"The day when we met never wrong. Likewise our farewell."
__________
Sudah beberapa hari, Nandara menginap di apartemen Xilon. Beberapa hari pula, Xilon harus merelakan wilayahnya dijajah olehnya. Xilon bisa saja menolak, tetapi siapa sangka bahwa ucapannya tempo lalu malah menjadi bumerang untuk dirinya sendiri.
"Gue pacar lo. Mana ada pacar yang nelantarin pacarnya."
Jika saja Nandara bukan sepupu Zuma, ia mungkin tidak menganggu gadis itu. Niatnya ingin menggoda Nandara di depan Zuma untuk melihat bagaimana reaksi Zuma jika sepupunya digoda. Siapa sangka bahwa Nandara malah memanfaatkannya terlebih dahulu. Parahnya, Zuma malah mendukung hubungan mereka.
"Kak Zuma udah pergi?" tanya Nandara dengan setengah berbisik. Xilon berdecak kesal sebelum akhirnya ia celingukan untuk memastikan apakah ada Zuma atau tidak.
Zuma memberikan tanda 'ok' pada Nandara yang masih berada di dalam apartemen. Tak lama kemudian, tubuh Xilon sedikit terdorong keluar saat gadis itu mencoba menerobos.
"Lain kali hati-hati, dong. Kayak dendam banget sama gue," sindir Xilon yang langsung mendapat pelototan tajam dari Nandara.
"Emang!" ketus gadis itu.
Xilon terlihat menahan tawanya. Ia sangat tahu alasan Nandara yang marah padanya. Semua karena kejadian tadi pagi.
Lelaki itu sengaja tidak membangunkannya. Padahal ia tahu bahwa Nandara memiliki jam kuliah. Bahkan yang menjadi dosen pengajar pagi itu adalah Xilon.
Oleh sebab itu, Nandara kesiangan dan telat tiba di kelas. Untuk pertama kalinya, gadis itu telat masuk kuliah. Nahasnya lagi, ia mendapat hukuman membuat makalah mengenai tanaman gandum dan harus dikumpul sore itu juga. Nandara meminta keringanan, tapi Xilon malah berniat untuk menambah tugas. Belum lagi, pengumpulannya harus di kampus. Padahal Xilon sendiri berada seatap dengannya.
Xilon dan Nandara akhirnya memilih sama-sama tinggal di apartemen. Tentunya dengan satu syarat, Xilon harus tidur di sofa. Padahal jelas, apartemen itu miliknya. Namun, ia tidak punya pilihan lain. Gadis itu mengancamnya dengan membawa nama Zuma. Xilon yakin bahwa Zuma pasti akan menyiksanya habis-habisan jika sepupunya disakiti. Disakiti apanya? Yang ada Xilon yang tersakiti.
"Jangan terlalu benci, nanti jadi cinta," kekeh Xilon membuat Nandara memalingkan wajahnya.
"Gak akan!" tegas Nandara yang langsung berlawanan dengan isi hatinya. Bahkan jauh sebelum ia membenci Xilon, rasa cinta lebih dahulu mendominasi.
"Hati lo bilang, lo udah duluan jatuh cinta sama gue," celetuk Xilon dengan kekehan. Nandara mengernyit. Kenapa lelaki itu selalu bisa menebak pikirannya?
"Jangan dipikirin. Gue emang selalu tahu apa yang ada di benak lo," ucap Xilon merubah wajahnya dalam mode datar.
"Lo cen--"
"Nda?"
Nandara menoleh dan mendapati Zuma yang datang entah dari mana. Ia terlihat kaget, tetapi tidak dengan Xilon. Lelaki itu sudah terlebih dahulu mengetahui kehadiran Zuma.
"Dari mana, Bro?" tanya Xilon menaikturunkan alisnya.
Zuma tidak menyahut, tetapi matanya mengarah kepada Nandara yang terlihat menunduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jasmine Addict (Tamat)
General Fiction[DISARANKAN FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA⚠] ⚠Cerita ini bakal bikin kamu pusing, berhenti sebelum menggila⚠ (Romance-Fantasy) Namanya Jasmine, tapi dia benci bunga itu terutama aromanya. Aroma kematian. Awalnya ia mengabaikan seseorang yang beraroma...