Ijinkan aku lancang untuk kali ini!
Alasan besar kenapa Ibra benci siang adalah terik. panasnya bisa membakar setiap inchi kulit, dan meskipun udara dibawah lereng pegunungan sangat dingin bukan berarti meredam sinar panasnya.Bukankah bumi yang dipijak malah makin dekat dengan matahari?
Ragu, sedikit demi sedikit Ibra berjalan menuju balai desa. Langkahnya kecil-kecil menapak malas tak berselera. Mahasiswa itu sibuk berkutat dengan pemikirannya sendiri.
Haruskah?Apa minta bantuan saja sama anak posko lain? Tapi bukannya amanat ini tanggung jawab dia. Lagi pula, cuma minta tanda tangan lalu balik. Tidak akan ada banyak interaksi berarti.-pikirnya menyemangati diri.
Ibra tidak yakin dengan apa yang membuatnya harus bersikap berlebihan seperti ini. Yang ia tahu adalah perasaan kesalnya dengan ucapan seno tempo hari cukup menjadi alasan kenapa pria itu Menghindari pak lurah. Terlebih, perasaannya yang semakin aneh didepan kepala desa tersebut.
Lokasi balai desa memang tak jauh dari pemukiman setempat, berada dititik tengah desa. Memungkinkan semua warga bisa mengakses rutenya dengan sangat gampang.
Meskipun tak begitu besar, Balai desa mbatesan memiliki lahan cukup luas dengan 3 buah bangunan berderet yang saling tersambung koridor. Mulai dari bangunan utama, aula, hingga kantor dan lahan bangunan praktik bidan desa.Ibra menenteng map yang menjadi beban pikirannya itu dengan malas-malasan. Pandangannya tertunduk, dan tidak begitu semangat.
" Mau kemana? "
Ibra mendongak, mencari darimana datangnya pertanyaan tersebut. Matanya menangkap sosok lelaki yang ia kenal betul peringainya- Arka.
Ibra menatap lekat pria itu dari atas sampai bawah, Arka sangat berbeda.Pria yang kerap dipanggil Pak Kordes itu dalam keadaan kuyup sekujur tubuh. Kaki telanjangnyanya juga penuh lumpur, dan tangannya menenteng sebuah kresek hitam yang Ibra sendiri tak tahu entah apa isinya. Bungkus kantong tersebut sering kali bergerak, seperti ada makhluk hidup disana.
" Abis panen dari tambaknya Mbah Harno diajak nangkap ikan tadi. " Jawab Arka mengangkat kantong hitamnya sedikit lebih tinggi.
Ibra membulatkan mulut mengerti. " Jorok banget. kenapa ngga sekalian mandi disana! " Komentar lelaki itu.
" ngga ada pemandian. air kolam kotor kalau ke kali agak jauh malah lebih deket keposko. " Jelasnya kelar. " Pertanyaan gue belum lu jawab "
" Dimintain tolong bu bidan buat nganterin ini ke Balai desa " Jawab Ibra mengacungkan map ditangannya.
" Apaan itu? "
Ibra mendecih tak senang dengan kalimat pertanyaan barusan. Pasalnya Ibra sendiri tidak tau isi dari map yang ia pegang. Entah akta jual tanah atau apapun itu. Ibra tidak perduli dan tidak mau tahu.
" Mana gue tahu, dimintain tolong doang sama bu bidan buat ngasih ini ke mas lurah!
" Ya masa ngga dikasih tahu? " Arka hanya ingin berlama-lama, sejujurnya ia juga tidak ingin tahu barang yang dibawa oleh Ibra.
" Sumpah lu jangan buat gue kesel deh ka? Males gue berantem gini! " Kesal Ibra.
" Mandi sono gih. Tuh liat kaki lu lumpur doang ampe ngerak gitu. Ngga risih apa bau amis. " Ibra mengatakannya dengan lancang dan terdengar sangat enggan diganggu. Sederet kalimat panjang tersebut sukses menyindir sang empu dimana pria itu kini menunjukan sikap lesu seperti seorang anak kecil yang sedang dimarahi ibunya.
Sehingga Diamnya Arka malah membuat Ibra jadi merasa tak enak.
" Maksud gue tuh segera bebersih sana. Biar ngga sakit nanti. " Jelas Ibra lebih lembut. Arka mengangguk nurut. Setelah itu mereka berpisah, lebih tepatnya Arka memutuskan menjauh kembali ke kediaman.

KAMU SEDANG MEMBACA
KKN
RandomBoyxboy ✔ ( Selesai ) Sebelumnya Harap Dibaca‼️ Ambil yang baik - buang yang buruk. Perlu diketahui sebelum membaca cerita penulis bahwa tulisan saya mengandung unsur percintaan pria dengan sejenis. Dan dengan membaca Tulisan saya berarti anda sepak...