26

33.9K 1K 48
                                    

Caca hanya bisa mendengus saat ingat kejadian waktu itu, gimana Caca nggak sebal coba kalau lihat suami Caca lagi dua-duaan sama cewek lain. Apalgi ceweknya cantik banget, caca yang cewek aja iri apalagi om Rey yang cowok.

Bener sih, om Rey bukan tipe cowok yang jelalatan. Tapikan Caca nggak suka. Yang bikin Caca was-was tuh kedekatan mereka, selama ini Caca nggak pernah lihat om Rey sedekat itu sama cewek lain. Belum lagi sikap tuh cewek sok banget padahal di situ ada Caca, jelas-jelas dia tahu kalau Caca istri om Rey tapi kok pura-pura nggak tahu sih. Dikiranya Caca angin apa?

"Masih ngambek?"

"Om pikir aja sendiri, Caca lagi nggak mood. Mending om ngerjain apa kek, ngireksi skripsi-skripsi gitu. Ngapain sih gangguin Caca."

"Ya nggak apa-apa dong, kamukan istriku. Lagian ngapain sih dimasukin ke hati, aku dan Iren cuma teman semasa kuliah dulu."

"Kok deket gitu, Caca nggak pernah lihat om Rey sedekat itu sama orang lain, apalagi cewek. Di mata Caca itu aneh dan nggak wajar."

"Kebetulan kita satu organisasi DPMU, nggak lebih dari itu." Jelas om Rey berkali-kali tapi Caca tetep masih gondok, pokoknya masih sebel.

"Ca, masih marah? Ya udah, mau kamu apa sekarang?" tanya om Rey sembari menghela napas. Caca mah cuek masih aja asyik main hp sambil rebahan di sofa ruang tengah sedangkan om Rey duduk di bawah dengan tubuh menyandar du sofa yang Caca tempati, sibuk gitu main ps.  Kenzou? Udah sedari pagi dibaqa neneknya pergi katanya sih diajak jalan-jalan keragunan. Makannya Kenzou mau ikut, tahu sendirilah Kenzou suka banget sama bonbin. Diiming-imingi keragunan ya pasti mau-mau aja. Dasar bocah, pemikirannya masih polos, sama. Seperti Caca dulu.

"Ish! Nggak usah jahil gitu kenapa sih. Caca lagi fokus main game ini loh," dengus Caca saat tangan jahil om Rey mulai menjelajah tanpa aturan.

"Makannya kalau ditanya tuh jawab, bukan cuma diam aja. Mau lunch diluar nggak? Atau kebioskop? Eh katanya ada film baru loh, mau?"

"Sejak kapan om Rey suka nonton di bioskop? Kalaupun Caca yang ngajak juga susahnya minta ampu.  Ini malah nawarin diri? Obatnya habis ya?"

"Ca, nggak sopan banget sih sama suami. Lagian apa salahnya nyenangin istri yang lagi cemburu," ujar om Rey sambil menowel pipi Caca. Caca yang diperlakukan seperti itu langsung menepis tangan om Rey. Kalau Caca lagi marah gini aja dirayu-rayu. Coba kalau Caca nggak mode marah, Caca ajak kemana aja bilangnya nggak bisa, sibuk, masih bayak kerjaaan, inilah, itulah. Weekand ya cuma di rumah aja, ngabisin waktu dengan keluarga.

"Iya deh iya, tahu kok nggak boleh sembarangan sama orang yang lebih tua." ucap Caca menahan tawa. Caca pikir om Rey cuma mendengus tapi ternyata reaksi om Rey berbeda dari perkiraan Caca. Saat om Rey naik kesofa dan memeluk tubuh Caca dengan erat, bikin Caca kehabisan napas udah gitu digelitikin pula.

"Ahahhhha om, udahh hahh geli inih. Om ahhhh setop! Caca capek ketawa ih, geliii." berulang kali Caca meronta tapi hanya sia-sia belaka. Tenaga om Rey jauh lebih besar dari Caca, sekeras apa Caca berusaha tetap aja kalah.

"Yakin nih, masih marah?" tanya om Rey setelah menghentikan aksi gelitikannya. Huh! Lega untung nggak jadi ngompol, jangan diketawain. Karena sampai sekarang kalau Caca digeletikin separah itu ya Caca akan ngompol, parahnya lagi Caca akan nangis, sangking nggak kuat nahan gelinya. Karena kelemahan Caca tuh di pinggang, titik sensitif banget di tubuh Caca.

"Caca nggak marah kok, cuma nggak suka aja lihat om Rey deket-deket sama cewek lain. Apalgi akrib gitu, Caca tambah nggak suka."

"Sejak kapan kamu mulai posesif gitu? Kemarin-kemarin masih baik-baik aja deh?"

"Emang nggak boleh kalau posesiv sama suami sendiri? Atau jangan-jangan om Rey nggak nyaman ya? Takut ya karena keposesivan Caca om Rey nggak bisa lagi ngobrol berdua sama si Iren, iyakan?"

"Kamu nih ya, Ca. Ngomong tanpa dipikir dulu. Aku kan tanyanya baik-baik, kamu kenapa sih, kenapa sensi gitu, hm? Kamu sendirikan tahu, kita cuma teman seorganisasi aja, nggak lebih. Wajar dong kalau aku akrab gitiu sama Iren, kita juga jarang ketemukan? Itu hanya sekadar basa-basi kok, setelah ini juga nggak akan ketemu lagi."

"Yakin, ya. Awas aja kalau dia ngechat om Rey atau sengaja ngajak ketemuan lagi, pokoknya jangan mau. Chatpun nggak boleh, titik." tukas Caca sambil merangkul leher om Rey erat.

"Iya, iya. Dasar kecil-kecil posesive."

"Tapi sayangkan?"

"Sayanglah, masa nggak sayang sih." jawab om Rey dengan mencium kening Caca. Baru juga merasa lega, baru juga merasa senang, baru juga mau melupakan kejadian waktu itu. Nggak tahunya Caca ketemu lagi sama tuh cewek ganjen di toko buku. parahnya  Caca lagi sama om Rey. Pasti nih alamat cari muka, sok gitu pasang wajah manis dibuat-buat. Ibarat minuman dikasih sarimanis, manisnya jadi manis pahit-pahit gimanaa..., gitu. Caca yang lihat aja jadi pingin muntah, belum lagi dandananya norak, baju kurang bahan mah gini. Perlu apa Caca biin baju, ck. Caca benci, dasar penganggu!!

***

Wokey sekian dulu yak. Kalau ada typo maklumin aja, authortuh paling males revisi, apalagi kalau udah ngantuk wkwkwk.

Btw jngan ada yang bilang gantung, karena next capter bakalan dilanjutin lagi kok, okey selamat membaca yak.

 ISTRI SANG DOSEN KILLER #2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang