"Apakah kau sudah gila?! Sejak kapan kita pacaran?! Apakah kau berhalusinasi?" seru Jihyun.
"Kau pikir aku gila?!" balas Jae Min.
"Tentu saja! Kita sama sekali tidak dekat lalu tiba-tiba bilang bahwa aku adalah kekasihmu."
"Dengarkan penjelasanku!"
"Sepertinya kita tidak akan pernah bisa dekat karena selalu saja bertengkar setiap kali bertemu, dan kalau berpacaran pasti tidak akan pernah berhasil." Entah mengapa rahang Jae Min mengeras saat mendengar ucapan Jihyun. "Lebih baik katakan padanya bahwa kita sama sekali tidak punya hubungan apa pun dan aku tidak ingin ikut campur dengan urusan kalian." Jihyun berjalan pergi.
"Bagaimana jika aku tidak mau?"
Langkah Jihyun kembali terhenti. "Apakah kau tidak punya perasaan? Tidak ada orang yg suka jika orang lain berbohong padanya dan jika kau memang tidak suka padanya, katakan saja dengan jujur dan jangan melibatkan orang lain, membuatnya jadi bertambah rumit."
"Bagaimana jika aku tidak berbohong?"
"Kau sudah berbohong!"
"Ayo kita berpacaran." Jae Min berjalan mendekat. "Mulai sekarang kau adalah kekasihku."
"Tidak!"
"Mengapa tidak?! Aku adalah siswa terpopuler di sekolah! I'm a prince!"
"Lalu apakah harus kuterima? Bagaimana rasanya ditolak? Sudah tahu bagaimana perasaan gadis yg tadi, Na Jae Min?"
"Pasti karena kau suka pada Jeno bukan?!"
"Jangan libatkan Jeno yg tidak ada hubungannya! Seluruh gadis ingin punya kekasih seorang lelaki dengan hati yg tulus."
"Jika kukatakan bahwa aku suka padamu, apakah kau mau menjadi kekasihku, Kim Jihyun?"
"Aku tahu bahwa kau tidak serius."
Jae Min berjalan mendekat lalu melihat Jihyun tepat dimatanya. Entah mengapa jantung Jihyun berdetak cepat seiring dengan mata yg melebar ketika jarak di antara wajahnya dan wajah Jae Min terkikis.
"Aku serius dengan ucapanku yg barusan, aku suka padamu, Kim Jihyun." Jihyun mencari kebohongan di mata Jae Min tapi yang ada kejujuran, keyakinan dan keberanian. "Apakah aku boleh egois untuk bisa bersama denganmu?"
Bibir Jihyun terasa kaku sekali dan tubuhnya seperti terkunci oleh tatapan mata Jae Min yg tajam. "Aku."
"Lupakan saja." Jae Min menjauh dari Jihyun. "Aku tidak ingin kalau kau berada dalam bahaya." Jihyun terlihat bingung ketika mendengar ucapan Jae Min. "Aku memberimu pilihan. Jika tidak mau maka kau harus lari sejauh mungkin dariku."
Jae Min berjalan pergi dan sekarang hanya tinggal Jihyun dengan semua pertanyaan dan perasaan yg campur aduk. Dia, baru saja 'ditembak' oleh siswa paling populer di sekolah! Namun bukan perasaan senang yg timbul melainkan rasa gelisah.
"Dia sama sekali tidak serius jadi jangan termakan dengan ucapan manisnya, Jihyun. Jae Min ppabo!"
🌙🌙🌙
Rika sedang duduk di kursi Jihyun sambil bermain ponsel yg kemudian mati karena low battery. Tiba-tiba dia termenung saat melihat sebuah bangku yg berada tepat di tepi jendela lalu beranjak dari kursi Jihyun untuk duduk di kursi tersebut.
"Noona, sepertinya akan turun hujan jadi lebih baik kita pulang sekarang!" seru Jisung.
Namun hujan turun lebih cepat sehingga mereka langsung berlari mencari tempat untuk berteduh.
Rika mengutuk dirinya karena mengenakan sport bra sementara Jisung mengenakan t-shirt pendek, terlihat baik-baik saja karena dia adalah seorang werewolf dengan suhu tubuh yg panas. Rika yang kedinginan terus menggosok telapak tangan untuk menghangatkan diri.
"Seharusnya noona bawa jaket, bukan hanya pakai sport bra."
"Berisik!" Rika menjitak kepala Jisung.
"Apa yg dikatakan oleh adikmu memang benar." Tiba-tiba terdengar suara yg terasa tidak asing bersumber di belakang mereka.
Mata Rika melebar saat melihat siapa orang tersebut. "Ren Jun?!"
"Vampire.!" Tatapan mata Jisung berubah menjadi tajam saat melihat Ren Jun sehingga dengan cepat berdiri di antara Ren Jun dan Rika. "Kita membuat kesepakatan bukan?"
"Aku tidak pernah lupa dengan perjanjian tersebut. Aku tidak sedang berburu."
"Jisung, hentikan atau kita akan menjadi tontonan orang ramai. Apa yg sedang kau lakukan di sini?"
"Hanya sedang menikmati hujan."
"Berhenti melihat kakakku!"
Ren Jun tersenyum lalu dengan cepat berpindah ke belakang Rika. "Apa yg sedang kau lakukan?!"
Ren Jun membuka jasnya untuk Rika. "Kau kedinginan."
"Lepaskan!" Jisung ingin mengambil jas Ren Jun dari tubuh Rika tapi langsung ditahan.
"Apakah kau ingin kakakmu jatuh sakit?"
Rika mendengar geraman Jisung dengan matanya yg sudah mulai berubah warna menjadi dark grey. "Hentikan. Ren Jun, terima kasih untuk jasnya tapi aku baik-baik saja karena cuaca dingin seperti ini bukan masalah bagiku." Rika mengembalikan jas Ren Jun.
Entah mengapa mata Ren Jun berubah jadi sendu. "Tapi, pakai payungku sehingga kalian bisa cepat pulang." Ren Jun memberikan sebuah payung.
"Tidak perlu!"
"Aku hanya ingin membantu. Kakakmu akan jatuh sakit kalau terus berada di luar dengan pakaian yg terbuka seperti itu."
Rika langsung mengambil payung tersebut agar tidak terjadi pertengkaran. "Akan kukembalikan nanti."
"Tidak perlu, untukmu saja. Aku pergi." Ren Jun membuka payung lain yg dibawanya kemudian berjalan pergi. Dia bisa melihat bahwa Ren Jun tersenyum sebelum pergi di tengah hujan.
"Jeno hyung pasti tidak akan senang dengan hal ini jadi lebih baik payungnya dibuang saja!"
"Hanya untuk saat ini. Aku akan segera membuang payung ini saat kita sudah sampai nanti."
FLASHBACK END
"Pasti kau merindukanku bukan?"
Rika sungguh terkejut saat mendengar sebuah suara. "Ren Jun?!" Rika langsung berdiri. "Aku hanya ingin mengembalikan ini." Kemudian memberikan sebuah payung.
"Sudah kukatakan bahwa payung itu untukmu jadi tidak perlu dikembalikan."
"Dan akan kuberikan padamu."
- T B C -