagi tugas dengan baim sehingga sorenya semuanya telah bersih. Keisya memilih memasak untuk makan malam dirinya dan Andi yang mereka beli ketika menuju kampung.

"Kak, mau aku atau kak Andi yang pertama mandi?" tanya Keisya duduk disamping suaminya.
"Kamu duluan saja. Saya masih mau tidur-tidur. Setelah kamu selesai, jika saya ketiduran tolong bangunkan," jawab Andi lalu merebahkan badannya.

Setelah mandi, Keisya merasa jauh lebih segar. Ia berjalan mendekati Andi dan benar saja Andi sudah tertidur lelap. Wajahnya terlihat tampan walaupun dalam keadaan letih.

"Kak, bangun." Keisya menepuk lembut pipi Andi.
"Kei kamu penghianat," ucap Andi masih dalam posisi mata tertutup.

Rasa bersalah kembali menghantui Keisya. Jika saja ia tidak tertipu dengan kebohongan Dimas mungkin semuanya tidak akan seperti ini. Tapi Keisya sadar ini sudah menjadi takdirnya. Kini ia harus berjuang untuk menjelaskan semuanya dan memperoleh maaf dari suaminya. Dengan berat tangannya terus bergerak untuk menepuk pipi Andi, sebentar lagi adzan magrib akan dikumandangkan, ia tidak mau jika suaminya telat untuk melaksanakan kewajibannya sebagai ummat muslim.

Perlahan demi perlahan Andi membuka matanya, terlihat istrinya sedang tersenyum tetapi matanya berkata lain. Ada cairan bening yang terbendung di mata Keisya. Andi bingung mengapa istrinya sedih, seingatnya ia tidak pernah mengatakan sesuatu yang dapat menyakiti Keisya. Ia pun mengingat apa yang baru saja dimimpikannya. Matanya membulat ketika berhasil mengingat mimpinya.

"Apa tadi saya mengigau?" Andi menatap mata Keisya lekat-lekat agar ia dapat menemukan kebenaran jika saja Keisya berkata bohong.

Keisya salah tingkah. Ia tidak ingin mengatakan yang ia dengar saat Andi tertidur tetapi jika ia berbohong maka Andi juga yang akan menanggungnya. Dosa istri akan menjadi dosa suami.

"Ti...ti..dak ada kak," ucap Keisya terbata-bata.

Suara adzan telah berkumandang. Ucap syukur Keisya lantunkan didalam hatinya. Setidaknya Andi tidak akan bertanya lebih lanjut walaupun begitu ia harus bersiap untuk mendengar pertanyaan Andi setelah shalat magrib.

Andi bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan badannya. Keringatnya membasahi pakaiaannya. Ada semburan khawatir yang terlihat di wajah letihnya. Ia sudah tahu apa yang menyebabkan istrinya bersedih. Meskipun sejujurnya rasa kecewa itu masih tertanam indah dihatinya. Kala ia menyiram tubuhnya dengan air dingin, bayangan Dimas dan Keisya tidak mau hilang dipikirannya.

Selesai shalat magrib dan tadarus selama beberapa menit, Keisya dan Andi menuju ruang makan yang terbilang sempit. Perabotan memasak yang apa adanya tergantung di dinding dapur. Keisya memanfaatkan dengan baik alat-alat yang berada di rumah itu. Masakan tersaji dengan baik di meja makan, semuanya terlihat lezat meskipun cuma nasi, tumis kangkung dan ikan goreng.

"Kak, waktu itu kakak bilang ada proyek yang mau kakak kerjakan di kampung ini sama abi dan ummi. Memangnya ada?" Keisya terlihat penasaran menunggu jawaban.
"Iyyek ada. Kamu pikir saya suka berbohong?" Andi menekankan ucapannya pada kata berbohong.

Mendengar ucapan suaminya, mata Keisya berkaca-kaca. Ada rasa perih dihatinya. Tidak adakah kesempatan untuk dirinya menjelaskan? Ia tidak bisa lagi menahan bendungan dimatanya, air bening itu terus mengalir tidak bisa dihentikan oleh pemiliknya.

Isakan tangis Keisya menyakiti hati Andi. Ia sudah berusaha sekuat mungkin untuk mengontrol ucapannya tetapi tidak bisa. Ingin sekali Andi menghapus air mata Keisya tetapi tangannya terasa berat. Ia memutuskan untuk pergi dari meja makan karena melihat Keisya menangis hanya akan menyiksa dirinya sendiri lagipula makanannya pun sudah habis tak tersisa.

Sebelum Andi bangkit dari kursinya, Keisya mendongak agar dapat melihat wajah suaminya. Tangannya terulur untuk menahan kepergian Andi. Ia bertekad untuk menjelaskan semuanya.

"Kak, Dimas itu hanya teman kecilku,"

Andi menghiraukan perkataan Keisya dan tetap melanjutkan keinginannya untuk pergi dari meja makan. Sebenarnya ia ingin mendengarkan penjelasan Keisya tetapi yang yang dilihatnya sudah sangat jelas. Penjelasan tidak berguna lagi baginya.

Keesokan harinya, Keisya pergi jalan-jalan dekat rumahnya. Jalan-jalan santai baik bagi kesehatan kandungannya. Andi sudah pergi ke tempat proyek pagi-pagi banyak yang harus ia kerjakan dalam waktu kurang lebih satu bulan.

Diperjalanan yang dikelilingi tumbuhan berwarna hijau membuat semua mata yang memandangnya takjub. Tidak henti-hentinya rasa syukur Keisya ucapkan di bibir imutnya. Ciptaan Allah terlalu sempurna bagi para hambanya tetapi masih saja, ada yang tidak bersyukur.

Saat berjalan menikmati pemandangan alam, Keisya terkena cimpratan air dipinggir jalan karena kecerobohan pengendara motor. Namun, seseorang datang untuk membantunya sehingga bajunya tidak terlalu kotor. "Dimas!"

Ditempat lain Andi sudah selesai merangcang bangunan yang akan didirikannya ditanah neneknya sendiri. Tanah yang sangat luas serta dikelilingi tumbuhan yang sangat indah menambah kesan pada tanah itu. Andi memutuskan untuk pulang dan tanpa sengaja melihat istrinya sedang berdiri bersama laki-laki dipinggir jalan.

Langkah Andi terhenti saat dirinya ingin mengahampiri Keisya. Matanya disujukan dengan pemandangan yang membuat hatinya menggebu-gebu. Andi menahan ojek untuk mengantarnya pulang, ia sudah tidak sanggup melihat kelakuan Keisya.

"Assalamu'alaikum. Eh kak Andi sudah pulang?" kaget Keisya setelah melihat Andi duduk diruang tamu.
"Wa'alaikumsalam warahmatullah. Bagaimana dengan pertemuannya? Lancar?" Andi sama sekali tidak menatap istrinya.
"Apa yang kak Andi maksud?" Keisya terlihat bingung.
"Tadi kamu ketemuan sama laki-laki kan. Harusnya jangan pulang cepat, kan baru sebentar ketemunya."
"Kak Andi lihat aku sama Dimas? Kak, aku sama sekali tidak pernah merencanakan untuk bertemu dengan Dimas. Semuanya terjadi secara kebetulan. Tadi dia tolong aku karena ada pengendara motor yang secara tiba-tiba melewati jalanan berair. Percaya sama aku kak," ucap Keisya memegang erat tangan suaminya.

Andi memilih diam. Dia bingung harus percaya ataukah tidak, tetapi yang dilihatnya lebih dari yang dijelaskan Keisya. Agar pikirannya tenang, Andi memutuskan untuk pergi mengambil wudhu dan shalat duha.
Hanya kepada Allah lah tempat kembali yang terbaik bagi para hambanya, baik dalam keadaan duka ataupun suka. Andi memohon agar hubungannya dengan Keisya bisa kembali baik jika memang mereka berjodoh.

Melihat suaminya selesai melaksanakan shalat, Keisya mendekat memeluk Andi sangat erat. Air matanya membasahi baju koko dari suaminya.

"Kak, dengarkan dulu penjelasan Kei. Setelah kak Andi mendengarnya semua keputusan ada ditangan kakak," tangan Keisya masih setia melingkar diperut Andi.
"Baiklah,"

Akhirnya Keisya menjelaskan semuanya. Kejadian saat ia mengambil cincin dari Dimas. Sebenarnya Keisya hanya mengambil cincin itu lalu ingin mengembalikannya kepada Dimas sebagai jawaban. Perihal dijalan tadi, Keisya sempat terpeleset dan di tolong lagi oleh Dimas. Ia juga sudah memberitahukan kepada Dimas tentang pernikahannya dengan Andi dan anak yang sedang dikandungnya.

"Apa kak Andi tetap mau menjauh dari Kei?" tanya Keisya.

Perlahan tangan Keisya turun dari perut Andi. Namun, Andi segera menahan tangan Keisya agar tetap memeluknya. Tangan Andi pun sudah memeluk erat Keisya. Seakan menyalurkan rasa rindu yang selama beberapa hari ini dipendamnya.

"Maafkan kakak yang telah menjauh darimu dek," satu ciuman mendarat di bibir kenyal Keisya.

Maaf baru up lagi. Semoga di chapter ini semuanya semakin semangat untuk lanjut ke chapter yang lainnya

Jodoh Pilihan Ummi (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang