"Jihyun?" Jihyun sedikit terkejut ketika mendengar ada yg menyebut namanya secara tiba-tiba. "Mian, apakah aku membuatmu terkejut?"
"Tidak apa-apa, Rika." senyum Jihyun.
"Apa yg sedang kau lakukan?" Rika berdiri di belakang Jihyun.
"Membuat sarapan dan bekal makan siang untuk kita, maaf jika aku tidak minta izin menggunakan bahan yg ada di dalam kulkas."
"Tidak masalah. Apakah ingin kubantu?"
"Bisa tolong siapkan piring dan peralatan makan?"
"Tentu saja. Kau bangun sepagi ini hanya untuk membuat sarapan?"
"Aku tinggal bersama paman dan bibi sejak kecil jadi beban mereka bertambah saat mengadopsiku, untuk membalas kebaikan mereka, aku selalu mengerjakan pekerjaan rumah termasuk memasak."
"Bagaimana dengan orangtuamu?" tanya Rika dengan hati-hati.
"Mereka sudah tiada karena kecelakaan pesawat."
"Mereka pasti bangga sekali melihatmu yg sekarang, mandiri, bertanggungjawab dan sudah bisa menjadi calon ibu yg baik."
"Karena tidak ingin terus membebani mereka, aku bekerja paruh waktu, mencari biaya untuk sekolah lalu pergi ke Seoul setelah lulus tes beasiswa NCT."
"Aku yakin sekali bahwa kau bukan merupakan beban bagi mereka."
Jihyun menggeleng. "Aku adalah beban bagi mereka."
Rika jadi merasa bersalah saat melihat mata Jihyun yg mulai berair. Bisa dirasakan, betapa pahit hidup yg Jihyun jalani sehingga akhirnya berusaha untuk berdiri sendiri tanpa bantuan dari orang lain.
"Kita adalah teman jadi katakan saja jika ada yg mau kau butuhkan, kami pasti akan selalu ada untukmu." Mata Jihyun melebar lalu tersenyum.
"Aku akan membangunkan Yuna." Rika berjalan ke kamar untuk membangunkan Yuna karena kemarin malam kamar Yuna digunakan oleh Jihyun.
"Yuna, cepat bangun, kau harus berangkat pagi ini."
"Sebentar lagi..."
"Kau tidak ingin ketinggalan pesawat bukan? Cepat bangun, Jihyun sudah membuatkan sarapan untuk kita." Selimut yg digunakan oleh Yuna, ditariknya. "Cepat bangun!"