Chapter : 10

9.6K 939 82
                                    

Banyak typo, ngga sempet ngedit. Maaf!

" Setidaknya kalau aku patah karenamu, aku masih bisa berdiri untuk keluargaku "

Sore itu selepas menjalankan rutinitas ibadah bersama anak-anak yang tinggal disekitar posko, Ibra langsung disibukan dengan berbagai persiapan proker " Bedah Perpustakaan " yang ia canangkan bersama Fatih beberapa hari lalu. Tumpukan kardus hasil sumbangsih donatur berupa buku-buku baru dan juga bekas tergeletak mengelilingi keduanya. Rencananya besok Ibra dan Fatih akan pergi kekota untuk mengambil beberapa sumbangan dari Pabrik-pabrik yang mereka limpahi proposal.

Meskipun buku yang mereka punya sudah sangat cukup, namun mereka masih membutuhkan banyak bantuan finansial sehingga keperluan renovasi perpustakaan bisa lebih matang dan maksimal. Apalagi Sekolah Dasar yang mereka garap kondisinya lebih memprihatinkan ketimbang SD lainnya. Ruangannya hanya mempunyai satu lemari kayu usang sebagai wadah buku lalu disekat dengan satir kain untuk membedakan gudang dan perpustakaan. Bukunyapun tentu saja terbatas dan sangat minim. Yang memprihatinkan adalah Perpustakaan tersebut tidak dilengkapi dengan alat bantu apapun, hanya buku-buku dalam lemari. Tak ada komputer maupun perangkat pustakawan lainnya apalagi alat peraga pembelajaran.

" Anggaran buat beli komputer ada sisa ngga fat? " Tanya Ibra disela-sela kegiatannya menginput data buku. Data ini nantinya akan dipindahkan ke Komputer baru sekolah sehingga ketika anak mau mencari buku, mereka tidak akan lagi kesusahan.

" Sebenernya ada, tapi kemarin karena buat beli meja-meja kecil sama tambahan lemari jadi sisanya cuma sekian ribu doang. Struck sama pembukuannya udah gua perbarui " Jelas fatih yang juga sibuk membedakan Jenis buku. Sementara Ibra hanya membulatkan bibir tanda mengerti. " Bra, Elu emangnya ngga capek apa? 2 hari ngebut nginput "

Fatih mendengus sebal akhir-akhir ini dengan sikap Ibra yang berlebihan, anak itu terlampau giat dan menggebu-gebu hanya untuk urusan perpustakaan. Bahkan 2 hari ini, Ibra melewatkan kegiatan apel pagi dan jadwal kecamatan yang sebenarnya jadi gilirannya. Ibra juga hampir tidak pernah nongol dibalai desa dan hanya mengikuti kegiatan posko diluar desa. Pria itu seperti tengah menghindari sesuatu dengan dalih fokus pada program kerjanya. Padahal anak posko yang lain selalu menawarkan bantuan kepada Ibra namun berakhir dengan " nggapapa deh biar aku aja " oleh sang empu.

" ada masalah ya? Cerita kek siapa tahu bisa gue ledekin " fatih terkekeh dengan banyolannya sendiri.

" Ngga ada. " Singkat, padat, Jelas dan bikin sakit hati. Fatih hanya mendecih tak suka. diam melanjutkan pekerjaan. Karena fatih masih baru mengenal Ibra, meskipun mereka terbilang cukup dekat bila dibandingkan dengan anak posko lainnya namun fatih sadar ada batas privasi yang tak bisa ia trobos. Itulah kenapa Fatih memaklumi dan tak bertanya lebih.

Dalam keheningan, sebuah panggilan pada ponsel fatih berdering memaparkan wajah pria yang ibra kenal betul sosoknya. Namun Fatih buru-buru merejectnya " kenapa ngga diangkat? " - tanya Ibra.

" Ngga penting "

" Deket banget lo ya sekarang sama Aryo " Ibra memicingkan matanya curiga.

" Enng - nggak. Ngaco lu " Entah kenapa Ibra makin ngerasa ada sesuatu yang janggal dengan perubahan mimik serta respon Fatih barusan. Ia terlihat seperti tengah menyembunyikan sesuatu. Ibra hanya menyunggingkan senyum lalu menghembuskan nafas pelan, ia memilih diam dan tak mau ikut campur. Toh, itu bukan ranahnya. Kalau fatih butuh telinga untuk didengarkan, Ibra tak akan menolak. Selagi pria itu tidak mau bercerita, Ibra tak akan pernah memaksa. Mereka dekat namun tak sedekat itu untuk ikut campur dalam urusan masing-masing.

KKNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang