Nandara melempar tasnya asal di atas tempat tidur. Ia kesal setengah mati. Belum lagi dengan perut yang lapar. Jika terus begini, maagnya pasti akan kambuh.
"Kak, disuruh makan sama Manda."
Suara Oktan yang muncul tiba-tiba membuat Nandara menoleh ke pintu kamarnya. Ternyata ia lupa menutup pintu.
"Lo ngapain masih di situ?" sewot Nandara kesal. Oktan masih berdiri di depan kamarnya dengan tubuh yang bersender di pintu.
"Mau lihat gimana macan ngamuk," ejeknya. Nandara langsung melempari adiknya dengan bantal. Dengan sigap, Oktan menghindar sehingga Nandara semakin murka.
Karena gagal menyerang adiknya, Nandara mendaratkan tubuhnya di kasur. Ia jadi malas makan.
"Heran gue, lo kelihatan bad mood. Tenang aja, palingan bentar lagi lo bakal seneng karena cowok lo ke sini," ucap Oktan membuat Nandara menyipitkan matanya.
Oktan kelihatan salah tingkah. Nandara pasti curiga dengannya. Harusnya Oktan diam saja tadi.
"Gue mau turun dulu," ucap Oktan buru-buru kabur sebelum ditanyai oleh kakaknya.
Nandara yang merasa penasaran langsung berlari keluar dari kamar. Ia berhasil menghadang adiknya agar sehingga tidak bisa turun ke lantai bawah.
Melihat ketidakberdayaan Oktan, Nandara menyunggingkan bibirnya. Namun, belum sempat bertanya, Oktan kembali kabur menuju ke kamarnya. Sial bagi Oktan karena Nandara malah ikut masuk ke kamarnya.
Nandara tertegun begitu masuk ke dalam kamar Oktan. Sudah lama ia tidak pernah masuk lagi ke kamar adiknya. Dan ia langsung melihat perubahan yang membuat tubuhnya membeku.
Oktan yang tadinya terlihat takut langsung merubah wajahnya menjadi seringai misterius. Percuma, Nandara sudah melihat isi kamarnya terlebih dahulu. Maka tidak ada yang perlu disembunyikan lagi.
"Oktan ... lo ...?" Nandara tidak sanggup berkata-kata lagi.
"Iya," sahut Oktan mantap.
"Lo pinter ngelukis?"
"Hah?"
Oktan memasang wajah kebingungan. Ia salah sangka. Kakaknya malah salah fokus.
Tanpa banyak bicara, Nandara memutari isi kamar Oktan yang dipenuhi dengan tempelan kertas yang merupakan gambar-gambar Oktan. Sungguh, Nandara tidak menyangka bakat adiknya itu.
"Lo bikin komik?" tanya Nandara masih tidak percaya.
Ia menemukan sebuah komik yang telah tercetak. Dan jelas, karakter di komik itu persis seperti gambar-gambar yang ada di dinding itu. Sebuah rahasia besar. Adiknya itu ternyata seniman hebat.
"Gue gak nyangka, beneran. Di kampus banyak yang bahas komik lo. Terkenal banget. Dan gue gak nyangka kalau ternyata lo itu--"
"Itu semua masa depan. Masa depan orang-orang sekitar gue."
Nandara bengong. Adiknya ini sedang berbicara apa?
"Apaan sih, gaje," ketus Nandara memilih duduk di meja belajar Oktan. Tangannya yang sedari gatal ingin mengambil tumpukan buku akhirnya terwujud.
Dengan mata berbinar, Nandara membuka lembaran demi lembaran gambar-gambar itu. Rasanya, ia seperti pernah melihat tokoh-tokoh tersebut.
Oktan menghela napas dan membiarkan kakaknya mengobrak-abrik meja belajarnya. Nandara bahkan membuka isi tabnya yang kebanyakan berisi komik buatannya.
"Tan, kok gue ngerasa familiar ya sama tokoh-tokoh lo?" tanya Nandara mengernyitkan keningnya.
"Oh, ya?" pancing Oktan seraya mendekati kakaknya. Nandara menunjukkan sebuah gambar wanita dengan rambut panjang padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jasmine Addict (Tamat)
General Fiction[DISARANKAN FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA⚠] ⚠Cerita ini bakal bikin kamu pusing, berhenti sebelum menggila⚠ (Romance-Fantasy) Namanya Jasmine, tapi dia benci bunga itu terutama aromanya. Aroma kematian. Awalnya ia mengabaikan seseorang yang beraroma...