27. Tragedi

2.9K 299 12
                                    

Helaan napas terdengar oleh Nandara. Ia menoleh dan mendapati raut wajah adiknya yang menunjukkan dirinya sedang tidak baik-baik saja.

"Tan, lo ada masalah?" tanya Nandara dengan berbisik pelan. Oktan menoleh dan memandang kakaknya itu.

"Cuma pusing," lirih Oktan tidak seperti biasanya. Hari ini, tepatnya malam ini, Oktan terlihat aneh.

"Beneran baik-baik aja?" tanya Nandara lagi. "Kalau ada yang sakit, pulang aja. Gue bilangin Manda, ya?"

Oktan melirik kedua orang tua mereka yang duduk di jok depan. Mereka sedang membicarakan mengenai perusahaan sejak tadi. Sangat antusias hingga melupakan putra-putri mereka di jok belakang.

"Enggak usah. Gue baik-baik aja," cegah Oktan saat Nandara hendak memanggil Manda mereka.

"Tapi--"

"Eum ... Kak," panggil Oktan terlihat ragu.

"Iya?"

"Gimana hubungan lo sama Kak Xilon?" tanya Oktan membuat Nandara mengernyit. Kenapa tiba-tiba bertanya tentang Xilon?

"Kenapa nanya gitu?"

"Gue cuma mau memastikan sesuatu," cicit Oktan. Nandara menghela napas panjang.

"Enggak jelas. Lucu enggak, sih? Giliran gue jauh, Kak Xilon mendekat. Giliran gue mendekat, Kak Xilon menjauh. Tarik ulur mulu. Gue capek," keluh Nandara lalu melempar pandangannya keluar jendela.

"Lo takut kalau nemuin rahasia Xilon yang bisa nyakitin lo?"

Nandara hampir lupa jika adiknya bisa melihat potongan masa depan di mimpinya. Ia berdecak kesal karena pertanyaan itu.

"Bentar deh, lo juga aneh. Gue pacaran sama Kak Xilon, lo larang. Giliran pisah, lo kayak ngedukung hubungan gue sama dia. Itu plin-plan enggak, sih?" tanya Nandara menyuarakan pikirannya. Ia benar-benar tidak tahu apa isi otak adiknya. Sulit ditebak.

Oktan memijit keningnya. "Sekarang kasih tahu gue, apa yang akan terjadi nanti. Itung-itung biar gue enggak syok," desak Nandara.

Oktan mengacak rambutnya dengan kasar. Ia tidak peduli dengan tatanan rambutnya yang mungkin berantakan. Toh, ia tetap akan terlihat menarik di mata gadis mana pun.

"Samar-samar," sahut Oktan terdengar frustrasi.

"Maksud lo?"

"Lo perlu tahu satu hal. Dari apa yang pernah gue mimpiin, ada beberapa kejadian yang enggak pernah terjadi sama sekali. Sebaliknya, malah ada hal-hal yang enggak terduga terjadi. Dan gue bingung. Beberapa hari ini, semuanya kabur."

"Gue masih enggak paham, Oktan."

"Mimpi gue samar-samar. Enggak jelas. Yang gue khawatirin sekarang, malam ini sesuatu bakal terjadi."

Nandara tahu keresahan hati adiknya. Tidak ada yang lebih mengerikan daripada mengetahui sesuatu yang buruk akan terjadi. Nandara menepuk pelan pundak adiknya.

"Semuanya akan baik-baik aja," ucap Nandara walau sebenarnya ia sendiri gusar karena ucapan Oktan.

"Wanita. Tangisan. Teriakan. Pecahan."

Ucapan Oktan adalah potongan samar yang akan menjadi sebuah kejadian mengerikan.

***

Alasan Nandara benci pesta adalah karena ia benci keramaian. Setibanya di pesta, ia malah ditinggalkan sendiri. Manda dan Panda-nya berbincang dengan kolega mereka, sementara Oktan tiba-tiba saja menghilang.

Jujur, sebenarnya Nandara khawatir akan Oktan. Ia juga khawatir tentang apa yang dibicarakan Oktan di mobil tadi. Ucapan Oktan berputar-putar di kepalanya. Yang dibicarakan Oktan tentu masalah yang sangat serius. Sesuatu akan terjadi.

Jasmine Addict (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang