Aku sedang belajar untuk tidak mengubah lara menjadi bara. *@tasyayouth*
_______
Nandara tidak suka bercandaan yang berlebihan. Entah siapa yang mengajari kakak sepupunya berkelakuan semenyebalkan itu. Namun, ia sangat yakin bahwa Xilon yang telah mempengaruhi otak polos Zuma.
Suara tawa yang belum juga selesai sejak semenit yang lalu itu semakin membuat Nandara jengkel. Tadi kakak sepupunya sudah mendapat sebuah jambakan yang belum pernah ia lakukan sama sekali. Tentu saja Zuma kaget dengan keganasan Nandara. Sungguh, tidak disangka. Dan sekarang ia kembali ingin menjambak lelaki yang terus menertawai kebodohannya itu.
Nandara benar-benar tidak tahan lagi. Ia benar-benar menjambak rambut Xilon dengan penuh dendam. Seolah tidak ada hari esok untuk membalasnya. Suara mengaduh Xilon terdengar. Lelaki itu mencoba melepaskan diri, bahkan dibantu oleh Zuma tetapi kekuatan Nandara benar-benar kuat.
"Udah, Nda!" seru Xilon dan kali ini dengan sedikit sentakan akhirnya ia berhasil terlepas dari keganasan Nandara.
Napas Nandara memburu. Ia belum puas dengan jambakan itu. Ia ingin terus mengulangnya hingga kepala Xilon botak.
"Ganas banget calon istri, sampe mau rontok nih rambut gue. Emangnya lo mau nikah sama cowok botak?" sindir Xilon membuat Nandara menatapnya tajam. Lain dengan Xilon yang semakin membalas tatapan Nandara dengan sama tajamnya, Zuma justru terlihat segan. Ia tidak pernah melihat adik sepupunya seperti itu. Selama ini, Nandara itu adalah gadis yang lembut. Masih dalam kondisi syok, Zuma memilih menonton drama gratis di depannya.
"Siapa yang mau nik--"
Hampir saja Nandara mengeluarkan kata-kata yang berakibat kebohongan mereka terbongkar. Nandara mengutuk di dalam hati. Semua ini gara-gara ucapan sialan beberapa waktu lalu. Jika saja ia tidak berpura-pura pacaran dengan Xilon, mungkin keadaannya tidak akan serumit ini.
Nandara menghela napas dengan pelan. Ia mencoba meredakan emosi agar tidak meledak-ledak.
"Maaf, Nda. Kakak cuma bercanda," cicit Zuma terlihat takut-takut.
Melihat wajah memelas Zuma membuat Nandara tidak tega. Ia menyesal telah merusak tatanan rambut Zuma dengan sekali jambakan mautnya. Sungguh, ia tidak berniat mengurangi ketampanan sang kakak sepupu. Dirinya hanya kesal karena dibodohi.
Mengenai penyakit Xilon, Zuma hanya bercanda. Ia hanya ingin melihat reaksi Nandara. Jujur, ia merasa ada yang aneh dengan hubungan Nandara dan Xilon hingga dirinya mencoba untuk mengetes Nandara. Melihat betapa khawatirnya Nandara, membuat Zuma yakin bahwa Nandara memang mencintai sahabatnya. Ia hanya memastikan.
Lain dengan Zuma yang merasa bersalah, Xilon malah tertawa lebar-lebar setelah mengetahui alasan Nandara memeluknya. Sorot takut kehilangan terpampang jelas di mata Nandara. Dan ia rasa itu lucu sekali mengingat keduanya bak kucing dan tikus.
"Aku nyakitin kamu banget ya, Nda?" tanya Zuma merasa tidak enak hati saat melihat Nandara menundukkan kepalanya.
"Kira-kira dong, Zuma. Lo bikin cewek gue salah paham dan takut. Penyakit itu bukan suatu hal yang bisa dicandakan. Siapa tahu gegara ucapan lo, malaikat aminin. Gimana?"
Nandara menoleh ke arah Xilon yang seenak jidatnya berbicara. Bagaimana jika malaikat mengamininya? Bagaimana jika Tuhan mengabulkannya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Jasmine Addict (Tamat)
General Fiction[DISARANKAN FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA⚠] ⚠Cerita ini bakal bikin kamu pusing, berhenti sebelum menggila⚠ (Romance-Fantasy) Namanya Jasmine, tapi dia benci bunga itu terutama aromanya. Aroma kematian. Awalnya ia mengabaikan seseorang yang beraroma...