Maaf

4.2K 186 0
                                    

   Satu persatu tamu telah beranjak pergi dari acara itu kecuali para sahabat. Setelah pernikahan Mira selesai, Keisya pergi kekamarnya dengan mata sudah berkaca-kaca.

  Melihat istrinya pergi kekamarnya, Andi membuntutinya pelan-pelan agar Keisya tidak sadar. Mengapa punggung istrinya bergetar?

"Dek, kakak masuk yah." karena tidak ada jawaban Andi mendorong pintu kamarnya.

  Andi tidak menemukan keberadaan istrinya dikamar itu. Mungkin Keisya ada dikamar mandi? batin Andi. Benar saja, Keisya menangis sejadi-jadinya. Dia tidak pernah berpikir atas tindakannya yang hampir menghancurkan kehidupannya sendiri.

  Dengan berjalan pelan, Andi mendekati Keisya yang masih saja menangis. Andi melingkarkan tangannya diperut Keisya. Berharap Keisya bisa berhenti menangis.

"Kamu tidak perlu merasa bersalah dek. Ini bukan kesalahanmu sepenuhnya tapi kakak juga bersalah karena tidak menyadari kalau calon anak kita mau menguji cinta orang tuanya," Andi menenangkan istrinya.

   Keisya melepas pelukan Andi. Lalu memutar posisi berdirinya agar dapat melihat mata suaminya. Masih adakah maaf untuknya? Walaupun sikapnya termasuk gejala hamil tapi tetap saja Keisya merasa bersalah.

"Kak maafkan Kei, maaf, maaf kak."

  Sepertinya tidak ada yang bisa Keisya katakan kecuali kata maaf. Lidahnya seperti sulit bergerak untuk mengatakan hal yang lain.

"Dek lihat mata kakak!" Andi mengangkat dagu Keisya. "Sampai kapanpun kakak akan selalu bersama adek. Kita tidak lagi berdua tapi bertiga," lanjut Andi mengelus perut Keisya.

   Di tempat lain Mira sedang duduk dikamar yang sudah Keisya siapkan untuk dirinya. Dia masih saja menangis. Dia tidak bisa mencintai Andi seperti ia mencintai Juna.

   Pintu kamar diketuk dari luar tapi Mira sama sekali tidak mendengarnya. Mungkin karena hampir setelah pernikahannya dia tidak berhenti untuk menangis.

  Lama menunggu, laki-laki itu masuk sendiri karena pintunya memang tidak terkunci. Seceroboh itukah istrinya?

  Sebuah tangan melingkar diperut Mira, sontak saja Mira mematung. Matanya tertutup. Dia takut untuk melihat laki-laki itu yang sekarang menjadi suaminya.

"Mir buka mata kamu,"

  Itu bukan suara Andi. Sepertinya Mira mengenal suara itu. Juna? Perlahan-lahan ia membuka matanya dan memang benar Juna yang sekarang berada dikamarnya.

"Lepasin aku, Juna. Kamu tahukan, aku ini istri Andi?" Mira terlihat marah.

  Rasa cintanya ke Juna seakan menghilang ketika melihat perilaku Juna yang sangat tidak sopan. Memeluk istri sendiri, apakah itu perilaku tidak sopan?

"Mir aku ini suami kamu." Juna semakin mengeratkan pelukannya.
"Hah? Tidak mungkin." Mira tampak tidak percaya.

  Wajah Mira terlihat lucu saat tersenyum. Juna merasa gemas untuk mencubit pipi istrinya itu.

"Andi batal menikah dengan kamu Mir. Karena Nurul dan Raihan mengatakan kalau Keisya hamil makanya sikap Keisya itu sangat sensitif. Tapi bodohnya, kita yang tidak menyadari hal itu." Juna menjelaskan semuanya kepada Mira.

  Mira terlihat mulai mengerti. Tapi kenapa Juna bisa duduk dipelaminan itu? Mira masih bingung. Juna yang melihat ekspresi wajah istrinya menjelaskan bahwa Keisya dan Andi memintanya untuk tetap melanjutkan pernikahan itu walaupun pengantin prianya diganti. Tidak mungkin rasanya kalau Andi mau menikah lagi kalau tahu istrinya sedang hamil.

"Sekarang kamu ngerti kan?" Juna mengangkat alis kanannya menambah ketampanan dalam dirinya.

  Bahagia? Tentunya karena bisa menikah dengan laki-laki yang ia cintai. Petunjuk Allah memang tidak pernah salah. Saat Mira mendirikan shalat istikharah memang bukan wajah Andi yang terlihat tapi justru wajah laki-laki yang kini menjadi suaminya.

  Takdir Allah bagi hambanya memang sangat indah. Sekuat apapun manusia berusaha untuk mengubah takdir, itu sama saja ia ingin mengubah api menjadi dingin dan air menjadi panas.

"Aku yakin pasti Keisya sedang menangis karena telah memaksa Andi menikah denganku," Mira terlihat khawatir.
"Tenang saja Mir. Ada Andi yang akan menenangkan Keisya." Juna menatap Mira dengan tatapan menggoda.

   Apa maksud tatapan Juna? Apapun itu pipi Mira sudah seperti kepiting rebus. Juna yang melihatnya tidak bisa menahan diri untuk tidak mencium pipi istrinya.

"Kenapa pipi kamu semakin merah Mir?" sepertinya Juna akan terus menggoda istrinya sepanjang malam.

   Menunduk adalah pilihan terbaik. Mira sangat malu dengan perlakuan Juna kepadanya. Sekian lama pipi itu ia jaga untuk suaminya kelak, dan setelah suaminya menciumnya pipi itu tampak merona.

   Keesokan harinya tiga pasangan suami istri keluar dari kamar masing-masing. Dirumah Andi memang tampak sederhana tapi kamarnya ada tiga. Jadi cocok untuk para sahabatnya.

  Keisya keluar dengan wajah masih menunduk. Ia malu melihat sahabatnya setelah mengingat sikapnya kemarin.

"Ciee malam pertamanya sukses," goda Raihan memecahkan keheningan.
"Mana mau sukses, istri lagi dapet. Eh keceplosan," Juna spontan menjawab pertanyaan Raihan yang disusul tawa oleh yang lainnya kecuali Keisya.

   Berbeda dengan Keisya yang masih merasa bersalah. Mira justru menunduk karena malu. Sepertinya tingkah lucu dari Mira telah menulari Juna dalam semalam. Perubahan yang sangat cepat.

  Rasa sesak dihati Keisya muncul ketika melihat tawa dari suami dan para sahabatnya. Bagimana jika saat itu Raihan dan Nurul datang terlambat? Mungkin semuanya akan merasa sedih.

"Kei kamu kenapa?" Mira memegang pundak Keisya.
"Maaf," satu kata yang sangat berarti bagi Keisya.
"Kei, berhenti untuk merasa bersalah dengan apa yang terjadi kemarin. Semua itu sudah menjadi masa lalu. Ini cobaan dari Allah untuk kita semua. Oh iyya kamu mau pergi ke rumah sakit hari ini?" Mira berusaha mengalihkan pembicaraan agar sahabatnya itu tidak merasa bersalah lagi.
"In Syaa Allah Mir. Doakan semoga aku benar-benar positif hamil," senyuman mulai bertengger lagi diwajah Keisya.

   Segala puji syukur, Andi ucapkan dalam hati. Setelah sekian lama ia merindukan senyuman itu. Nurul dan Raihan pamit untuk pulang karena rumahnya butuh perhatian dari sang penghuni. Kemudian disusul oleh Mira dan Juna yang juga pamit pulang. Takut ayah Arif akan khawatir jika ia belum pulang kerumah hari ini.

   Setelah semuanya pergi, Andi juga mengajak Keisya untuk pergi ke rumah sakit. Ia sudah tidak sabar untuk memastikan kehamilan kedua dari istrinya.

  Hanya membutuhkan waktu lima belas menit untuk mereka sampai ditempat yang khas dengan bau obat-obatan. Tujuan utama mereka adalah ruangan kandungan. Kebetulan dokter Iren tidak memiliki pasien jadi mereka tidak perlu menunggu.

"Selamat pagi dok!" ucap Keisya dan Andi bersamaan.
"Selamat pagi. Eh pak Andi dengan bu Keisya. Silahkan duduk," dokter Iren terlihat bahagia.

  Walaupun sudah diberitahu Nurul dan Raihan, hati Keisya masih terasa bergetar. Dia takut kecewa untuk kesekian kalinya.

"Bu silahkan baring disana, saya akan periksa perkembangan kehamilan ibu," dokter Iren menunjuk tempat yang berada disudut ruangan.

  Perlahan Keisya berjalan ketempat yang ditunjukkan oleh dokter Iren. Setelah diperiksa ia kembali duduk disamping Andi.

"Bagaimana dok?" Andi sangat penasaran dengan hasil pemeriksaan dokter Iren.
"Alhamdulillah, kehamilan ibu Keisya terlihat sangat baik."
"Jadi benar istri saya hamil dok?" Andi sepertinya ragu untuk percaya.
"Benar pak. Usianya hampir dua pekan." dokter Iren tampak serius.
"Tapi dokter Fahmi pernah mengatakan kalau saya akan sulit untuk hamil dok," Keisya angkat bicara.
"Itu benar pak, bu. Tapi kalau Allah sudah mengatakan Kunfayakun semuanya bisa terjadi,"

  Bolehkah ia bersujud sekarang? Sebagai tanda syukurnya atas kehamilan keduanya. Namun,  sebelum itu Andi sudah bersujud duluan kemudian Keisya melakukan hal yang sama.

"Terima kasih atas karunia-Mu ya Allah," ucap Keisya dan Andi bersamaan.

Alhamdulillah semuanya berakhir bahagia. Tapi jangan berhenti disini masih ada satu chapter lagi sebagai bonus

 

Jodoh Pilihan Ummi (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang