Belajar Mandiri

7.3K 255 0
                                    

  Selama tiga hari di Bali kini Keisya dan Andi kembali kerumah tante Mirna.

  Andi terlihat sedang memikirkan sesuatu karena sejak tadi hanya melamun dikamar.

"Kak ada apa?" tanya Keisya heran melihat perilaku Andi hari ini.
"Kei, apa kamu tidak keberatan kalau kita pindah rumah. Mama dan papa sebenarnya udah siapkan rumah buat kita dekat dengan kampus yang akan kita tempati mendaftar," ucap Andi mengungkapkan apa yang ada dipikirannya.
"Bagus dong kak, hitung-hitung aku mau belajar jadi istri yang baik buat suami. Kan selama ini tante Mirna yang selalu mengurus segala keperluan kakak," jawab Keisya setuju.
"Serius dek, kamu tidak takut kalau kita tinggal berdua?" tanya Andi memastikan.
"Serius kak. Kita minta izin sama tante Mirna yah besok pagi, setelah itu ke ummi dan abi," ucap Keisya mantap.

  Keesokan harinya Andi, Keisya dan tante Mirna sadang berkumpul diruang makan. Setelah selesai makan pagi, Andi memulai obrolan.

"Tan, rencananya aku dan Keisya mau tinggal berdua dirumah mama dan papa. Tante setuju kan?" ucap Andi melihat tante Mirna dan Keisya bergantian.
"Kalian memang sudah siap tinggal berdua, takutnya nanti kalian ada apa-apa lagi!" ucap tante Mirna khawatir.
"Iyyek tante, aku juga mau belajar mandiri urus suami!" timpal Keisya tersenyum.
"Kalau itu mau kalian, tante setuju-setuju aja. Tapi minta izin juga yah sama orang tua kamu, Kei." ucap tante Mirna mengingatlan mereka.
"Makasih yah tante, nanti sore kami bakalan ke rumah ummi dan abi. Mungkin bakalan bermalam," ucap Andi kemudian mengambil tisu dimeja.

  Obrolan dimeja makan akhirnya selesai, Andi dan Keisya akan segera berangkat untuk mengambil formulir pendaftaran masuk perguruan tinggi. Setelah urusannya selesai mereka memutuskan pergi kerumah ummi Rani dan abi Mahendra.

"Assalamu'alaikum," ucap Keisya dan Andi bersamaan sambil menekan bel.
"Wa'alaikumsalam warahmatullah, silahkan masuk nak," jawab ummi Rani bahagia menyambut kedatangan anak beserta menantunya.

  Saat ini mereka sedang berkumpul diruang keluarga, abi Mahendra yang baru saja datang ikut bergabung.

"Tumben kalian kesini, ada apa?" tanya ummi Rani memulai percakapan.
"Ada hal penting yang mau kami sampaikan ummi, sebenarnya kak Andi mengajak Kei untuk tinggal berdua dirumah mama dan papanya. Ummi dan abi tidak keberatan kan?" ucap Keisya mengatakan maksud dan tujuannya datang kerumah ummi dan abinya.
"Kalau ummi sih tidak keberatan Kei, tapi apa kamu sudah sanggup merawat suamimu?" ucap ummi Rani tersenyum manis.

   Sepertinya semua orang menanyakan perilah kesanggupan Keisya untuk mengurus Andi. Tentu saja Keisya sanggup, dia bukan lagi anak remaja yang berusia empat belas tahin tapi sudah dewasa bahkan tingginya sudah melewati tinggi ummi Rani.

"Insya allah ummi, kalau abi bagaimana?" tanya Keisya kepada abinya.
"Abi In Syaa Allah mendukung semua yang kamu lakukan Kei selama itu hal yang baik," jawab abi Mahendra tidak ada masalah.
"Besok kami akan pindah dan malam ini kami memutuskan untuk bermalam dirumah ummi dan abi, bisa kan?" tanya Andi sopan.
"Dengan senang hati nak," jawab ummi Rani dan abi Mahendra bersamaan.

  Keisya bersama Andi menuju kamar yang bernuansa putih. Ini untuk kesekian kalinya ia berkunjung lagi kerumah orangtuanya, tapi kamarnya tidak pernah mengalami perubahan.

"Kak, aku wudhu dulu yah!" pamit Keisya setelah sampai dikamarnya.
"Iyyek dek, agak cepetan yah karena kakak juga mau wudhu," jawab Andi tenang.

   Lima menit berada dalam kamar mandi akhirnya Keisya keluar dengan wajah yang segar akibat selesai berwudhu.

"Kak aku siapkan alat shalat dulu yah buat kita," ucap Keisya menuju lemari.
"Yah sudah, kakak pergi wudhu dulu," ucap Andi kemudian berlalu kekamar mandi.

Jodoh Pilihan Ummi (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang