"Siapa kamu hingga bulan purnama saja kalah?"
~Xilon~
______Mungkin, saat pertemuan pertama mereka, Nandara bisa mengakui bahwa ia jatuh cinta pada Xilon. Sekali pun sempat menyebalkan saat itu, sosok Xilon mampu membayangi malam-malamnya selama seminggu penuh.
Namun, rasa cinta itu langsung hangus begitu saja saat tahu bagaimana watak Xilon yang sebenarnya. Menyebalkan dan misterius di waktu yang bersamaan. Hal itulah yang membuat Nandara malah penasaran pada sosok dosen pengganti itu.
"Ini kuncinya. Awas aja kalau lo obrak-abrik apartemen gue. Bisa gue tebas lo," ancam Xilon membuat Nandara menganga lebar.
Selain menyebalkan, lelaki itu juga suka mengancam. Tidak peduli jika yang dihadapinya adalah lawan jenis yang seharusnya diperlakukan dengan lembut. Apa Xilon menganggap Nandara seperti lelaki? Untungnya Nandara tidak mudah tersentuh oleh kata-kata nyelekit seperti itu.
"Bantuinnya enggak ikhlas. Gue bisa tinggal di kolong jembatan aja, kali!" dengus Nandara kesal.
"Suka-suka lo, deh. Jangan lupa kunci pintu. Dan ... jangan pernah masuk ke kamar gue. Denger?" peringat Xilon. Nandara hanya mengangguk kecil.
"Dasar medit! Mau bantuin kok setengah-setengah," gerutu Nandara mengiringi langkah Xilon menuju pintu.
"No comment."
Lantas lelaki itu pun keluar dari apartemen setelah mengatakan sebaris kalimat sebagai responnya terhadap gerutuan Nandara.
Dengan tertutupnya pintu, maka sosok Xilon pun menghilang. Kini tinggallah ia sendirian di apartemen itu. Sebenarnya tidak masalah, toh lebih baik tanpa melihat lelaki itu di sana. Lelaki dan perempuan berada di dalam suatu tempat yang sepi, maka akan terjadi hal-hal buruk karena setan meracuni. Begitu, 'kan? Jadi, lebih baik jika Xilon 'terusir' dari apartemennya sendiri.
Setelah sempat beradu mulut mengenai tempat tidur, Xilon pun akhirnya memilih menginap di rumah temannya sekalian mengembalikan mobil yang ia pinjam. Heran? Pastinya. Namun, Xilon tidak mau menjelaskan apapun. Itu bukan urusan Nandara, katanya.
Xilon beralasan sengaja mengantisipasi agar tidak tidur di apartemen yang sama dengan Nandara. Percayalah, lelaki itu terus mengulang kalimat 'aku lelaki normal' di sepanjang perjalanan menuju apartemen. Lelaki plin-plan dan aneh itu cukup membuat Nandara dongkol.
Untuk pertama kalinya, Nandara membantah jika ada yang mengatakan bahwa Xilon adalah orang baik. Bukan berarti ia jahat, hanya saja kebaikan Xilon setengah-setengah. Untuk kebaikannya kali ini, Nandara rasa ia perlu memberi jempol delapan saja.
Nandara membuka pintu untuk memandangi kepergian Xilon. Sempat ia lihat sosok Xilon yang tengah berbincang dengan seorang lelaki tua. Saat tak sengaja mata Xilon mengarah padanya, buru-buru ia kembali ke dalam apartemen.
Nandara sedikit kagum dengan keramahan Xilon. Lelaki itu memang terlihat ramah dan terbuka dengan siapa pun. Terbuka dalam arti bisa berteman dengan siapapun. Tak ayal jika banyak yang menyukainya baik kaum Adam maupun kaum Hawa. Jangan salah maksud, kaum Adam mengagumi Xilon karena dia bukanlah pembuat masalah.
Terbuka. Mungkin ini yang dimaksud oleh orang-orang di sekitarnya. Namun, entah kenapa Nandara merasa Xilon tetaplah orang yang penuh misteri. Ada beberapa sisi yang tidak ditunjukkan Xilon pada orang lain. Dan tidak ada yang menyadari hal itu.
Sudah cukup memikirkan Xilon, saatnya melakukan tour ke seluruh sudut apartemen. Nanda memandangi setiap sudut apartemen itu. Sekalipun berukuran kecil, Xilon merawatnya dengan sangat baik. Buktinya, ia bisa mendapatkan kenyamanan karena apartemen itu rapi dan bersih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jasmine Addict (Tamat)
General Fiction[DISARANKAN FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA⚠] ⚠Cerita ini bakal bikin kamu pusing, berhenti sebelum menggila⚠ (Romance-Fantasy) Namanya Jasmine, tapi dia benci bunga itu terutama aromanya. Aroma kematian. Awalnya ia mengabaikan seseorang yang beraroma...