Chapter : 18

8.6K 844 107
                                    

Pria itu tergeletak tak berdaya pada bangsal rumah sakit, kepalanya sudah dibalut perban menghalau helaian rambut yang sering ia sisir kesamping dan kebelakang. Matanya tak kunjung terbuka meskipun petang sudah berlalu, malam pertama di Rumah sakit terasa lebih lama dirasakan oleh seorang pria dengan kemeja flanel merah kotak-kotak yang tengah sibuk masuk keluar kamar mandi. Sedari tadi air matanya turun namun tak ada isakan, hanya raut wajah sedih yang terpancar.

Pria itu dengan telaten membersihkan badan Aryo dengan sebilas kain yang dibasahi dengan air hangat. Setiap inci permukaan kulitnya dibasuh dengan penuh penyesalan, kenangan menguar tentang bagaimana pria didepannya gigih meminta maaf jadi bumerang baginya. Fatih tak tega, tangisnya pecah lagi namun kali ini lebih dalam.

Emak dan abah keluar untuk mengambil pakaian Aryo, semalam karena panik keduanya lantas bergegas ke Rumah sakit Kota tanpa persiapan apapun. Sementara lurah harus kembali ke Kantor karena keperluan rapat, ia berjanji siang ini akan kembali. Tinggalah Fatih yang suka rela menawarkan diri untuk menjaga pemuda itu. Kemarin adalah peristiwa mengejutkan yang membuat jantungnya tak karuan, mendadak mahasiswa itu tak mau kehilangan, ada rasa takut yang menghujam ketika membayangkan akan ditinggal oleh Aryo. Fatih benar-benar tak ikhlas.

Pemuda itu memang brandalan sejak awal, fatih sudah menyangka. Namun, pribadinya tak begitu buruk untuk bersosialisasi. Makanya meskipun berperilaku tak baik, Aryo mempunyai banyak teman yang royal karena solidaritas sesama yang tinggi. persepsi tentang musuhnya sama sekali jauh dari anggapan Fatih. Apa yang diharapkan dari gerombolan pemuda nakal? Musuh mereka mengintai. Dari salah satu teman Aryo mengungkapkan pada Abah tadi malam, jika beberapa hari yang lalu Aryo tanpa sebab menggebuki seorang pemuda Desa sebelah dengan kalap saat mabuk berat.

Pemuda itu cedera dan kakaknya tidak terima, pemuda dari Desa sebelah merencanakan perhitungan karena anggotanya yang diciderai dengan menjagal Aryo disuatu tempat sore itu, namun karena tak kunjung datang. Nekat, kakak pemuda yang dibonceng motor kemarin lepas ketika melihat Aryo yang sibuk berbincang dengan Fatih. Menghantamnya dengan balok batako bukannya bata hingga membuat pria itu tersungkur penuh darah, Kesaksianya didapat ketika pelaku ditangkap ramai-ramai oleh teman Aryo.

Fatih lagi-lagi menghela nafas kebingungan, diraihnya tangan penuh urat untuk ukuran pria yang baru lulus dari sekolah Menengah atas itu dan Menautkan genggaman mereka tanpa sungkan, mengusap punggung tangan Aryo khawatir.

" Jangan pergi! Ku mohon " fatih lagi-lagi menangis. Seolah penyesalan satu persatu mengepungnya dari berbagai arah membuatnya lelah dan tanpa sadar tubuhnya terkantuk hingga tidur dalam kesedihan.

***

Kalau biasanya setiap pergi berkelompok dengan anak posko Ibra selalu berboncengan dengan Kordes, kali ini beda. Pria itu tak lagi menawarkan boncengannya pada Mahasiswa pendidikan itu, Arka lebih memilih memboncengkan Neneng atau anak posko lainnya. Ibra sadar betul sebab pasca kejadian kemarin, tak ada percakapan lebih diantara keduanya seolah Arka dan Ibra adalah orang Asing yang canggung sekali bila berpapasan. Ibrapun paham, jadi dia memilih untuk membonceng teman posko yang lain.

Mereka akan bertolak ke Rumah sakit untuk menjenguk Aryo. Sebelumnya pria itu telah mengabari sang pujaan,
Seno berkata padanya jika ia akan menyusul ketika pekerjaannya sudah selesai, Ibrapun hanya menanggapi dengan sebuah emoji 'Jatuh Cinta' yang dibalas Seno dengan emoji 'sebuah kecupan'. Ibra memerah seperti kepiting rebus hanya dengan perlakuan kecil tersebut. Disudut lain, Arka tak sengaja memperhatikan, hatinya jatuh kedasar bumi mengamati wajah pria manis itu tengah tersenyum malu menatap layar ponselnya. Proses Move-on nya sedikit terganggu.

***

Bangsal terasa penuh namun suasana begitu hening, mereka bergantian masuk untuk melihat bagaimana keadaan pria yang terbujur kaku dalam salah satu ranjang ruangan tersebut. Emak sudah berada disana, memegang sebelah tangan sang putra dengan penuh cinta. Keadaanya yang tak kunjung bangun membuat hati wanita paruh baya itu mencelos. Sedikit lega ketika Dokter mengatakan jika kondisi putranya mengalami kemajuan yang baik.

KKNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang