Menerima

6.5K 319 3
                                    

  Dipikiran Keisya saat ini bukanlah pelajaran melainkan tentang pernikahannya dengan seseorang bernama Andi.

"Keisya, kamu kenapa malamun?" tegur guru yang sedang mengajar.
"Maaf pak, saya izin dulu ke toilet," jawab Keisya tidak berani menatap gurunya ataupun teman-temannya karena terlanjur malu.

  Ketika ingin keluar, tiba-tiba saja Keisya terjatuh karena menabrak seseorang yang tidak lain adalah Andi. Yah Andi terlambat datang kesekolah.

"Maaf, aku terburu-buru karena sudah terlambat," ucap Andi kemudian menuju guru yang sedang mengajar dikelasnya. "Maaf pak, saya terlambat," ucap Andi kepada bapak guru dan akhirnya dipersilahkan duduk.

  Keisya yang ditabrak hanya bisa menunduk kemudian menuju toilet karena sempat tertunda.

"Kei, kamu tidak boleh memikirkan masalah keluarga disekolah!" ucap Keisya kepada dirinya sendiri.

  Ketika merasa cukup tenang, Keisya membasahi wajahnya kemudian menuju kelasnya kembali.

  Bel pulang berbunyi pertanda berakhirnya proses pembelajaran pada hari ini. Keisya bersama sahabatnya menghampiri kendaraan roda dua mereka.

  Nurul dan Mira tampak semangat tapi berbeda dengan Keisya, ia justru tampak lesuh.

"Kei, kamu kenapa sih lesuh banget?" tanya Mira menepuk pundak Keisya.
"Lagi mikirin perjodohan kamu yah Kei!" tebak Nurul.
"Iya, kata ummi nanti aku bakalan ketemu sama laki-laki yang akan dijodohkan denganku," jawab Keisya datar.
"Bagus dong Kei, itu tandanya kamu masih diberikan kesempatan untuk melihat calon suamimu sebelum benar-benar melaksanakan pernikahan," ucap Mira bijaksana.
"Tapi aku takut. Apa aku bisa menerimanya? Bagaimana kalau aku merasa tidak cocok? Aku bingung Mira," ucap Keisya pikirannya dipenuhi dengan begitu banyak pertanyaan.
"Jalani saja dulu. Jangan terlalu dipikirkan," nasehat Mira.
"Makasih yah Mira, sekarang aku jauh lebih baik," ucap Keisya kemudian memeluk Mira.
"Yah sudah, aku sama Nurul pulang dulu yah," pamit Mira kepada Keisya.

  Rumah Mira dan Nurul memang bertetangga jadi tidak diragukan jika mereka selalu bersama. Keisya menatap kepergian kedua sahabatnya dengan tersenyum.

"Assalamu'alaikum," ucap Keisya melangkah memasuki rumahnya.
"Wa'alaikumsalam warahmatullah," jawab ummi Rani.
"Kei, masuk kamar dulu yah ummi mau istirahat," pamit Keisya tapi tangannya ditarik oleh ummi Rani agar duduk disampingnya.
"Nanti malam siap-siap yah, calon suami kamu akan datang," ucap ummi Rani membuat Keisya teringat akan perjodohannya.
"Iyyek ummi," jawab Keisya pasrah.

  Walaupun sedih saat mengingat perjodohannya, Keisya berusaha untuk tetap tenang saat merespon pernyataan umminya.

"Kei jalani aja dulu. Kalau nanti kamu tidak nyaman kamu bisa berpisah," batin Keisya.

  Ditempat lain Andi sedang bersiap-siap untuk kerumah seseorang yang akan dijodohkan dengannya.

"Andi kamu sudah siap?" tanya tante Mirna setelah membuka pintu kamar Andi.
"Iyyek tante, kita bisa berangkat sekarang." jawab Andi kemudian berdìri berjalan kearah pintu.
"Tante ambil tas dulu yah," sahut tante Mirna meninggalkan Andi.

  Setelah menempuh perjalanan sekitar tiga puluh menit, sampailah Andi didepan rumah yang berwarna cream tersebut.

"Assalamu'alaikum," ucap Andi dan tante Mira bersamaan.

  Beberapa detik kemudian pintu terbuka menampilkan seorang perempuan paruh baya yaitu ummi Rani.

"Wa'alaikumsalam warahmatullah, eh ternyata sudah datang. Silahkan masuk," ucap ummi Rani sedikit terkejut karena orang yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga.

  Tibalah Andi dan tante Mirna diruang tamu, terdapat beberapa sofa, meja, televisi dan beberapa benda lagi.

"Silahkan duduk, saya permisi untuk memanggil Keisya," ucap ummi Rani mempersilahkan tante Mirna dan Andi duduk.
"Terima kasih tante," ucap Andi sopan.

  Ummi Rani naik kekamar Keisya dengan perasaan senang dan sedih. Senang karena anaknya akan segera menikah dan sedih karena akan ditinggal oleh anak tunggalnya.

"Kei, mereka sudah datang. Kamu ikut ummi yah turun kebawah," ucap ummi Rani diambang pintu kamar Keisya.
"Tunggu sebentar ummi, aku lagi bingung pake khimar apa?" ucap Keisya bingung.
"Khimar warna hitam saja," ucap ummi Rani memberi saran.

  Setelah memakai khimar, Keisya turun keruang tamu dengan perasaan penasaran. "Apa Andi yang akan kutemui adalah Andi satu kelasku?" batin Keisya.

"Mirna, ini anak aku! Maaf yah lama," ucap ummi Rani memegang pundak Keisya.
"Masyaallah, cantiknya. Andi sangat beruntung akan menjadi pendamping Keisya," ucap tante Mirna melihat Keisya dari ujung kepala sampai kaki.
"Bisa aja kamu Mirna, keponakan kamu juga ganteng kok," sahut ummi Rani tersenyum.

  Ummi Rani yang asik mengobrol dengan tante Mirna hampir melupakan satu hal yaitu memperkenalkan Keisya dengan Andi.

"Aduh, kalau terus mengobrol begitu mah pasti lupa sama tujuan utamanya," sahut abi Mahendra menyindir istrinya.
"Biasa abi, teman lama kalau baru ketemu lupa sama urusan lain," ucap ummi Rani cengengesan.

  Andi dan Keisya tidak melihat satu sama lain karena fokus dengan pikiran masing-masing.

"Nak Andi, ini Keisya calon istrimu," ucap ummi Rani duduk disamping Andi.

  Setelah mendengar perkataan ummi Rani, Andi menghentikan kegiatannya dan melihat calon istrinya.

"Keisya," ucap Andi terkejut melihat perempuan yang ditunjuk ummi Rani.

  Mendengar suara laki-laki yang tidak asing bagi telinganya, Keisya sontak mengangkat kepalanya karena terkejut.

"Andi," ucap Keisya dengan dahi berkerut.

  Orang tua Keisya dan tante Mirna yang melihat ekspresi Keisya dan Andi ikut heran.

"Kalian sudah saling kenal?" tanya abi Mahendra.
"Iya, kita satu kelas," ucap Andi dan Keisya bersamaan.
"Bagus dong kalau udah saling kenal. Jadi kapan pernikahannya dilaksanakan," timpal ummi Rani bahagia.
"Bagaimana kalau hari ahad pekan depan saja?" ucap tante Mirna memberi saran.
"Bagus juga jadi mereka nggak perlu izin sekolah," sahut abi Mahendra.

Karina💕
12-Sepetember-2019

Vote dan komen yah👌
Terima kasih😊

Jodoh Pilihan Ummi (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang