Melihat Ren Jun tetap diam, payung tersebut diletak atas meja lalu Rika berjalan pergi namun tangannya ditahan oleh Ren Jun yg mendekap tubuh Rika dari belakang.
"Lepaskan aku!"
"Mungkin Jae Min tidak ingin menjadi egois untuk mendapatkan Jihyun tapi aku ingin menjadi egois."
"Maksudmu?!"
"Aku akan mengubahmu sekarang juga." Rika terkejut saat lehernya dijilat oleh Ren Jun.
"Aku adalah seorang werewolf!" Akhirnya Rika bisa lepas dari Ren Jun. "Jae Min tidak akan pernah bisa mendapatkan Jihyun, karena dia adalah calon Luna dari Jeno dan kita adalah musuh, ingat itu!"
Rika bergegas pergi dari kelas menyusul Jihyun yg sudah terlalu lama tidak kembali juga dari tempat pembuangan sampah.
Saat Ren Jun bilang bahwa Jae Min menginginkan Jihyun, Rika semakin cemas. Langkahnya menjadi cepat lalu langsung terdiam ketika melihat Jae Min dan Jihyun yg sedang berada di taman.
Entah mengapa Rika marah pada dirinya sendiri, merasa telah gagal menjadi teman yg baik untuk Jeno, karena tidak bisa menjaga Jihyun dari Jae Min.
Dan satu hal yg membuat Rika semakin membenci dirinya sendiri adalah rasa untuk Ren Jun yg tidak pernah mau hilang.
🌙🌙🌙
Sejak peristiwa di taman, entah mengapa Jae Min menjauh dari Jihyun dan akan saling bicara kalau ada suatu hal yg sungguh penting, bahkan Jae Min selalu bolos sekolah sehingga Jeno semakin dekat dengan Jihyun.
Rika juga terus menghindar dari Ren Jun, untung Ren Jun juga terlihat berhenti mendekat. Mereka sama sekali tidak saling bicara sejak peristiwa di ruang kelas.
"Jihyun, apakah Jae Min dan Ren Jun datang ke sekolah hari ini?" tanya Rika.
"Tidak." geleng Jihyun.
"Sudah kuduga."
"Memangnya ada apa?"
"Mereka tidak akan datang ke sekolah di hari yg cerah seperti ini."
"Mengapa?"
"Aku juga tidak tahu. Mereka selalu saja seperti itu."
"Apakah kau pernah menyentuh tangan Jae Min?"
"Dingin bukan?"
Jihyun mengangguk. "Apakah dia mengidap suatu penyakit?"
"Mungkin."
"Aku bertengkar dengan Jae Min dan dia menjauh dariku. Apakah dia marah? Aku harus minta maaf."
"Untuk apa? Sudah kubilang, jangan berurusan dengan mereka dan lagi pula, kalian selalu saja bertengkar setiap kali bertemu."
"Tidak baik selalu berburuk sangka pada mereka."
"Aku tidak berburuk sangka. Itu memang benar, kau akan mendapatkan masalah kalau berurusan dengan mereka dan aku tidak ingin jika sahabatku berada di dalam bahaya."
"Mengapa Jae Min dan kau menganggap bahwa aku akan berada di dalam bahaya jika dekat dengannya? Sebenarnya dia siapa?"
"Kau tidak perlu tahu, yg jelas aku, Jeno, dan Jisung pasti akan selalu menjagamu."
"Aku bukan orang yg jahat dan tidak ingin menjadi jahat. Aku akan meluruskan semuanya dengan Jae Min lalu kami akan berteman baik karena dia juga sudah selalu menyelamatkanku."
"Hanya karena ingin membalas budi?"
"Tidak, tapi aku sungguh ingin berteman dengan mereka karena sudah lelah dan tidak ingin terus bertengkar dengan Jae Min. Aku juga tidak ingin terus berada di belakangmu dan Jeno serta akan kubuktikan bahwa Jae Min adalah orang yg baik."
"Mengapa kau tiba-tiba menjadi seperti ini?"
Tiba-tiba Jihyun tersadar dengan tingkah anehnya. "Aku juga tidak tahu tapi, entah mengapa aku jadi penasaran dengan mereka."
"Sudah cukup, jangan berpikiran aneh. Lebih baik kita segera kembali ke kelas karena sepertinya bel akan berbunyi sebentar lagi."
Akhirnya mereka kembali ke kelas.
"Mengapa Jae Min tiba-tiba menghindari Jihyun? Apakah ada sesuatu yg sedang direncanakan?"
Mata Rika melihat ke arah pintu yg terbuka ketika Jeno berjalan masuk ke dalam kelas. Dia menjadi gelisah saat mengingat perkataan Jihyun yg ingin berteman dengan Jae Min. "Ada suatu hal penting yang ingin kukatakan."
"Apakah harus dibicarakan sekarang?" tanya Jeno.
"Ini tentang Jihyun."
Wajah Jeno berubah serius. "Akan kita bicarakan nanti." Rika hanya mengangguk sebagai jawaban.
"Selamat siang semuanya." Seorang pria berjalan masuk ke dalam kelas.
"Selamat siang Pak!"
"Pak, saya permisi ingin pergi ke ruang kesehatan." ujar Jeno.
"Saya baru saja masuk dan pelajaran akan dimulai."
"Tapi kaki saya terasa sungguh sakit karena berlatih terlalu keras untuk kejuaraan."
"Hanya karena kau akan mewakili sekolah, silahkan pergi ke ruang kesehatan."
"Terima kasih Pak." Jeno berdiri dari kursinya. "Ikut aku." bisik Jeno pada Rika yg duduk di sampingnya. "Rika yg akan mengantar saya, Pak."
Rika langsung berdiri dari kursinya lalu merangkul Jeno yg berpura-pura berjalan agak pincang sambil terkadang meringis kesakitan. "Akting yg bagus."
"Cepat katakan."
"Tidak di sini." Lalu mereka pergi ke atap gedung sekolah.
"Jae Min mengincar Jihyun." Rahang Jeno langsung mengeras saat mendengar ucapan Rika. "Kita harus memberitahu Jihyun sekarang atau semuanya akan terlambat."
"Akan kuhabisi dia!"
"Bukan hanya itu tapi Jihyun juga ingin berteman dengannya, tidak tahu mengapa, mungkin karena Jae Min selalu menyelamatkan nyawanya setiap kondisi yg darurat."
"Aku memintamu untuk menjaga calon Lunaku!"
"Aku sudah berusaha! Mengapa kau tidak bertindak lebih cepat?! Berusaha lebih keras untuk mendekati Jihyun?!"
"Aku sudah berusaha keras! Kau pikir mudah membuat seseorang jatuh cinta pada seorang werewolf?!"
"Apakah secara tidak langsung kau menganggap dirimu payah?"
"Kau menganggap calon Alphamu adalah seorang werewolf yg payah?! Sebenarnya kau ada dipihak yang mana? Apakah benar kau seorang werewolf?"
"Mengapa kau bertanya seperti itu?! Hanya karena aku belum bisa berubah kau menganggapku bukan bagian pack? Kau mengenalku sejak kecil, sebagai putri pertama dari Beta dan kakak dari Jisung dan masih bertanya apakah aku memang benar seorang werewolf? Apakah kau meragukanku?"
"Ya, aku memang ragu! Aku tahu arti tatapan matamu setiap kali melihat Huang Ren Jun!"
- T B C -