"Sampai nanti, Jihyun."
"Sampai nanti, Rika." Jihyun duduk dibangkunya. "Apakah dia masih tidak datang?" Entah mengapa matanya berubah jadi sendu saat lihat bangku Jae Min yg tidak terisi selama 1 minggu.
Tiba-tiba pintu kelas terbuka dan Jihyun bertemu tatap dengan Jae Min yg berjalan masuk bersama Ren Jun ke kursi masing-masing.
Melihat sifat dingin Jae Min, Jihyun jadi semakin ragu tapi kalau terus seperti ini keadaan di antara mereka tidak akan pernah membaik.
"Selamat pagi." sapa Jihyun tapi tidak ada respon dari Jae Min. "Mianhae..."
Tubuh Jae Min terdiam membeku saat mendengar ucapan Jihyun, dan matanya melebar saat melihat senyuman manis yg terukir di bibir Jihyun namun dengan mata yg menyiratkan kesedihan. "Jihyun..."
"Selamat pagi semuanya!" Seorang guru berjalan masuk ke dalam kelas.
Ren Jun yg bisa merasakan aura tidak enak di antara mereka hanya tetap diam. "Dasar bodoh." Kemudian matanya melihat Rika yang berjalan melewati lorong "Atau aku yg bodoh."
Selama waktu pelajaran berlangsung, mereka sama sekali tidak bisa fokus tapi hanya Ren Jun yang bisa mengendalikan dirinya dengan baik sehingga masih bisa mencerna materi pelajaran yg sedang dijelaskan oleh guru.
Tiba-tiba ponselnya bergetar tapi tanpa dilihat, Ren Jun telah tahu isi pesan tersebut dan saat bel makan siang berbunyi, dia langsung pergi dari kelas.
Entah mengapa Jae Min seperti mengeluarkan aura dingin tanda bahwa sedang tidak mau diganggu jadi para siswi yg ingin mendekati segera mengurungkan niat lalu pergi menjauh tapi saat Jihyun berdiri dari kursi, tangannya langsung ditarik oleh Jae Min.
"Ada sesuatu yg ingin kubicarakan denganmu." ucap Jae Min.
Jihyun yg awalnya terkejut hanya mengangguk lalu kembali duduk dan keadaan kelas juga telah kosong karena semua murid pergi ke kantin untuk istirahat makan siang. "Apakah hal yg ingin dibicarakan?"
"Aku ingin minta maaf tentang kejadian di taman tempo hari."
"Tidak, seharusnya aku yg minta maaf."
"Bukan kau tapi aku."
"AKU!"
"AKU!"
Tiba-tiba mereka terdiam dan saling bertatapan sebelum akhirnya tertawa bersama.
"Sepertinya kita memang tidak akan bisa akur." tawa Jae Min.
"Mungkin, tapi apakah kau ingin terus seperti ini?"
"Boleh, hidupku akan terasa tidak membosankan."
"Ayo kita berteman."
Mata Jae Min melebar namun berubah menjadi sendu. "Sejak awal Rika sudah memberitahumu untuk menjauh dariku bukan?"
"Dan aku merasa bodoh sekali karena itu salah. Pada awalnya, aku memang tak mau berteman denganmu terlebih, saat tahu bahwa kau adalah siswa yg paling populer di sekolah."
"Aku tidak bisa menyalahkan diriku yg tampan ini."
"Namun karena kau selalu datang di saat nyawaku sedang terancam dan walau akan berakhir dengan pertengkaran, saat itu aku mulai yakin bahwa kau sebenarnya adalah orang yg baik."
"Aku sama sekali bukan orang yg baik."
"Disaat semua orang menganggap bahwa aku adalah seorang gadis yg aneh, yg kubutuhkan hanya 1 orang yg bisa terima aku apa adanya. Kau adalah orang yg baik."
"Jangan seenaknya menilai diriku."
"Oleh karena itu ayo kita berteman sehingga aku tidak akan salah menilaimu."
"Kau akan menyesal karena telah mengenalku."
"Tidak akan. Mari berkenalan dengan baik, namaku adalah Kim Jihyun, apakah kau mau jadi temanku?"
"Apa-apaan itu?" tawa Jae Min.
"Lakukan saja!"
"Namaku adalah Na Jae Min dan aku juga mau jadi temanmu." Uluran tangan Jae Min disambut hangat oleh Jihyun.
DEG DEG DEG
"Apakah kau ingin pergi ke kantin?" tanya Jihyun.
"Tidak. Lagi pula temanmu tidak akan suka dengan kehadiranku."
"Tapi mungkin kau bisa dekat dengan mereka. Aku akan membantumu. Rika, Jeno, dan Jisung adalah teman yg sungguh baik."
"Tidak perlu karena yg kubutuhkan hanya kau."
BLUSH
"Lebih baik kau segera pergi ke kantin sebelum bel masuk berbunyi. Perutmu juga berbunyi sejak tadi." tawa Jae Min.
Wajah Jihyun semakin bertambah merah. "Jika kau butuh sesuatu dariku, katakan saja selama aku bisa."
"Tentu." senyum Jae Min lalu Jihyun berlalu.
"Hyung!" Chenle berlari mendekat. "Mengapa kalian tidak pergi ke atap sekolah?!"
"Sedang tidak ingin."
"Tadi aku melihat Ren Jun hyung sedang berada di koridor pelukan dengan seorang gadis! Hampir saja aku berteriak. Apakah dia sedang mencari makanan baru? Apakah aku juga boleh?!"
Raut wajah Jae Min langsung berubah. Dia meminta Ren Jun untuk membantu rencananya namun malah memanfaatkan kesempatan tersebut. Tiba-tiba pintu kelas terbuka, Ren Jun berjalan masuk dengan sikap tenang tapi Jae Min tahu bahwa dia sedang kacau.
"Aku minta untuk menjauhkan gadis itu sementara tapi kau malah memanfaatkan kesempatan tersebut dengan sungguh baik." sindir Jae Min.
"Kau pikir hanya kau yg menginginkan seseorang?" balas Ren Jun.
"Sadar, dia adalah musuh kita!"
"Lalu kau akan membunuhnya?!"
"Akan kulakukan jika memang harus!"
"Maka Jihyun juga akan kubunuh!"
"Jauhkan tanganmu darinya!"
"Maka jauhkan juga tanganmu dari Rika!"
"Mengapa kalian bertengkar seperti anak kecil? Usia sudah ratusan tahun tapi masih saja bersikap seperti anak tk!" kesal Chenle.
"DIAM!"
"Aku sudah tidak peduli!" Chenle langsung berjalan dengan perasaan kesal. Mengapa mereka bertengkar hanya karena gadis?!
Chenle masih kecil, terlalu dini untuk mengerti tentang masalah hati.
"Jangan pernah lupakan siapa dirimu." Tiba-tiba mata vampire Jae Min muncul.
"Tentu saja akan selalu kuingat." Mata vampire Ren Jun juga ikut muncul. "Aku adalah Tuan Muda dari Keluarga Huang."
- T B C -