"Tidak ada kata 'paksaan' saat kamu juga diam tanpa elakan."
________
Pacaran ndas-mu!
Kalimat itulah yang sebenarnya ingin diucapkan Nandara saat bibir Xilon mengucapkan kebohongan mengenai hubungan mereka. Namun, bukannya makian, ia hanya bisa diam seribu kata. Tubuhnya melemas mendengar kata 'pacaran'.
"Candaan lo garing, Lon!" ucap Zuma lalu tertawa. Hal itu membuat Xilon terlihat jengkel. Namun, di detik selanjutnya lelaki itu tertawa.
"Hahaha ... tau aja lo, Bro!" sahut Xilon lalu melepas rangkulannya pada Nandara. Tentu saja gadis itu yang tadinya bak patung langsung mengernyit dengan bingung.
Lalu yang selanjutnya terjadi adalah Xilon dan Zuma yang berpelukan layaknya sahabat. Jangan bilang ....
Xilon mengajak Zuma untuk masuk ke dalam apartemen. Xilon dan Nandara duduk bersebelahan di sofa yang sama, sementara Zuma berada di depan mereka.
"Lon, ambilin air dingin pake es, dong!" perintah Zuma dengan seenak jidatnya. Xilon mendengus kesal, tetapi tetap beranjak ke dapur untuk mengambil pesanan tamu kurang ajarnya.
"Di mana-mana air dingin pake es!" seru Xilon di tengah perjalanannya ke dapur. Zuma melepas tawanya. Nandara sendiri sampai terpana. Oh ayolah, wajahnya kenapa malah memerah seperti itu?
"Beda! Ada air dingin nggak pake es, kan lo bisa ambil air dingin di kulkas!" teriak Zuma membalas seruan Xilon. Jarak ruang tamu dan dapur yang tidak terlalu jauh membuat gelegar tawa Xilon terdengar. Nandara hanya bisa menghela napas karena tidak mengerti maksud kedua lelaki absurd itu.
"Beneran kamu pacaran sama Xilon?" tanya Zuma. Nandara ingin mencebik, tetapi ia urungkan. Bukankah jelas jika Xilon hanya bercanda tadi? Namun, kenapa Zuma masih bertanya? Apalagi memasang wajah serius seperti itu.
"Xilon siapanya Kak Zuma?" tanya Nandara heran dan bermaksud untuk mengalihkan pembicaraan. Zuma terkekeh, ia paham betul watak Nandara. Jika gadis itu mengalihkan pembicaraan, berarti ia sedang tidak ingin membahasnya.
"Sahabat."
Untuk pertama kalinya, Nandara merasa kasihan pada Zuma. Kenapa Zuma malah bersahabat dengan Si absurd Xilon?
"Kok bis--"
"Hayoloh, ngomongin gue, ya?"
Xilon tiba-tiba muncul dengan segelas air putih. Ia menyodorkan pada Zuma yang terlihat mengerutkan wajahnya.
"Nggak ada es, Lon?" tanya Zuma memelas.
"Nggak usah banyak minta! Minum aja sana!" ketus Xilon membuat Zuma semakin bad mood. Xilon pun kembali duduk di tempat semula.
Nandara tahu kegilaan Zuma pada es batu. Lelaki itu adalah pengidap pagophagia yaitu seseorang yang suka mengemil es batu. Ia selalu ingat bagaimana Zuma dulunya suka berdiri di depan kulkas hanya untuk menjaga es batunya tidak dicuri oleh siapa pun.
"Ternyata lo udah duluan ketemu sepupu gue. Jadi gimana?" tanya Zuma pada Xilon. Lelaki itu menyenderkan badannya di sofa, menandakan bahwa dirinya kelelahan.
Xilon memandang ke gadis yang masih diam di sebelahnya. Gadis itu menundukkan kepalanya. Entah karena apa, ia pun tidak tahu.
"Lo nggak takut sepupu lo sama gue? Berduaan di apartemen?" tanya Xilon sedikit mengernyit.
"Gue nggak nyangka secepat itu takdir mempertemukan kalian. Enggak nyangka kalau sepupu yang gue pengen ketemuin sama lo malah ternyata udah duluan ketemu," ujar Zuma dengan semangatnya. Seolah ia berniat untuk menjodohkan Nandara dengan sahabatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jasmine Addict (Tamat)
General Fiction[DISARANKAN FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA⚠] ⚠Cerita ini bakal bikin kamu pusing, berhenti sebelum menggila⚠ (Romance-Fantasy) Namanya Jasmine, tapi dia benci bunga itu terutama aromanya. Aroma kematian. Awalnya ia mengabaikan seseorang yang beraroma...