Percayalah, keajaiban itu pasti ada.
🌼🌼🌼
"Nda, jangan ngambek, dong," rayu Camellia lalu menampilkan pose-pose wajah jeleknya.
Nandara mengalihkan pandangannya.
"Nda, serius, kita enggak niat bohongin lo," rayu Valeria menyambung.
"Oh, ya? Setelah apa yang gue dapat sekarang?" sinis Nandara. Sekarang ia memilih untuk fokus pada aplikasi Instagram-nya.
"Serius. Bukannya kita niat bohongin lo. Cuma ... cuma ...." Camellia tergugu. Menyenggol lengan kembarannya, meminta bantuan dengan perkodean.
"Cuma apa? Dusta?" balas Nandara cepat.
"Begini. Lo pernah gak tanya tentang orang tua gue?" tanya Valeria. Nandara menggeleng.
"Lo pernah nanya tentang keluarga gue?" Nandara menggeleng.
"Dari sini aja lo udah enggak berminat. Gue sama Camellia pernah cerita tentang kakak-kakak kandung kita. Elonya aja yang enggak peka. Masalah Kak Xilon, kita jarang cerita karena emang enggak dekat sama dia. Apa yang perlu gue bahas tentang dia? Karena gue dan Cal juga enggak tahu apa-apa tentang dia. Sejak dulu, Kak Xilon lebih milih beli apartemen sendiri. Dia enggak pernah betah tinggal di rumah. Kami udah kayak orang asing. Baru-baru ini, dia pulang ke rumah. Khusus, buat bahas pernikahan kalian yang sampai sekarang enggak jelas itu," cerita Valeria panjang lebar dengan nada sedikit menyindir.
Valeria benar. Nandara tidak pernah tertarik dengan kehidupan orang lain. Seberapa lama pun ia berteman dengan si kembar, ia tidak pernah menanyakan tentang kehidupan keduanya. Ia pikir, si kembar akan menceritakan hidup mereka secara blak-blakan. Namun, tidak semua hal harus diceritakan pada orang lain.
Camellia mendesah berat. "Kita terlihat ceria di depan lo, tapi di belakang kita berdua ngerasain sakit. Jujur, kita berdua iri sama kehidupan lo. Nyokap bokap yang sayang sama lo, bahkan adik yang sayang sama lo. Kehidupan keluarga Azadirachta hancur. Kita bahkan milih dianggap jadi anak yatim piatu ketimbang hidup di keluarga itu. Gue dan Val jarang nginap di rumah itu lagi. Kita milih tinggal berdua di apartemen lain. Kak Zea juga milih tinggal sama suaminya."
Nandara benar-benar bungkam. Ia merasa dirinya bukanlah sahabat yang baik selama ini. Memaki kehidupannya yang nyaris sempurna, hingga melupakan kehidupan orang lain yang bisa dijadikan pelajaran. Camellia dan Valeria terlihat bahagia di luar, tetapi rapuh di dalam. Keduanya hanya bisa saling menguatkan, tersenyum getir di ambang luka dalam. Nandara tidak pernah tahu, lebih tepatnya tidak mau tahu.
"Masuknya elo ke keluarga gue, perlahan bawa perubahan. Kak Xilon pulang, Cal, Kak Zea, dan gue akhirnya pulang. Namun, berita lain malah datang. Si penyihir itu ngerusak segalanya. Dia yang buat Kak Xilon mundurin pernikahan kalian berdua, dengan dalih bahwa Papa lebih membutuhkan sesosok istri di sisinya. Kami murka, tetapi enggak bisa apa-apa. Karena Mama pernah minta si penyihir buat gantiin posisi dia.
"Kejadian malam itu, karena gue udah enggak tahan lagi. Papa terlihat pasrah kayak boneka penyihir itu. Bahkan Kak Xilon, satu-satunya anak cowok di keluarga kami enggak bisa buat apa-apa. Gue enggak tahu kenapa. Tapi, Kak Xilon kayak tahu sesuatu dan enggak mau cerita. Maaf, Nda kalau gue sama Cal nyembunyiin ini dari elo. Jujur, kita enggak berpikir sedikit pun untuk bohongin lo," ucap Valeria dengan nada memohon.
Nandara menghela napas panjang. Ia kecewa, pasti. Namun, rasanya tidak pantas. Ia sendiri yang mengabaikan kondisi kedua sahabatnya.
"Maaf, gue enggak tahu tentang keluarga kalian. Gue yang salah di sini, karena enggak terlalu respect sama kehidupan kalian. Gue emang sahabat yang enggak guna," lirih Nandara seraya mencengkram ujung bajunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jasmine Addict (Tamat)
General Fiction[DISARANKAN FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA⚠] ⚠Cerita ini bakal bikin kamu pusing, berhenti sebelum menggila⚠ (Romance-Fantasy) Namanya Jasmine, tapi dia benci bunga itu terutama aromanya. Aroma kematian. Awalnya ia mengabaikan seseorang yang beraroma...