Chapter : 25

8.6K 849 129
                                    

" Yaudah disepakati aja, berarti liburanya ke Air Terjun " Arka memutuskan setelah berdiskusi cukup lama.

Anak-anak posko berencana untuk liburan bersama sebelum masa tugas mengabdi mereka usai dalam 3 hari lagi. Semuanya sepakat akan pergi ke Air Terjun terdekat setelah melewati perdebatan memilih antara Air Terjun atau Taman kota. Tentu saja, mereka antusias memilih daerah Air Terjun karena lebih dekat dengan alam dan sudah bisa dipastikan view-nya akan lebih natural dan Indah.

Ibra hanya menopang dagunya sendiri tak begitu perduli. Baginya, kemanapun itu sama saja, Hatinya tetap sepi. Berulang kali pria manis itu menatap layar ponselnya, berharap setidaknya ada balasan chat sekali saja dari lurah desa tempat ia menginap.

Malam kian larut, seluruh penghuni rumah posko telah beranjak dari duduknya dan bersiap untuk mengarungi mimpi masing-masing, begitupula dengan Ibra. Pria itu sudah menyelimuti tubuhnya rapat namun matanya tetap terjaga.

Pintu kamarnya terbuka, menampilkan sosok pria muda yang ia sebut sebagai Kordes. Arka membringsut masuk kedalam selimut tebal dan Lebar milik Ibra setelah menutup pintu kamar tersebut. Dahi Ibra berkerut dengan sikap kordesnya yang begitu mencurigakan. Dan tanpa tedeng aling-aling, tangan mahasiswa teknik itu lancang memeluk pinggangnya, Sontak Ibra terkejut dan membelalakkan mata. Sedikit perlawanan namun apa daya, Arka lebih kuat darinya.

" Apaan sih ka? " Tanya Ibra yang masih kebingungan. Jujur saja, tak ada niat sekecilpun untuk melakukan skinship dengan pria didepannya ini.

" Fatih tidur dikamar gue, katanya dia ada perlu sama bobby "

" Ngga nanya. Lepasin ini " Ibra menepuk tangan Arka yang sekarang melingkar diperutnya. Deru nafas Ibra masuk kepenciuman Arka membuat pria itu sekali lagi terbuai kepada sosok manis yang telah mencuri hatinya. Miris sekali kisah asmaranya.

" Katanya mau jadi pacar gue " Arka menggoda perihal tempo hari.

" Jangan aneh-aneh ya ka, sumpah! Gue kalau marah bisa nabok orang " Ibra ngedumel karena bukannya mengendur, pelukan Arka malah semakin mengerat. Keduanya saling berhadapan dengan tubuh yang saling menempel satu sama lain.

" Marahin aja gue. Rela kog jadi samsak lu " Arka tersenyum, alis tebalnya menaut. Ibra berani bersumpah, Pria didepannya ini sangat berbeda dengan Arka yang ia kenal. Ia tak pernah tahu sisi romantis liar dari seorang kordesnya. Yang Ibra pahami adalah Arka sosok pendiam, tegas, dan misterius serta tidak manja seperti sekarang.

Pipi Ibra mendadak memerah seperti rebusan tomat, tubuhnya mengisyaratkan jika pria manis itu tengah dalam fase salah tingkah namun cukup denial menghadapi gombalan sang ketua. " Ka, ini udah ngga lucu. Lepasin! Lu tahu Gue udah punya seseorang " Jelas Ibra. Perihal tempo hari saat ia menyatakan ingin menjadi kekasih Arka, Ibra seketika sadar kalau hal tersebut salah.

Pria manis itu minta maaf dan menangis. Salah langkah, Ibra hanya akan menorehkan luka baru dihati Arka maupun Seno. Ia tahu mempermainkan hati seseorang bukanlah jalan keluar ketika patah hati. Ibra hanya sedang bingung dan terburu-buru mengambil keputusan. Sore itu, ia menceritakan semua hal tentang hubungannya dengan Seno tanpa ada yang dilebih-lebihkan atau dikurangi.

Arka paham dengan apa yang dilakukan Ibra. Pria itu sedang terombang-ambing hatinya, tak ada kejelasan dihubungan yang ia jalani dan hanya saling bertumpu pada keyakinan satu sama lain. Apalagi waktu sedang menertawakan mereka. Baik Ibra maupun Seno tak bisa menolak untuk saling jatuh hati, sama sepertinya yang begitu takjub dengan tingkah polah Pria bernama Ibra tersebut.

Arka memaklumi. Hanya saja, sebenarnya Arka tidak masalah dengan keputusan Ibra menjadikannya sebagai pelarian. Toh beberapa hari lagi mereka- Ibra dan Seno- akan dipisahkan jarak dan Intensitas waktu yang berkurang, disaat itu Arka bisa masuk lalu merebut hati pria-nya. Namun, akal sehat dan hatinya masih berfungsi dengan baik, cinta tak berbalas bukan pilihan yang tepat untuk menjalani hidup bahagia dikemudian hari. Arka ingin Ibra membalas cintanya seperti ia menetapkan hatinya pada pria itu atas dasar cinta dan ingin saling melengkapi. Bukan karena belas kasihan atau ingin balas dendam, karena unsur tersebut hanya akan membawa hubungan mereka pada malapetaka.

KKNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang