29

36.7K 1.1K 49
                                    

"Ekhm!" Caca berdahem keras mencoba mencairkan suasana saat setelah Pak Adimas tiba-tiba menyapa Caca, berjalan mendekat kearah Caca dan berbasa-basi sampai kalimat itu terlontar. Semakin memperburuk suasana yang ada.

"Nggak nyangka ya, .Ca. Kita bisa ketemu lagi di sini. Saya kira kita tidak akan bertemu lagi loh, kebetulan yang tidak terduga." katanya masih dengan senyuman yang merekah, seolah menunjukkan jika itu adalah senyum termanisnya.

Caca mah masa bodoh yang Caca pikirin tuh perasaan om Rey, Kenzou aja sedari tadi nggak bisa diem, lari-larian nggak jelas bikin Caca khawatir.

"Ini om kamu, Ca? Kayaknya seumuran sama saya, kenalin saya Adimas." dengan cemas Caca mengigit bibir saat om Rey nggak langsung menerima uluran tangan itu, ya tahu kok om Rey nggak suka dengan kedatangan tamu tak diundang ini, tapi mau bagaimana lagi, nggak mungkin dong Caca usir gitu aja. Eh sekarang Caca makin serba salah, ck.

Cukup lama akhirnya om Rey menerima uluran tangan itu, menjabat tangan yang udah diabaikan hingga membuat Bapak Adimas salah tingkah, antara malu dan kesal yang ia tahan.

" Saya Reyhan, Papanya Kenzou," ujarnya dengan melirik Caca sekilas sebelum akhirnya melanjutkan omonganya, "Kenal Caca di mana?"

"Nggak sengaja ketemu di pasar."

"Udah punya anak, istrikan?" mendengar perkataan om Rey Bapak Adimas yang terhormat juatru terkekeh pelan, entah apa yang diketawain Caca aja nggak tahu.

"Anak punya satu, sekarang umur tjuh tahun. Kalau istri sih udah nggak punya, ini mau cari yang baru siapa tahu ada yang cocok." Seketika Caca memasang ekspresi nggak suka saat mendapatkan tatapan aneh dari Adimas, Duren ganjen emang. Lagian manasih si tuyul satu, bukannya ngintilin Bapaknya malah pergi sendiri, ck.

"Duda?" tanya om Rey dengan tatapan mata yang sulit diartikan, begitu juga cara pandang om Rey yang begitu aneh. Membuat Caca semakin menggerut karena merasa terintimidasi.

"Anda tenng saja, saya tidak akan macam-macam dengan Caca kok. Karena saya tahu batasannya, oh ya ngomong-ngomong istri anda tidak ikut?"

"Ngapain kamu tanya istri saya? Mau kamu embat?" tanya om Rey yang semakin menggeluarkan aura enggak sukannya, Bapak Adimas yang menyadari itu hanya tertawa renyah seolah nggak terpengaruh dengan perubahan om Rey yang signifikan.

"Hahaha, ngapain ganggu istri orang jika, masih ada wanita lain yang bisa dijadikan istri idaman." Lagi-lagi Pak Adimas ngomong gitu sambil lihatin Caca, om Rey yang menyadari itu hanya mendengus keras.

"Kamu mau tahu istri saya?"

"Sekarang nggak tertarik lagi, toh kalau kita jadi keluarga tanpa diberitahupun saya akan tahu bagaimana rupa istri anda, iyakan Ca? Tante kamu pasti cantik, buktinya bisa mendapatkan suami seperti om kamu in..."

"Mau kamu apa sebenarnya huh? Minta di hajar ya?" tegas om Rey dengan mencengkram kerah leher Adimas, takut? Jelas ia ketakutan. Tapi krpanikannya menjadi-jadi saat mendengar suara teriakan si tuyul yang di akhiri tangisan Kenzou. Segera Caca berlari, membantu Kenzou yang tengah jatuh dengan kepala yang membentur. Namanya juga anak kecil yang suka lari-larian ya Caca cuma bisa maklumin aja tanpa mau protes, yang ada suasana ntar makin runyam, ini aja udah nggak bersahabat banget kok. Di sini Caca juga salah karena nggak mengawasi Kenzou dengan benar. Bahkan Caca aja nggak tahu kronologisnya gimana.

"Cup, cup sayang jangan nangis ya?"

"Tatid Moummy hiks, Daddy huaaa!" renggek Kenzou dengan merentangkan kedua tangan ke arah om Rey. Om Rey yang sempat emosi dengan keberadaan Pak Adimas kini sudah tak begitu peduli, yang ada raut wajah penuh khawatirnya.

Sedangkan Rean, bocah itu sedikit ketakutan, bersembunyi di balik tubuh Ayahnya. Tak lama setelah itu Caca melihat wanita paruh bayah yang masih terlihat cantik berjalan mendekat kearah Caca, eh ralat maksudnya kearah Pak Adimas, dari segi wajah Caca bisa menyimpulkan siapa mereka. Rean si tuyul itu langsung berlari saat menyadari kehadiran wanita tersebut dengan berteriak, memanggilnya dengan sebutan, "Ommaaa!" loh? Masa itu Mamanya Pak Adimas? Kok masih muda banget yak? Caca pikir umur 50 tahun loh eh ternyata udah tuwir, memang kemajuan teknologi sekarang bener-bener hebat.

"I ini...?"

"Bukannya kamu sudah lihat sendiri, ngapain masih bertanya? Jika sekali lagi kamu dekatin istri saya maka kamu akan tahu sendiri akibatnya." ultimatum om Rey membuat Pak Adimas menelan ludah, wajahnya terlihat gugup serta sorot matanya yang begitu resah, seolah masih nggak percaya sama drama kecil yang ia saksikan tadi.

"Ayo, Ca kita pergi." mendepat yitah seperti itu ya udah Caca pergi mengikuti om Rey, Caca juga udah malu banget jadi pusat perhatian orang, setiap orang yang lewat pasti ngelihatin kan bikin risih.

Cukup lama Caca dan om Rey saling diam, tanpa ada pembicaraan. Kenzou juga udah tidur setelah Caca susuin, sesekali Caca menggelus kepala Kenzou yang sedikit memar.

"Kita kerumah sakit."

"Nggak perlu langsung kerumah aja, biar Caca kompres lebabnya dengan air panas pasti bisa kempes kok."

"Ck!" decak om Rey dengan menyugar rambuynya kasar, "Kok bisa jatuh gimana kronologisnya?"

"Caca nggak tahu, kan Caca nggak sepeuhnya memerhatikan Kenzou."

"Ceroboh, lain kali jangan diulang. Kamukan Mommynya jadi harus lebih ekstra mengawasi Kenzou. Lagi pula semua ini emang salah kamukan yang diem-diem pergi makan dengan tuh bule jadi-jadian." Caca menggerutkan dahi saat istilah asing dan nyeleneh itu terlontar, emang sih Pak Adimas sedikit kebule-bulean gitu, mungkin turunan dari Bapaknya, buktinya Mamanya aja orang indonesia. Si tuyul juga wajahnya ada sedikit bule-bulenya, kalau Caca boleh jujur, Bapak dan anak sama-sama gantengnya tapi lebih gantengan suami Caca kemana-mana.

"Iya deh iya, Caca masih ceroboh. Cac yang salah, nggak nolak tawaran Pak Adimas waktu itu, dan nggak sempat ngejelasin status Caca karena di telpon om Rey. Iya kok, Caca ngerti kalau salah," mendengar pengakuan Caca yang sedikit nggak ikhlas, om Rey menghela napas kasar. Mendadak om Rey menempelkan dahinya ke dahi Caca, membuat jarak itu menepis.

"Jangan diulagi lahi okey, setop bikin aku cemburu, Ca. Cukup lihat aku saja, mengerti?" tutur om Rey dengan lirih, dengan samar Caca mengangguk menyetujui apa yang om Rey katakan.

Hingga Caca rasa bibir itu mulai merambat, mencium setiap senti wajah Caca dan nerakhir di bibir Caca. Baru juga melumatnya pelan seorang pak parkir justru mengetuk pintu kaca mobil. Tentu Pak Parkir tidak bisa melihat aksi om Rry kan kaca mobilnya gelap jadinya seperti orang mau maling deh, celingak-celingguk nggak jelas.

"Ck! Ada aja penganggu! Setelah ini kita pulang!" tukas om Rey sembari membuka pintu mobil, sedikit percakapan dengan Pak Parkir sampai akhirnya mobil melenggang meninggalkan pakiran mal. Alamat Ntar Caca habis digempur om Rey, hng.

****

Yuhuu selamat membaca, maaf kalau ada typo karena belum tak revisi. Seperti biasa langsung update.

Maaf gaje atau garing, yuk cus kasih bintang dan momen kalian. Wkwkwkw

See uou next part.... 😘😘😘😘😘

 ISTRI SANG DOSEN KILLER #2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang