Chapter : 19

8.5K 839 146
                                    

Seperti biasa, typo dan kata yang ngga sesuai tolong dikoreksi ya. Buat bahan perbaikan penulis!

Petang itu datang, hari berlalu begitu cepat. Semuanya terasa berjalan seperti terburu-buru, Ibra membuka pintu mobil dengan cepat ketika sampai dipelataran rumah. Seno yang sedari tadi perjalanan paham melihat gerak-gerik tak menyenangkan pria manis itu mulai was-was dan sebelum Ibra benar-benar keluar, pria itu sudah menggenggam pergelangan tangannya. Menarik sang mahasiswa kembali masuk.

Ibra aneh sekali hari ini, dia sama sekali tak berbicara bahkan mendengar celoteh Lurahnya itupun tidak. Selama perjalanan sehabis mengantar Irma, Ibra hanya melihat keluar jendela tanpa sedikitpun menaruh atensi padanya. Ia tahu sikap mahasiswa pendidikan itu kini tengah dalam keadaan mood yang tidak baik namun untuk alasan apa dia benar-benar kosong. Kalau saja Seno tak menyentakan nada bicaranya tadi untuk dia duduk didepan pun Ibra akan tetap kekeh mengambil duduk dibelakang.

Sementara itu, dalam pikiran Ibra masih bergelut tentang rasa iri juga tak suka. Ia merasa tak nyaman dengan kedekatan Seno dengan Irma, rasa takutnya seperti tergelak ketika melihat Seno yang tertawa puas dengan bidan itu. Ibra takut jika hubungannya selama ini tidak benar-benar dalam koridor konteks atas nama pacaran yang sesungguhnya. Maksudnya, Seno memang bilang mencintainya begitupula dengan Ibra, tapi pria itu tidak pernah sekalipun membahas tentang hubungan dalam batas lebih dari sekedar mahasiswa KKN dan lurah, Seno hanya menyatakan rasa kasih padanya. Ibra jadi takut sendiri manakala pikirannya sudah mendeskripsikan hubungan yang selama ini terjalin adalah berbalas rasa tanpa ada status apapun.

Karena itu, pria manis yang tengah menatap manik legam sang lurah tak cukup berani untuk sekedar cemburu. Siapa dia? Bukankah Seno pernah bilang akan serius pada bidan Irma tapi jika ditilik kebelakang, Pria itu juga pernah bilang ingin memperjuangkan dirinya. Lalu omongan mana yang Ibra harus percayai? Seno kenapa sebrengsek ini mempermainkan hatinya dan kenapa pula dia harus terus jatuh kepadanya setelah rangkaian sesi menghindar yang tak berhasil jua.

" Kamu kenapa? Kalau ada masalah dibicarain " Seno melembut, kata-katanya lebih tenang.

Ibra bukan wanita yang penuh kode morse untuk dimengerti, dia menyamankan duduknya menghadap pria itu. Sebelumnya ia menghela nafas mencari rasa tenang dibalik emosinya yang meletup-letup. " Mas kita tegaskan sekarang? Aku ini apa bagimu? "

Seno diam dia tahu arah pembicaraan ini kemana, Seno bukannya tak bisa meyakinkan dirinya sendiri. Ia tahu jika hati dan perasaanya sudah jatuh pada pria didepannya, Seno sangat teramat mencintai Ibra. Namun, Jika melihat kebelakang lagi, rasa cinta dalam hubungannya tak cukup landas untuk meraih restu. Bayang-bayang orang terdekatnya seperti menguliti dirinya sendiri, Pria itu masih awam dengan hubungan yang mengikat antara satu pria dengan pria lainnya. Diliat dari sisi manapun, akan ada banyak hati yang terluka ketika Seno memilih hubungan ini. Namun, Seno tak pernah sanggup melepas keberadaan Ibra dari hatinya. Pria itu terlalu berarti. Seno dalam dilema yang luar biasa? Kenapa dia tidak bisa mendapatkan keduanya? Kenapa ia harus memilih? Seno tak tahu mana yang perlu dia korbankan karena cinta antara orang-orang terdekat dengan Ibra sama-sama besar.

Lalu kenapa Seno mendekati Irma? Sebenarnya hubungan mereka membaik sebelum Ibra datang menawarkan cinta. Hubungannya dengan sang bidan berjalan apa adanya, tidak mengikat dan mengagungkan.
sosok Irma sudah seno anggap sebagai orang terdekat karena sebelumnya mereka begitu banyak berdiskusi tentang urusan pekerjaan, juga tentang kesejahteraan masyarakat desa.

Jujur saja, Gadis itu baik namun hanya sekedar baik. Tak ada debaran ketika mereka bersama ataupun ketika mereka tak sengaja bersentuhan. Berbeda ketika bersama Ibra, hanya dengan menatap manik kilaunya saja jantungnya sudah berderu tak karuan. Perasaan damai dan bahagia mencelos ketika satu senyum terlontar hanya untuknya. Seno dimabuk kepayang dengan sentuhan kecil, dan ketika mereka berciuman seluruh tubuhnya seperti melayang ke nirwana. Seno hafal betul bagaimana manis rasa sentuhan benda kenyal berwarna peach milik pria-nya itu. Seno benar-benar sudah ketagihan jatuh ke dalam kasih pria bernama Ibra tersebut.

KKNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang