Curiga

4.3K 204 1
                                    

   Nurul kembali masuk kuliah karena tidak ada alasan lagi baginya untuk tidak kuliah. Ikhlas? Ia berusaha untuk melupakan rasa cintanya terhadap Andi.

   Perubahan drastis dari Nurul sangat menyenangkan hati Mira. Karena sahabatnya telah kembali menjadi baik bahkan jauh lebih baik.

"Aku senang banget tahu, lihat kamu begini Nur. Kamu semakin cantik dengan fisik dan akhlakmu," puji Mira sambil memeluk sahabatnya.
"Tidak perlu berlebihan Mir, takutnya aku malah jadi sombong," ucap Nurul merendah diri.

    Setelah jam pertama mata kuliah selesai, Mira mengajak Nurul dan Keisya untuk menuju kantin berhubung karena semuanya telah kembali baik.

"Senang deh rasanya bisa kumpul lagi. Aku sudah lama merindukan masa-masa seperti ini," ucap Mira meminum jusnya.
"Iyyek, aku juga senang. Apalagi Nurul baru-baru berhijrah. Ini sekaligus sebagai rasa syukur kita, karena Allah telah memberikan kesempatan pada Nurul untuk menjadi lebih baik," sahut Keisya memegang tangan kedua sahabatnya.

    Ketika sedang asik bicara, dua pria tampan datang menghampiri mereka kemudian disusul dengan laki-laki yang tidak mereka ketahui siapa namanya.

"Kalau sudah kumpul dengan teman pada lupa waktu yah," sindir Andi lalu mengambil tempat duduk disamping Keisya.
"Kami baru saja kumpul lagi kak. Yang lupa waktu itu kalau lagi kumpul sama temannya bukan aku tapi kakak," balas Keisya disusul tawa oleh semua teman-temannya.

   Sosok laki-laki yang belum diketahui namanya, terus mencuri-curi pandang terhadap Mira. Mira yang merasa dirinya diperhatikan menjadi canggung dan salah tingkah.

"Perkenalkan ini, Juna Pratama. Dia satu kampus dengan kita. Tapi orangnya jarang muncul karena terlalu sibuk," Andi memperkenalkan Juna kepada Keisya, Mira dan Nurul. "Lalu Juna, ini Keisya istriku dan kedua sahabatnya Mira dan Nurul," lanjut Andi.

    Tatapan Raihan terus menuju pada Nurul. Ia lupa bahwa tatapannya itu akan menimbulkan zina mata. Zina terbagi menjadi beberapa dan salah satunya yaitu zina mata. Sebagian orang sering melakukan kesalahan ini. Hanya orang yang imannya sudah kuat yang bisa menjaga pandangannya dari lawan jenis.

    Hampir satu jam mereka habiskan waktu untuk bercanda. Semuanya tertawa kecuali Juna, ia dikenal memiliki sifat dingin dan cukup misterius. Tapi ada yang berbeda ketika melihat tatapannya terhadap Mira.

"Kak aku masuk kelas dulu yah," pamit Keisya kemudian mencium telapak tangan Andi.

   Kepergian Keisya disusul oleh Mira dan Nurul. Walaupun mereka tidak satu jurusan tapi mereka berjanji akan terus bertemu dikantin ketika ada waktu. Kini hanya laki-laki yang masih duduk dikantin.

"Eh Jun, kamu suka yah sama Mira. Daritadi aku perhatikan kamu selalu mencuri-curi pandang," tebak Raihan mulai curiga.
"Aku tidak tahu yang pastinya ketika melihat wajahnya ada yang aneh yang aku rasakan. Tapi tidak perlu dipikirkan. Kamu sendiri bagaimana dengan Nurul. Dia kan yang selalu kamu ceritakan," tanya Juna mengalihkan pembicaraan.
"Hah. Kamu suka dengan Nurul, Rai. Kok aku baru tahu?" kaget Andi.
"Aku menyukai Nurul sejak SMP, tapi kalau aku perhatikan dia sukanya sama kamu An. Jadi aku hanya bisa memendam perasaan ini," ucap Raihan menjelaskan.
"Dia memang pernah mengatakan kalau dia suka sama aku tapi kamu tahukan aku sudah punya istri apalagi Kei sedang hamil menambah rasa cinta aku kepadanya. Jadi kalau aku boleh beri saran, secepatnya kamu harus mengkhitbah Nurul apalagi dia sudah berubah menjadi perempuan yang lebih baik lagi. In Syaa Allah diterima," Andi memberi semangat kepada sahabatnya lalu kembali kekantor karena jam istrirahatnya telah selesai.

   Sebelum pulang kerumahnya, Nurul berniat untuk pergi kekantor Andi. Sepertinya Nurul ingin menyampaikan sesuatu yang penting. Sampai-sampai barangnya tidak ia kemas dengan baik karena ingin cepat menyusul Andi.

"An, pernah tidak Raihan berbicara tentang aku kekamu?" tanya Nurul antusias.
"Kenapa memangnya?" bukannya menjawab Andi justru bertanya kembali.
"Emm, aku malu untuk mengatakan hal ini. Tapi ini mungkin yang terbaik. Sebenarnya aku mulai melupakanmu, tapi justru ada perasaan yang aneh setiap aku melihat Raihan. Ini bermula sejak dia mengantar aku pulang dari rumah kamu. Aku berpikir, aku mulai menyukainya tapi aku takut dia tidak menyukaiku. Menurutmu bagaimana?" jawab Nurul dengan pipi meronanya.

   Sepertinya Andi mulai mengerti dengan apa yang diinginkan oleh Nurul. Tapi ia tidak ingin menyampaikan tentang perasaan Raihan. Dia berpikir lebih baik Raihan yang menyatakannya secara langsung. Maka dari itu Andi memutuskan untuk tidak menjawab pertanyaan Nurul.

   Merasa kesal dengan sikap Andi, Nurul tidak sengaja memegang tangan Andi dan tiba-tiba Keisya melihat kejadian itu. Keisya mulai curiga dengan Nurul, ia berpikir kalau Nurul hanya berpura-pura baik untuk mendapat simpati dari Andi. Tapi secepat mungkin ia menepisnya. Seorang muslim dilarang untuk berburuk sangka tanpa adanya bukti.

"Assalamu'alaikum," ucap  Keisya mengejutkan Nurul dan Andi.

   Genggaman Nurul segera ia lepaskan. Dia takut Keisya salah paham dengan kejadian itu, tapi baru saja ia ingin menjelaskan semuanya. Tiba-tiba gawainya berdering.

"Ayah bersabarlah," ucap Nurul menangis mendengar kabar buruk tentang ayahnya.

  Melihat Nurul menangis, Keisya langsung bertanya dan ikut terkejut mendengar bahwa ayah Nurul terkena serangan jantung. Keisya berusaha menenangkan Nurul tapi Nurul tetap menangis dan tergesa-gesa menuju parkiran.

"Izinkan kami ikut bersamamu, Nur?" tanya Keisya dibalas anggukan oleh Nurul.

   Andi memberi kabar kepada Raihan bahwa dirinya dan Keisya akan segera menuju rumah sakit untuk menjenguk ayah Nurul. Raihan yang mendengar kabar itu langsung mematikan sambungan telponnya secara sepihak dan segera melajukan mobilnya.

  Rumah sakit Melati, disanalah ayah Nurul dirawat tepatnya ICU nomor 3. Nurul terus berdoa agar ayahnya sadar dan dapat berkumpul lagi dengannya. Keisya juga ikut menangis melihat keadaan sahabatnya, Mira juga sudah diberitahukan tapi batang hidungnya belum menampakkan diri.

"Bagaimana dengan keadaan ayahnya Nurul?" tanya Raihan khawatir.
"Kata dokter butuh waktu untuk paman Ramli sadar. Tapi dengan doa dan ikhtiar In Syaa Allah semuanya bisa terjadi," sahut Andi menepuk pundak sahabatnya.

   Nurul keluar dari ruangan ayahnya dengan wajah yang pucat dan mata bengkak. Tadi dikantin ia tidak makan sesuatu berhubung karena hari ini hari senin ia berpuasa sunnah. Melihat keadaan Nurul, Raihan sangat kasihan dan memberikan semangat kepada Nurul agar tetap tegar untuk menghadapi ujian dari Allah Subhana Wa Ta'ala.

"Nur, sebaiknya puasa kamu batalkan saja. Kamu kelihatan pucat nanti paman Ramli bisa tambah sakit kalau lihat anaknya juga sakit," nasehat Keisya.
"Tidak bisa Kei. Aku akan tetap melanjutkan puasa ini apalagi sudah pukul 17: 21 menit," tolak Nurul halus.

  Tidak ada yang bisa Keisya lakukan semuanya ada ditangan Nurul. Sebelum Nurul masuk lagi keruangan ayahnya, tiba-tiba Mira dan Juna datang bersama membuat teman-temannya heran.

"Aku tidak salah lihat kan, kalian datang bersama?" ucap Andi tidak percaya.
"Bagaimana keadaan ayah kamu Nur?" Mira menghiraukan pertanyaan Andi.
"Seperti yang kamu lihat, didalam ayah aku belum sadarkan diri," ucap Nurul sedih.

   Dari tatapan mata Andi terhadap Juna, jelas sekali ia bertanya tapi Juna tidak merespon. Sebenarnya apa yang terjadi mengapa Juna Dan Mira bisa datang bersama? Entahlah tapi semuanya akan jelas pada waktunya.

  Setelah masuk ruangan ayahnya, Nurul melihat tangan ayahnya bergerak dengan cepat ia ingin pergi memanggil dokter tapi ayahnya menahannya.

"Kenapa ayah?" tanya Nurul heran.
"Ayah tidak tahan lagi nak. Tapi ayah punya keinginan terakhir, ayah ingin melihat kamu menikah sebelum ayah meninggal. Ayah mohon nak kabulkan permintaan ayah," ucap ayah Ramli terbata-bata.
"Ayah jangan bilang seperti itu. Ayah harus kuat. Bagaimana dengan aku kalau ayah tidak ada?" Nurul kembali sesenggukan.
"Ayah mohon nak, ayah ingin menggenggam tangan suamimu,"
"Tapi siapa yang ingin menikahi Nurul, ayah? Nurul tidak memiliki calon,"

   Tiba-tiba Raihan masuk dan mendengarkan percakapan antara anak dengan ayahnya. Raihan sebenarnya ingin mengatakan kalau dia bersedia untuk menikahi Nurul tapi ia juga ragu, takut bila Nurul akan menolaknya.

Apa Nurul akan menikah dengan Raihan. Terus baca lanjutan ceritanya. Semangat untuk pembaca setiaku.

Salam dari sang author

Jodoh Pilihan Ummi (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang