"Apakah mungkin dia ingin pergi ke toilet atau sudah terlalu lapar?" gumam Jihyun.
"Jihyun!" Jihyun tersenyum saat melihat Rika yang sedang berdiri di depan kelas lalu berjalan pergi ke kantin bersama. "Aku mau beli air mineral."
"Jae Min, Ren Jun, Chenle!" Semua siswi berteriak saat mereka datang, Jae Min tersenyum sementara Ren Jun hanya diam dan lelaki berambut blonde yg sedang cengar-cengir tidak jelas sudah pasti adalah Chenle.
Tiba-tiba Jihyun terdorong oleh seorang siswa lalu terjatuh mendorong seorang siswi yg sedang lewat sambil membawa segelas air yg langsung tumpah, membuat suasana kantin langsung menjadi hening.
"Jalan pakai mata!" marah siswi tersebut.
"Mianhae, aku tidak sengaja." Jihyun langsung membersihkan serpihan kaca yg berserakan di lantai.
"Astaga, Jae Min, bajumu menjadi basah!" Baju seragam Jae Min terkena imbasnya. "Ini semua karena ulahmu!" Tunjuknya pada Jihyun.
"Aduh!" Jari telunjuk Jihyun tanpa sengaja terluka sehingga berdarah.
"Darah..." Mata Jihyun melebar ketika mendengar suara bisikan dengan desisan terlebih lagi saat Jae Min berjongkok lalu menyentuh melihat jarinya yg terus mengeluarkan darah.
Rika yg ternyata baru saja dari kembali toilet berlari menghampiri Jihyun saat melihat jarinya yg sedang dipegang oleh Jae Min, langsung ditepisnya tangan Jae Min lalu membantu Jihyun untuk berdiri. "Apa yang telah terjadi? Mengapa jarimu terluka?" Rika mengambil sapu tangan untuk membersihkan jari Jihyun yg terluka.
"Aku tidak sengaja menyenggolnya sehingga gelasnya menjadi pecah."
Rika melihat Jae Min dengan tatapan yg tajam lalu berdiri di antara Jae Min dan Jihyun.
"Apa yg sedang terjadi?" Semua murid langsung melihat ke arah sumber suara.
"Jeno dan Jisung! Prince charming dan ice prince bertemu!" Suasana kantin langsung menjadi ricuh kembali.
Rika berjalan mendekati Jeno sambil membawa Jihyun. Entah mengapa saat Jeno tidak sengaja bertemu tatap dengan Jihyun, matanya melebar kemudian berubah warna jadi dark grey. "Mate?"
Lelaki tinggi yg berdiri di samping Jeno merasa heran dengan reaksi Jeno ketika melihat Jihyun. "Apakah dia..."
Tiba-tiba tangan Jeno bergerak, tapi terhenti ketika mendengar ocehan Jae Min. "Apakah kau bisa tidak mencari masalah denganku sehari saja?"
Rahang Jeno langsung mengeras saat melihat wajah Jae Min yg sungguh menyebalkan baginya. "Apakah aku terlihat sedang ingin cari masalah denganmu?"
Jae Min mengangguk. "Selalu seperti itu."
"Tidak sekarang karena sepertinya temanmu sedang butuh makanan." tunjuk Jeno pada Chenle.
"Kita harus segera pergi." ajak Ren Jun.
Jae Min melihat Jeno dengan tatapan yg sungguh tajam lalu bertukar tatap dengan Jihyun sebelum berjalan pergi dari kantin.
"Apakah kau baik-baik saja?" Jihyun merasa terkejut saat jarinya dipegang oleh Jeno.
"Dia adalah Lee Jeno, sahabatku dan Jisung, adik laki-lakiku dan Jihyun adalah siswi pindahan dari Busan."
"Aku ingin pergi ke toilet sebentar." Jihyun langsung pergi ke toilet saat Rika mengangguk.
"Apa itu tadi? Apakah kau tertarik dengan Jihyun?" goda Rika.
"Noona, aku rasa bukan hanya tertarik tapi sudah merupakan takdirnya." ucap Jisung.
"Kau sudah bisa berubah?! Selamat!" Jeno hanya tersenyum. "Sejak kapan?!"
"Tadi pagi, Jeno hyung terbangun karena merasa sesak nafas, kepanasan dan berkeringat, lalu aku mendengar suara pakaian robek dan yang kulihat selanjutnya adalah..." ucapan Jisung terhenti saat bahunya dipukul oleh Jeno.
"Jangan bilang di sini. Nanti malam akan ada acara makan malam, kau akan pulang bukan?"
"Bagaimana dengan Jihyun?"
"Bagaimana apanya?" Jihyun telah kembali dari toilet.
"Astaga!" kaget Jisung. "Nanti malam di rumah akan diadakan acara makan malam, sehingga Rika noona akan pulang."
"Siapa yg bilang aku akan pulang?!"
"Lalu kau tidak akan datang?" tanya Jeno.
"Bagaimana dengan Jihyun? Bagaimana jika kau juga ikut?"
"Aku di apartemen saja."
"Noona harus ikut karena noona adalah... aduh!" Kaki Jisung diinjak oleh Jeno.
"Mian, tapi lebih baik aku tidak perlu ikut karena ingin mengejar materi pelajaran yg tertinggal."
"Tapi Jihyun..."
"Tidak usah dipaksa. Jika kau tidak ingin datang kali ini, bagaimana dengan lain kali?" tanya Jeno.
"Mungkin aku akan datang." Jeno tersenyum tipis saat mendengar ucapan Jihyun.
"Jam istirahat akan segera berakhir, jadi kita harus cepat makan sekarang! Sampai nanti Jeno, Jisung!" Rika dan Jihyun berlari pergi.
"Bagaimana rasanya saat sudah bertemu dengan belahan jiwamu hyung?"
"Nanti juga kau akan tahu, tapi entah mengapa aku merasa ragu. Mengapa, aku tidak mencium baunya sejak awal? Jika Jihyun berada di sekolah sejak pagi, mengapa aku tidak bisa mencium baunya?"
"Jadi hyung baru mencium baunya tadi?"
Jeno mengangguk. "Dan yg lebih aneh lagi, baunya tidak terlalu kuat tapi aku tidak mungkin salah."
"Apakah hyung yakin?"
"Aku yakin sekali."
🌙🌙🌙
"Seharusnya Chenle harus lebih bisa mengontrol rasa hausmu." ucap Jae Min.
"Mian hyung, wangi darahnya terlalu harum. Aku sudah selesai." Chenle mendorong tubuh seorang pria yg telah mati.
"Lebih baik kita segera kembali sebelum ada yg tahu bahwa kita pergi dari sekolah." ucap Ren Jun.
"Aku jadi ingin mencoba darah noona yg tadi." ucap Chenle.
"Jangan sentuh dia." Chenle sungguh terkejut ketika mendengar suara Jae Min yg berubah menjadi lebih berat.
"Mengapa?" tanya Ren Jun.
"Karena darah yg terbaik hanya untuk...?"
"Prince." sambung Chenle dengan wajah kesal.
"Pintar." senyum Jae Min.
"Tapi Rika pasti tidak akan membiarkan kau mendekatinya."
"Benar juga. Kau urus saja dia."
"Kau tentu tahu bahwa kita adalah musuh bukan?"
"Dia akan lebih mudah untuk disingkirkan bukan?" Entah mengapa rahang Ren Jun terdiam, membuat Jae Min tersenyum. "Chenle saja yg urus noona dari musuhnya."
"Noona dari Jisung?" Chenle terlihat bersemangat.
"Biar aku saja yg akan mengurusnya."
- T B C -