Ikhlas

7.3K 210 0
                                    

   Malam ini adalah malam yang panjang bagi Andi maupun sahabat Keisya. Nurul dan Mira memutuskan untuk tidak pulang agar dapat melihat kondisi Keisya.

   Andi masuk ke ruangan istrinya. Begitu besar pengorbanan seorang perempuan demi kelahiran anaknya. Itulah sebabnya ibu lebih tinggi derajatnya di bandingkan seorang ayah. Andi melihat wajah pucat Keisya. Selang-selang yang begitu banyak melekat ditubuh istrinya yang terlihat kurus setelah melahirkan.

   Semua kenangan terulang kembali dipikiran Andi. Kenangan masa kecilnya dengan Keisya membuatnya menangis kembali.

Flassback on
   Malam itu adalah malam perpisahan Dandi dengan Keisya. Dandi akan pindah keluar kota karena tantenya yang mengajaknya. Keisya menangis sesenggukan karena tidak ingin kehilangan Dandi. Karena mengerti akan perasaan Keisya, Dandi memeluk Keisya dalam keheningan malam. Bintang-bintang yang begitu banyak dan bulan yang sempurna bentuknya.

   Air bening keluar di mata Dandi. Mereka sudah menghabiskan waktu yang banyak bersama-sama, tetapi harus berpisah karena keinginan tante Mirna.

"Icha jangan nangis! Dandi kan jadi ikutan nangis kalau Icha nangis." ucap Dandi menghapus air mata Keisya.
"Dandi jangan tinggalkan Icha. Kalau Dandi pergi, Icha sama siapa? Dandi tidak takut kalau Icha main sama laki-laki lain," Keisya menangis sesenggukan.

   Sebenarnya Dandi takut jika Keisya akan menemukan anak laki-laki yang lebih baik darinya tetapi ia tidak bisa menghentikan keputusan tantenya.

   Sebelum Dandi pamit pulang, ia akan mengatakan sesuatu kepada Keisya yang sangat penting baginya.

"Icha kalau Dandi tidak akan pernah kembali. Kamu jangan nangis terus yah. Kan masih banyak anak laki-laki yang suka sama Icha. Icha kan anaknya cantik," goda Dandi di sela tangisnya.
"Tapi Icha maunya Dandi yang selalu bersama Icha tidak mau yang lain. Bagaimana kalau Icha duluan meninggal pasti Dandi bakalan nangis terus."
"Icha tidal boleh bilang gitu. Saat Icha dalam bahaya Dandi pasti akan nolong Icha,"

   Pertemuan mereka pun berakhir. Perpisahan yang mengakibatkan keduanya menangis dalam diam

Flassback off

"Kamu benar dek. Kakak bakalan nangis terus kalau kamu pergi tinggalkan kakak selama-lamanya," ucap Andi sesenggukan.

   Andi memegang erat tangan istrinya sambil mencium punggung tangan Keisya. Ummi Rani dan abi Mahendra telah tahu masalah ini. Mereka sekarang merawat cucunya. Ummi Rani sempat pingsan setelah mengetahui anaknya berada di ambang kematian.

"Dek, kamu ingat tidak? Waktu kita di Singapura, kamu malu-malu saat kamu terjatuh di tubuh kakak,"

Flassback on
   Setelah sampai di Singapura, ummi Rani dan abi Mahendra sengaja memesan hotel yang kamarnya hanya dua agar anak dan menantu mereka bisa selalu bersama.

   Sikap jahil dari orang tuanya, membuat Keisya terkadang salah tingkah. Cinta dari hatinya untuk Andi belum tumbuh. Begitupula sebaliknya.

   Keisya sedang melakukan ritual mandinya sedangkan Andi sedang duduk di sofa membaca buku. Tinggal beberapa hari lagi ia akan sekolah di negara yang terkenal dengan kebersihannya.

   Pernikahan mereka masih seumur jagung dan itu membuat mereka masih canggung untuk memulai obrolan. Keisya bahkan belum pernah membuka jilbabnya didepan suaminya karena ia belum siap. Selama ia memutuskan untuk hijrah dan istiqomah di atas hidayah-Nya, Keisya belum pernah memperlihatkan auratnya didepan laki-laki yang bukan mahramnya.

"Kak, mau makan apa?" tanya Keisya ragu-ragu.
"Terserah adek," jawab Andi tanpa mengalihkan pandangannya dari buku.

   Akhirnya Keisya memutuskan untuk membuat nasi goreng dan telur mata sapi untuk sarapan mereka pagi ini. Dengan cekatan Keisya menyiapkan sarapannya dan Andi hanya melirik sesekali ke arah istrinya.

"Kak ini makanannya," Keisya menyimpan piring yang telah terisi nasi goreng dan telur mata sapi didepan Andi.
"Terima kasih," Andi berhenti untuk membaca dan memakan dengan lahap makanan yang sudah Keisya siapkan.
"Bagaimana kak?" tanya Keisya di sela-sela makannya.
"Enak,"

   Satu kata yang membuat Keisya senang dan bahagia. Walaupun benih cinta belum tumbuh di hatinya tetapi rasa bahagia itu datang ketika makanannya dipuji oleh Andi yang berstatus sebagai suaminya.

"Dek setiap hari siapkan makanan yang enak terus yah buat kakak," ucap Andi setelah menyelesaikan makanannya.
"In Syaa Allah kak," jawab Keisya tersenyum.

   Setelah membersihkan meja makan dan mencuci piring, Keisya berniat untuk ikut duduk disamping Andi sambil membaca buku. Namun, sebelum ia duduk kakinya tersandung menyebabkan ia terjatuh ke tubuh Andi. Sontak Andi terkejut dan tubuhnya menegang begitupula dengan Keisya. Mata mereka saling bertemu. Beberapa detik dalam kondisi seperti itu, tiba-tiba ummi Rani membuka pintu dan terkejut dengan apa yang di lihatnya. Keisya dan Andi yang menyadari kedatangan ummi Rani langsung mengalihkan pandangan mereka.

"Maaf ummi cuma mau ajak kalian jalan-jalan," ucap ummi Rani sebelum menutup pintu kembali.

   Setelah kejadian itu, Andi dan Keisya semakin canggung untuk melakukan obrolan. Hingga di saat mereka pergi jalan-jalan, Keisya hampir saja tertabrak oleh mobil. Jika saja Andi tidak menariknya dengan cepat, Keisya pasti sudah berada di rumah sakit.

"Dek lain kali hati-hati. Kakak tidak mau kalau terjadi sesuatu dengan adek," panik Andi.

   Sepertinya kekhawatiran yang ada pada Andi sebagai tanda benih cinta sudah tumbuh di hatinya. Keisya yang masih dalam genggaman tangan Andi, pipinya merona dan memanas.

"Kak, Kei tidak akan pernah celaka jika ada kakak disamping Kei," ucap Keisya menenangkan suaminya.

Flassback off
"Lagi-lagi kakak gagal untuk lindungi kamu dek. Kakak minta maaf. Jika saja kakak datang lebih cepat, semua ini tidak akan pernah terjadi,"

   Penyesalan tidak ada lagi artinya. Hidup Keisya telah berada di ambang kematian.
Semua Andi serahkan kepada Allah yang maha kuasa. Kini ia berusaha ikhlas menerima takdirnya dengan istrinya.

   Andi tertidur di samping Keisya. Matanya sembab akibat terlalu lama menangis. Hidungnya memerah. Pakaiannya pun berantakan karena tidak sempat mengganti pakaian kerjanya.

   Matahari mulai terbit. Dokter Iren telah melakukan pemeriksaan terhadap Keisya. Andi sudah siap mendengar hasil keputusan dokter.

   Dokter Iren telah selesai melakukan pemeriksaan. Mira dan Nurul serta ditemani para suaminya bersiap-siap mendengarkan penjelasan dari sang dokter.

"Saya sudah melakukan pemeriksaan secara berulang kali tetapi hasilnya tetap sama. Bu Keisya tidak mengalami perubahan. Denyut nadinya sudah tidak ada. Maka kami sebagai dokter menyatakan bu Keisya meninggal pada pukul 06:12 menit, hari jum'at," ucap dokter Iren menggempakan telinga semua orang yang mendengarnya.

  Andi, ummi Rani, abi Mahendra beserta para sahabat Keisya mengucapkan Innalillahi Wa Innalillahi Roji'un. Semuanya menangis kecuali Andi. Ia sudah mempersiapkan dirinya agar tetap tegar mendengar berita dari dokter Iren termasuk berita kematian istrinya.

  Andi masuk ke ruangan Keisya untuk melihat wajah istrinya terakhir kalinya. Semua peralatan medis telah dilepaskan dari tubuh Keisya.

"Dek semoga kamu bisa tenang di alam sana. Kakak bakalan berusaha untuk menjaga anak kita baik-baik di sini," ucap Andi sebelum menutup tubuh wajahnya.

   Tangan Andi bergerak menutup wajah Keisya namun sebuah tangan menghentikannya. Mata Keisya mengeluarkan air mata. Raut wajah Andi berubah bahagia. Istrinya terbangun dari kematian.

Akhirnya jadi juga endingnya. Satu chapter lagi dan JPU akan selesai. Semoga dari kisah Keisya dan Andi mengandung hikmah bagi para pembacanya.

Jodoh Pilihan Ummi (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang