Chapter : 6

12.3K 1K 62
                                    

" engkau datang tanpa permisi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


" engkau datang tanpa permisi. lancang sekali hati ini berbisik supaya lekas kau masuk mengisi. Sudikah kiranya kau berpaling hati? "

Beberapa hari ini, Ibra istirahat dengan cukup baik sehingga kakinya perlahan mulai pulih. Ia juga sering berolahraga diteras rumah bahkan rutin berjalan-jalan tiap sore untuk membiasakan kakinya bergerak agar tak kebas itung-itung sekaligus menyapa warga desa. Kesehatanya semakin membaik dan Ibra tak ingin menunda-nunda lebih lama lagi progam kerjanya. Dirinya juga tak mungkin berleha-leha sendiri sementara teman-teman seposkonya sibuk menjalankan proker guna penilaian dan juga pengembangan potensi desa. Ia cukup malu untuk tak memberikan kontribusi apapun kepada teamnya sejauh ini.

Sebenarnya anak-anak posko memaklumi, toh meskipun sakit Ibra tidak pernah merepotkan. Ia kerap membantu dengan meminta pekerjaan ringan selama masa pemulihan kakinya seperti saat kegiatan 'bimbel' diposkonya, Ibra akan membantu mengajar meskipun bukan jadwalnya. Tentunya dengan duduk bersila. Atau saat kegiatan 'sosialisasi kerajinan', Ibra juga turut membantu menggunting-gunting kertas dan melakukan pekerjaannya dengan duduk. Orang-orang disekitarnya memperlakukan ibra sangat baik.

Arka yang notabene seorang Kordes dengan peringai galak dan tegaspun akhir-akhir ini selalu bertingkah lembut kepada Ibra. Sesuatu yang membuat pria itu risih namun tak menanggapi lebih. Begitu pula dengan Seno, Lurahnya itu entah bagaimana sedikit berlebihan menurutnya. Ia bahkan lebih sering tidur dirumah posko ketimbang dirumah utama. 'biar lebih akrab sama anak-anak KKN' Dalihnya. Padahal ketika malam mulai larut sang lurah lebih sering memperhatikan gerak-gerik kamar Ibra. Memastikan dirinya nyaman dan cepat pulih. Ya, Seno dan Teman pria ibra lainnya kerap tidur sesukanya diRuang tamu. Asal ngantuk mereka akan mencari tempat sekenanya.

Bagi Seno sikapnya selama ini adalah wajar. Sebagai kepala desa, Ia punya tanggung jawab besar untuk membuat para anak-anak rantau itu betah dan memastikan keamanan serta kenyamanan mereka. Toh, tidak ada salahnya berbaur dengan anak muda. Nostalgia dengan masa lalu tidak membuang waktu. Ia bahagia dengan keberadaan anak-anak ini dilingkunganya.

Meski tak dipungkiri akhir-akhir ini ia lebih fokus menamati pria manis yang ia kenal dengan 'aim'. Sudut hatinya terasa diusik ketika didekat pria itu. Entah kenapa sikap ingin melindungi dan mengayomi selalu menyeruak kepermukaan ketika seno melihatnya. Tubuh Ibra seakan rapuh dimatanya, ia ringkih dan membutuhkannya. Seno tak mengerti namun ini seakan dipertengahan benar dan salah. Dirinya tak ingin ambil pusing.

" Kenapa ngga minta temenmu nganterin? Ini udah mau Maghrib kalau terjadi apa-apa lagi gimana " tanya Seno saat tak sengaja berpapasan dengan Ibra yang berjalan sendirian sepulangnya ia dari balai desa.

Ibra hanya memutar bola matanya Jengah. Sungguh dirinya tidak nyaman dengan perhatian kecil semacam ini. Maksudnya, Ibra adalah Mahasiswa. pria dewasa yang sudah akil baligh, dia tidak mungkin masuk kedalam lubang yang sama. Soal kecelakaan tempo lalu, adalah hal wajar. Ibra pendatang dan tentu saja dihadapkan dengan situasi segenting itu sendirian membuat dirinya panik.

KKNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang