39. (Bukan) Khayalan

1.7K 203 15
                                    

Nandara tidak sepenuhnya berkhayal. Sebagian dari mimpi-mimpinya, memang adanya. Ia terbangun dari pingsannya dan menemukan dirinya berada di sebuah kamar.

Keadaan di sana kosong, hingga akhirnya ia beranjak bangun. Sendi-sendinya terasa lepas. Merasakan pula afek mengambang.

Ia meminum segelas air putih yang tersedia di sana. Setelahnya, ia bangkit, menelusuri kamar asing itu. Namun, matanya menangkap pigura yang tak asing. Sosok Xilon.

Nandara menyakinkan dirinya bahwa ini bukanlah mimpi atau halusinasi lagi. Dan benar, ia mencubit tangannya dan terasa sakit. Tidak ada kebingungan lagi, karena semuanya nyata.

Ia mengambil foto itu, sosok Xilon dengan toga. Mengerjap beberapa kali, menyakinkan diri lagi. Namun, ada yang berbeda. Di sana tertulis bukan nama Xilon, melainkan nama orang lain. Zona Bintang Auriga.

Lelaki bernama Zona ini sangat mirip dengan Xilon. Berharap ini halusinasi, tetapi ia malah menemukan pigura-pigura lain. Kali ini ia merasakan hipoksia, saat melihat foto keluarga yang terpampang di sana.

Bukan hanya Zona yang mirip dengan Xilon. Ia juga menemukan dua sosok yang tak asing, Camellia dan Valeria. Sementara itu, ada dua sosok paruh baya lain yang ia kenal, Om Sean dan istrinya--sahabatnya. Jadi, Zona dan kedua kembar itu anak dari Om Sean? Fakta apa ini?

Merasa pusing, Nandara duduk di kursi. Tanpa sengaja atensinya teralih pada kotak yang belum sempat ia buka, karena lebih dahulu mengunjungi Tante Meriana.

Ia kaget melihat foto-foto itu, bukan, lebih tepatnya pada tanggal yang tertera di sana. Ia baru menyadarinya dan langsung menjatuhkan kumpulan foto-foto itu di lantai, lantas berlari keluar dari sana. Sebelumnya ia menjadi semakin gila. Namun, mamanya muncul di depan pintu. Dalam beberapa detik, ia memeluk wanita itu dan menangis sesegukan.

Sagitta menatap miris pada foto-foto yang berserakan lalu membawa Nandara kembali masuk ke kamar itu. Ia mengelus rambut putrinya, menenangkan. Padahal ia sengaja membiarkan Nandara menemukan jawabannya sendiri, tetapi gadis rapuh itu memang butuh dibimbing.

"Tolong ... jelasin tentang itu," pinta Nandara dengan suara lirih. "Kali ini jangan ada yang ditutupin lagi."

"Namanya Nandara Jasmine Granitama. Kakak kamu."

"Kakak?"

Nandara memandang wajah ibunya dengan prihatin, ada kesedihan di sana. Seorang kakak? Bernama sama dengannya?

Sagitta bercerita, dan Nandara yakin itu menyakiti ibunya karena mengulang memori lama. Namun, ia juga butuh jawaban. Tentang sosok Nandara lain.

Nandara Jasmine Granitama. Nama itu lebih dulu diambil oleh kakak perempuannya, anak pertama Sagitta dan Ren. Lahir dengan tanggal yang sama dan sifat yang sama dengan Nandara. Seolah mereka adalah satu, bereinkarnasi.

Di umur lima tahun, kakaknya meninggal karena menolong Laksana. Kejadiannya saat itu, sang kakak menyelamatkan seorang anak lelaki yang hampir ditabrak mobil, sayangnya malah ia yang menanggungnya. Sang kakak meninggal, bahkan mamanya belum sempat menolong. Anak lelaki yang berumur sama dengan sang kakak itu ternyata adalah Laksana--anak Sega yang merupakan rival Ren dalam dunia bisnis.

Oleh karena itu, saat Nandara lahir, Ren dan Sagitta sangat protektif. Apalagi seiring pertumbuhannya yang semakin mirip anak pertama mereka. Pada saat Nandara berumur lima tahun, ia hampir saja kecelakaan dalam kebakaran--hal yang paling ditakutkan Ren dan Sagitta. Namun, ternyata Sagitta berhasil menolongnya, tetapi wanita itu harus mengalami masa kritis yang menakutkan. Hampir saja ia merenggang nyawa hingga akhirnya Sagitta berhasil melewati masa kritis tersebut.

Jasmine Addict (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang