Permintaan Keisya

4.2K 177 3
                                    

"Calon bayi kita telah kembali kepada sang pencipta," ucap Andi dengan satu tarikan nafas.

Deg

   Dunia Keisya runtuh seketika, air matanya mengalir membasahi kasur. Haruskan ini terjadi padanya? Kecewa, sakit, marah telah bercampur aduk dipikirannya. Dia merasa kecewa karena telah merenggut nyawa calon anaknya. Dia merasa sakit, secepat itukah anaknya diambil? Dia merasa marah dengan dirinya sendiri karena tidak bisa menjaga kandungannya.

  Andi membiarkan Keisya menangis begitu saja. Ia berharap dengan menangis, Keisya akan lebih baik. Ketika Keisya masih menangis, Andi pergi untuk memanggil dokter sekaligus memberikan kabar bahagia tentang sadarnya Keisya kepada mertua dan para teman-temannya.

  Dokter segera memeriksa keadaan Keisya. Keisya masih saja menangis tapi diingatkan oleh dokter untuk tidak berlarut dalam kesedihan karena tidak baik bagi kesehatannya.

  Ummi Rani dan abi Mahendra masuk dengan wajah yang bahagia. Wajah yang sudah mulai keriput itu menangis terharu. Telah sekian lama ia berdoa agar anaknya dapat kembali berkumpul seperti dulu. Keisya yang sadar akan kedatangan orang tuanya langsung memeluknya. Ia butuh pelukan saat ini. Andi merasakan sesak dihatinya karena selama Keisya sadar ia belum mendapatkan pelukan dari istrinya. Bukannya dia cemburu kepada mertuanya tapi ia takut, takut Keisya marah kepadanya karena tidak bisa menjaga calon anaknya. Kini ia prustasi memikirkan semuanya.

  Setelah beberapa menit, teman-teman Keisya datang dengan wajah yang berbinar. Mereka sangat bahagia ketika mendengar bahwa sahabatnya telah sadar tapi heran ketika melihat Keisya justru menangis.

"Apa Keisya sudah tahu kalau ia kehilangan calon anaknya?" tanya Nurul kepada dirinya sendiri.

  Matahari telah terbit, menandakan pagi yang baru akan segera mereka mulai. Keisya sudah berhenti menangis dan tertidur setelah dokter Fahmi memberikan obat sepertinya itu efek dari obatnya.

  Nurul dan Andi sudah pulang kerumah mereka sebelum subuh karena keadaan Nurul yang sedang mengandung ia butuh istirahat dengan baik. Hanya Mira dan Juna yang masih setia menunggu sahabatnya diluar ruangan Keisya.

"Mir! Sebaiknya kamu jangan dulu beritahu tentang pernikahan kita dengan Keisya. Ia masih sangat terpukul setelah mengetahui calon anaknya meninggal. Apalagi kabar buruk tentang rahimnya. Abang takut, Keisya akan berpikir yang tidak-tidang tentang kamu karena bahagia diatas penderitaannya," sahut Juna mengingatkan calon istrinya yang beberapa hari lalu ia khitbah.

   Sebenarnya tanpa diingatkan oleh Juna, Mira memang berpikir seperti itu. Walaupun ia belum pernah mengandung, ia bisa merasakan sakit yang dirasakan Keisya. Sebentar lagi ia akan segera menikah dan Mira ingin semuanya membaik dihari pernikahannya.

   Keadaan Keisya semakin membaik. Hari ini adalah hari kepulangannya. Dia sudah bisa mengikhlaskan semua yang terjadi padanya. Dia yakin ada hikmah dibalik kejadian ini. Tapi masih ada fakta yang belum ia ketahui.

Satu bulan kemudian
"Kak, Kei kenapa belum hamil lagi padahal sudah lebih dari satu bulan Kei kembali. Dulu setelah kita dari bulan madu cuma butuh satu bulan, Kei sudah hamil. Tapi ini kenapa Kei belum hamil?" tanya Keisya heran dengan apa yang terjadi pada dirinya.

   Sudah satu bulan lebih, Andi berusaha menutupinya tapi sepertinya ini sudah waktunya Keisya tahu tentang keadaan rahimnya. Sebelum mengatakan hal itu, Andi menarik badan Keisya kepelukannya agar setelah Keisya tahu, ia bisa melampiaskan kesedihannya dengan memeluk Andi erat dan menangis sejadi-jadinya.

"Dek, sebelum kakak mengatakan sesuatu tentang keadaanmu akibat dari kejadian kita dibegal. Kakak minta, adek harus janji supaya bisa ikhlas menerima kenyataan yang pahit ini," ucap Andi sambil mengelus-elus kepala Keisya.

  Mendengar perkataan suaminya, Keisya merasa deg degan. Apa ia sudah siap mendengarkannya? Tapi apapun itu ia akan berjanji untuk ikhlas.

"Sebenarnya waktu kamu keguguran, ada sesuatu yang terjadi dengan rahim kamu sehingga kamu akan sulit untuk memiliki keturunan,"

   Setelah mengucapkan perkataan itu, Andi mengeratkan pelukannya tapi sama sekali tidak ada gerakan dari Keisya. Merasa curiga, Andi melepaskan pelukannya dan melihat Keisya pingsan. Andi benar-benar panik. Bodoh? Mengapa ia harus mengatakannya? Mengapa ia tidak memberikan penjelasan lain yang tidak akan membuat Keisya pingsan seperti ini? Kini Andi menggerutu dirinya sendiri.

   Andi mengangkat Keisya menuju kasurnya. Ia mencari sesuatu yang memiliki aroma menyengat, agar istrinya bisa cepat sadarkan diri.

"Dek bangun," ucap Andi memukul pelan pipi Keisya.

   Lima menit, sepuluh menit masih tidak ada respon. Hingga pada menit ke tiga puluh mata Keisya mulai terbuka. Tiba-tiba saja ia menangis sesenggukan karena menginggat perkataan Andi.

"Kak maafkan Kei. Gara-gara Kei, kakak akan sulit punya keturunan. Maaf," ucap Keisya sesenggukan.
"Tidak apa-apa dek. Kita serahkan saja semuanya kepada Allah. Walaupun dokter berkata sulit tapi semuanya bisa terjadi atas kehendak Allah. Kakak akan selalu ada untuk Kei,"

   Hari ini, Mira dan Nurul datang kerumah Keisya. Mira akan mengatakan rencana pernikahannya setelah menunda satu bulan sedangkan Nurul akan mengatakan tentang kehamilannya.

  Keisya sedang menyiapkan makanan didapur karena suaminya akan berangkat kekantor. Tapi tiba-tiba saja ada yang memencet bel, Keisya segera berlari untuk membuka pintu.

"Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Eh Nurul sama Mira. Silahkan masuk!" ucap Keisya terkejut.

   Sahabatnya memang sengaja tidak memberitahukan Keisya terlebih dahulu jadi tidak diragukan kalau Keisya merasa terkejut.

   Sebelum menuju ruang tamu, Keisya pergi kedapur mengambil minuman untuk kedua sahabatnya.

"Kei, tidak perlu repot-repot. Kita kesini karena mau menyampaikan kabar bahagia bukan mau merepotkan kamu," ucap Mira tidak enak hati.
"Sama sekali tidak merepotkan Mir. Aku bahagia karena kalian mau datang berkunjung. Sekaligus aku ingin mengatakan sesuatu terhadap kamu Mir," balas Keisya tersenyum.

   Ada hal yang Keisya pikirkan dari kemarin meskipun akan menyakiti hatinya sendiri tapi ia harus melakukannya demi kebahagiaan Andi.

   Bolehkah Keisya egois untuk kali ini? Dia tahu kalau keputusannya akan menghancurkan rumah tangganya tapi dia berpikir ini yang terbaik.

"Mir, aku ingin kamu menikah dengan Andi!" ucap Keisya matanya mulai berkaca-kaca.

Deg

   Apa Mira dan Nurul tidak salah dengar? Apa ada yang gangguan dengan telinganya? Tapi jika iya, kenapa mereka mendengar hal yang sama.

Buat para pembaca jangan putus disini yah, mungkin Keisya kali ini aku buat egois. Tapi apa Mira akan mengorbankan cintanya?

Penasaran, lanjut ke chapter berikutnya.

 

Jodoh Pilihan Ummi (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang