6. Don't Stop

4.5K 434 10
                                    

"Mata kamu minus, tuh. Soalnya kamu enggak bisa lihat aku yang sedekat ini menyukaimu."

-Tasyayouth-

Nandara merasa tidak percaya saat melihat benda yang berada di tangan Xilon. Matanya menatap netra Xilon yang ternyata menghunus tajam padanya. Sesuatu yang mustahil, tetapi nyata adanya.

"G-gue beneran nggak tahu gimana bisa kalung itu di leher gue. Beneran!" ucap Nandara gelagapan. Ia berani bersumpah bahwa bukan dirinya yang mencuri kalung milik Xilon.

Kalung berbandul bulat sabit yang berada di tangan Xilon sama dengan kalung yang Nandara lihat di toko antik beberapa saat yang lalu. Entah bagaimana caranya kalung itu melingkar indah di lehernya. Gadis itu bahkan tidak melihat kalung itu di kamar Xilon. Mustahil kalung itu berjalan sendiri dan langsung memasangkan dirinya di lehernya. Namun, dari cara Xilon menatapnya, pasti lelaki itu berpikir bahwa ialah yang mencurinya.

"Gue beneran nggak nyuri, Kak," lirih Nandara mulai ketakutan.

Sekali pun bukan ia pelakunya, rasa takut itu muncul sendiri karena tatapan tajam Xilon. Ia bahkan sempat menuduh Xilon akan melakukan hal yang buruk padanya. Ia kira Xilon menatap ke wilayah 'wanita'-nya, ternyata Xilon hanya ingin memastikan bahwa di leher Nandaa adalah kalung miliknya.

Melihat wajah Nandara yang tidak karuan, Xilon memundurkan langkahnya menjauhinya. Sedetik kemudian, tawanya menggelegar seisi kamar. Hal itu tentu saja membuat Nandara mengernyitkan keningnya pertanda bingung. Apa yang ditertawakan Xilon?

"Wajah lo lucu banget pas ketakutan," ucap Xilon di sela-sela tawanya. Butuh waktu beberapa menit untuk mencerna ucapan Xilon. Setelah menemukan titik terangnya, Nandara pun beringsut turun dari ranjang. Gadis itu pun melayangkan tinju supernya ke wajah ganteng milik Xilon.

Xilon tersungkur ke lantai akibat tinjuan mematikannya Nandara. Ia cukup kaget dengan apa yang dilakukan gadis itu. Harusnya Xilon lebih berhati-hati jika bercanda. Orang pendiam itu memiliki ribuan hal yang tidak terduga.

"Lo sengaja masangin kalung itu terus nuduh gue, gitu?" tanya Nandara dengan nada tinggi. Dadanya naik-turun secara tidak beraturan. Ia sedang marah. Ia tidak suka dengan sesuatu yang berlebihan, seperti candaan. Hidup datar Nandara selalu memiliki batasan untuk bersenang-senang.

Xilon terdiam cukup lama. Ia telah membangunkan singa yang tidur. Hal yang bisa ia lakukan saat ini hanyalah mengusap pelan pipi kanannya yang terkena ciuman berupa bogeman. Ia akui, rasanya sangat sakit. Bisa dipastikan terdapat luka kecil di sudut bibirnya.

"Kalau ditanya itu dijawab!" bentak Nandara terlihat seperti ibu tiri yang tengah memarahi Cinderella. Tidak peduli jika yang ia bentak saat ini adalah seorang lelaki yang sangat berpengaruh terhadap nilai IPK-nya.

"I-iya, tadi pagi niatnya emang mau ngerjain lo. Gak tau kalau respon lo kayak gini," cicit Xilon yang terdengar takut-takut. Nandara berdecih. Tidak ada lagi Nandara yang terlihat kalem dan pendiam. Ya, semakin mengenal sosok Nandara, maka sifat aslinya akan terlihat.

"Candaan lo nggak lucu, Xilon! Kalau lo mau bercanda bukan sama gue! Gua gak suka dituduh mencuri. Lo fitnah gue! Fitnah itu lebih kejam dari pembunuhan. Sini, gue seret lo ke penjara!" sinis Nandara yang bahkan melupakan embel-embel 'Kak' di depan nama Xilon. Tidak peduli jika itu tidak sopan.

Xilon terlihat kaget tatkala Nandara menarik tangan Xilon dengan kekuatan yang entah dari mana datangnya. Lelaki itu memberontak mencoba melepaskan tangan gadis itu, tetapi ia tidak bisa melakukannya. Ia pun tidak mau kalah dan beralih menyeret kaki Xilon hingga tubuh lelaki itu menyapu lantai kamar.

Jasmine Addict (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang