"Love is nothing"
🌂🌂🌂
"Kak Xilon!" seru Nandara dengan senyum semringahnya.
Xilon yang tengah membayar makanannya langsung menoleh ke arah Nandara yang entah sejak kapan datang. Xilon berencana kabur, tetapi percuma karena pergerakannya kurang cepat dari Nandara. Alhasil lelaki itu hanya pasrah tatkala tangannya ditahan oleh Nandara.
Xilon memasang senyuman paksa. "Lepas, Ra. Orang-orang pada liatin," ujar Xilon setengah berbisik. Ia mencoba melepaskan pegangan Nandara di pergelangan tangannya, tetapi gadis itu terlihat tidak peduli.
"Kita ini tunangan, Kak. Gak ada yang salah," cibir Nandara kesal.
Xilon menyesal karena membeli makanan di kantin, tahu begini lebih baik ia menahan lapar di kantornya.
"Please, Ra. Orang lain pada liatin kita," bisik Xilon merasa tidak nyaman. Lagi, ia mencoba melepas tangan Nandara yang melingkar di lengannya. Tak disangka gadis itu lebih kuat dari dugaannya.
Nandara jadi seagresif jni. Ada apa sebenarnya? Apakah di mata Nandara hanya ada mereka berdua di sana? Harusnya Nandara sadar bahwa baik Xilon maupun Nandara tengah menjadi pusat perhatian.
"Haruskah aku umumin kalau kita pacaran?" tanya Nandara menaik-turunkan alisnya.
"Jangan gila, Ra!" tegur Xilon lalu menghempas tangan Nandara hingga terlepas dari lengannya.
Xilon menahan malu dan berjalan keluar dari kantin tanpa memperdulikan Nandara yang masih berada di tempatnya. Nandara mendengus kesal. Tidak ia sangka bahwa dirinya melakukan aksi gila di kantin. Hampir saja jadi bahan gosip, tidak, mungkin mulai sekarang akan jadi bahan gosip.
Nandara tidak mau menyerah. Pantang bagi seorang Nandara untuk menyerah. Apalagi jika untuk mengejar cinta sejatinya. Cinta sejati, ya? Kenapa Nandara merasa ragu?
Nandara tidak peduli dengan beberapa pasang mata yang masih mengarah padanya. Ia melirik pada kedua kembar yang duduk di pojok kantin. Kedunya terlihat memberikan semangat lewat bahasa isyarat versi mereka pada Nandara. Ya, mereka mendukung penuh keinginan Nandara untuk mendapatkan hati Xilon secara utuh.
Nandara menarik napas pelan dan menyakinkan dirinya bahwa ia pasti bisa melakukan hal ini. Dengan langkah sedikit cepat, Nandara menyusul dosen penggantinya itu.
Nandara menyamakan langkahnya yang kecil dengan langkah lebar Xilon saat ia berhasil menyusul lelaki itu. Bukannya memperlambat, Xilon malah sengaja mempercepat langkahnya sehingga terlihat seperti setengah berlari.
"Kak Xilon! Jalannya jangan dicepetin!" kesal Nandara. Seolah menutup mata dan telinga, Xilon masih melangkah dengan cepat.
Lama-lama Nandara jadi tidak tahan dan berlari ke arah Xilon. Dengan sigap diraihnya rambut Xilon. Yang selanjutnya terjadi adalah terdengarnya suara nyaring dari Xilon. Teriakan yang menggema di koridor yang sepi itu.
Sesuai keinginan Nandara, cara itu lebih mudah digunakan. Efektif dan efisien. Tidak perlu banyak-banyak mengeluarkan tenaga dalam. Xilon bisa tunduk padanya dengan satu genggaman.
Xilon mengusap rambutnya yang malang setelah Nandara melepas jambakannya. Ia tidak peduli dengan rambut Xilon yang berantakan karenanya. Lagipula, rambut acak-acakan Xilon terlihat err ... lebih seksi.
"Ini kekerasan, Nda!" gerutu Xilon tidak terima dengan perlakuan bar-bar Nandara.
"Aku gak peduli. Kalau bisa sampai botak sekalian!" ketus Nandara. Xilon bergidik ngeri, tidak bisa membayangkan bagaimana jika dirinya botak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jasmine Addict (Tamat)
General Fiction[DISARANKAN FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA⚠] ⚠Cerita ini bakal bikin kamu pusing, berhenti sebelum menggila⚠ (Romance-Fantasy) Namanya Jasmine, tapi dia benci bunga itu terutama aromanya. Aroma kematian. Awalnya ia mengabaikan seseorang yang beraroma...